ORANG BEBAL. Siapa yang mau disebut atau dijuluki sebagai orang bebal? Saya yakin hampir tidak ada orang yang mau. Kemungkinan besar ia akan marah besar dan tersinggung bila dikatakan sebagai orang bebal, sebab berbicara tentang orang bebal selalu mengacu kepada orang yang sepertinya tidak dapat berubah lagi hidupnya, hatinya sangat keras (membatu) karena tidak mau menerima nasihat dan teguran.
Sahabat, orang bebal adalah orang yang tidak mau dan sulit menerima nasihat dan teguran dari firman Tuhan atau pun dari sesamanya. Ia selalu merasa diri sebagai orang yang benar dan tidak pernah melakukan suatu kesalahan, karena itu ia mencari berbagai alasan untuk selalu membenarkan diri sendiri dan merasa tidak perlu dinasihati dan diajar oleh orang lain.
Ia menganggap yang harus berubah itu orang lain, bukan dirinya. Orang bebal adalah orang yang tidak pernah mau belajar dari pengalaman, sehingga ia berkali-kali melakukan kesalahan yang sama, tapi tidak pernah disadari atau pura-pura tidak sadar. Pengamsal menyatakan, “Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya.” (Amsal 26:11).
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Hosea dengan topik: “Don’t Be An Ignorant (Jangan Jadi Orang Bebal)”. Bacaan Sabda diambil dari Hosea 7:3-16. Sahabat, sungguh mengesalkan ketika harus berhadapan dengan orang yang tidak pernah mau mengindahkan teguran. Menghadapi orang seperti itu bisa-bisa kita kehabisan kesabaran hingga harus marah.
Orang Bebal! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan Israel dalam bacaan kita pada hari ini. Mereka diumpamakan seperti merpati tolol dan tidak berakal (Ayat 11). Mengapa? Kitab 2 Raja-raja 15-17 menuliskan bahwa para raja Israel berafiliasi dengan bangsa-bangsa sekitarnya untuk menjaga stabilitas politik. Menahem membayar upeti ke Asyur agar tidak diserang. Pekah, karena tidak mau membayar upeti, diserang sehingga kehilangan setengah kerajaannya. Hosea, raja terakhir, semula takluk kepada Asyur tetapi berafiliasi ke Mesir. Akhirnya, Asyur menaklukkan kerajaan Israel seluruhnya.
Sesungguhnya, kebodohan mereka adalah “tidak ada seorang di antara mereka yang berseru kepada Tuhan” (Ayat 7). Mereka congkak karena percaya pada pengertian sendiri (Ayat 10; bdk. Amsal 20:28). Satu-satunya jalan keselamatan mereka ada pada Allah. Namun, bukannya mencari Allah dan berbalik kepada-Nya, mereka justru menjauh dari-Nya.
Mereka memberontak dan berdusta kepada Allah. Mereka benar-benar tidak berpengetahuan. Mereka tidak tahu bahwa Allah mau menebus mereka. Mereka bahkan berdusta terhadap Allah. Alhasil, mereka hancur dalam kebodohan. Semua pemimpin agama dan politik tewas karena ucapan mereka yang kasar. Karena kekalahan itu, mereka menjadi bahan olok-olok di Mesir.
Dari pihak Allah, Dialah yang mengendalikan setiap peristiwa, termasuk kekalahan Israel. Kehancuran ini adalah bentuk hukuman-Nya atas ketidaksetiaan Israel terhadap perjanjian dengan Allah. Sekalipun Allah sudah menegur, mereka tetap mengeraskan hati.
Sahabat, apa yang terjadi pada Israel memberi kita pelajaran untuk tidak menjadi orang bebal. Mengandalkan apa pun yang bukan Allah adalah kejahatan di mata-Nya. Itu akan menghancurkan kita juga. Percayalah kepada Allah yang berdaulat melakukan segala sesuatu dan dengarkanlah setiap teguran-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami tentang orang bebal?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Dosa tidak bisa ditutupi dengan perbuatan baik bagaimanapun. Dosa harus dibereskan; tidak ada dosa seberat apa pun yang tidak diampuni Allah bila kita datang kepada Allah dan minta ampun. (pg).