Sahabat, mengamati perjalanan kehidupan Esau, seharusnya ia akan menjadi orang yang susah dan melarat. Ishak, ayahnya, menubuatkan hal-hal yang jauh dari kehidupan layak baginya, apalagi untuk menjadi orang kaya (Kejadian 27:39). Ia juga telah menjual hak kesulungannya kepada Yakub. Namun, dua puluh tahun kemudian, saat berjumpa dengan Yakub, ternyata Esau menjadi orang yang kaya! Ia sanggup membayar empat ratus orang pengiring. Ia berkata kepada Yakub bahwa dirinya memiliki banyak harta sehingga bermaksud menolak segala pemberian Yakub.
Esau telah berhasil melemparkan “kuk” dari tengkuknya. Dia telah menjadi orang yang kaya. Dia telah berusaha dengan sungguh-sungguh maka dia telah mengalami pemulihan. Maka tiba saatnya bagi Esau yang sudah dipulihkan, untuk memulihkan hubungan dengan adik kandungnya, Yakub.
Untuk lebih memahami topik tentang “DIPULIHKAN untuk MEMULIHKAN” Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 33:1-20, dengan penekanan pada ayat 1, 4, dan 9. Sahabat, Yakub sadar dengan siapa ia akan berhadapan: Esau, kakak yang pernah ditipunya. Yakub menduga, Esau akan mengamuk jika berjumpa dengannya. Perbuatan curangnya ketika mencuri hak sulung dan berkat Esau, masih menghantuinya. Sesal menerornya. Apalagi, saat para utusan melaporkan bahwa Esau datang dengan iringan empat ratus tentara (Kejadian 32:6-7). Yakub menjadi kalut, kecut, takut, dan sesak hatinya.
Ada peribahasa berbunyi: “Pembalasan lebih kejam daripada perbuatan.” Peribahasa itu tertuju kepada orang yang sedang dirasuki dendam. Biasanya Si Pendendam akan berusaha mencari cara membalaskan kesumatnya. Sebenarnya kerasnya hati seseorang bisa dilembutkan. Bara dendam bisa diredam asal dia rela terbuka terhadap kasih dan pengampunan.
Sahabat, sejak Yakub berjumpa dengan Allah di tepi sungai Yabok, ia mengalami perubahan yang luar biasa (Kejadian 32:27-28). Maka ketika Yakub melihat bahwa Esau datang didampingi oleh 400 orang, ia tidak lagi gentar, ia berani berjalan di depan. Kemudian ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu (ayat 3).
Selanjutnya terjadi hal yang luar biasa, Esau berlari mendapatkan Yakub, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciuminya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka (ayat 4). Ternyata justru Esau yang berinisiatif terjadinya rekonsiliasi diantara mereka.
Sahabat, sungguh, Allah berkenan mengubah hati manusia. Dendam dan permusuhan pun berubah ketika kasih yang bertakhta. Kasih Allah mampu membuat keduanya melupakan getirnya masa lalu.
Awal pemulihan relasi adalah niat dan keberanian untuk mengambil risiko demi memulai perubahan. Kita harus melawan rasa takut dan prasangka. Untuk itu, kita bisa meniru kisah dua bersaudara tersebut. Mereka sadar bahwa permusuhan tak selamanya harus dipelihara.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
- Nilai hidup apa yang dapat Sahabat peroleh dari kisah perjalanan hidup Esau?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Cara yang paling efektif dan terhormat untuk membalas dendam adalah dengan mengampuni. (pg).