DIPULIHKAN DARI LUKA KARENA PENGKHIANATAN

Seorang teolog Jerman bernama Dietrich Bonhoeffer pernah menghadapi pengkhianatan dalam perjuangannya melawan pemerintahan Nazi. Salah satu diantara orang-orang dalam lingkaran kepercayaannya membocorkan rencana kelompok Bonhoeffer kepada Gestapo (polisi rahasia Nazi) yang mengakibatkan ia ditangkap dan dipenjara sebelum pada akhirnya dihukum mati. Namun selama di penjara, Bonhoeffer tetap memilih untuk mendoakan mereka yang mengkhianatinya. Surat-surat yang ditulisnya di penjara menunjukkan betapa dalam iman dan kasihnya, meskipun ia telah terkhianati. Bonhoeffer menjadi kesaksian nyata bahwa pengkhianatan tidak dapat menghentikan misi Tuhan dalam hidup orang yang sungguh mengasihi-Nya.

Raja Daud dalam Mazmur 55 mengungkapkan rasa terluka karena pengkhianatan orang dekatnya.  Alih-alih tenggelam dalam kepahitan hati, Daud justru melarikan diri kepada Tuhan dan mempercayakan keadilan kepada-Nya. Daud menuliskan,”Tetapi engkaulah orang, sederajat dengan aku, teman karibku yang kupercayai, yang makan sehidangan dengan aku. Kami yang bersama-sama bergaul dengan baik, ke rumah Allah kami melangkah dengan ramai-ramai.” (Mazmur 55:13-14, TB).  Raja Daud tahu bahwa Tuhan adalah Sang Pembela yang setia.

Dalam hidup kita, mungkin ada pengalaman serupa pengkhianatan dari orang yang dekat dengan kita. Tuhan ingin kita belajar untuk menyerahkan luka itu kepada-Nya, bukan dengan balas dendam. Dia mampu memulihkan hati yang hancur dan memberi kita kekuatan untuk terus berjalan dalam kasih.  Pengkhianatan tidak boleh menjadi akhir cerita kita karena dengan menyerahkan segala luka kepada Tuhan maka Dia akan memulihkan hati kita dan mengubah pengalaman pahit menjadi kekuatan baru untuk menjalani hidup.  Ingatlah bahwa pengampunan merupakan tanda berjiwa besar sekaligus iman percaya bahwa Tuhan akan mengganti luka dengan berkat. (sTy)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *