Saudaraku, aku pernah duduk di pesawat dari Dubai ke London bersebelahan dengan seorang tentara US, pakai seragam militer tanpa pangkat dan tetap pakai sepatu boot. Orangnya ganteng tapi pendiam tidak mau menyebutkan nama. Aku coba tanya kepadanya: “Dari mana dan mau kemana?” Singkat saja jawabnya: “Dalam perjalanan pulang dari Afganistan, lewat Irak, ke Dubai, terus ke London, menuju Houston dan masih naik bus lagi ke rumahnya.”
“Mengapa tidak membawa tas atau apa pun?” Dia menunjukkan bandul kalungnya warna gelap. “Tidak membawa uang?” Dia menjawab: “No, cukup tunjukkan kalung itu ke setiap bandara dan imigrasi, sudah cukup. Juga kalau mau makan tinggal tunjukkan kalung dan diproses oleh restoran”.
Saudaraku, kalau baca di Google kalung tersebut disebut “Dog Tags” berisi data: Nama, tanggal lahir, golongan darah, agama, kesatuan dan mungkin ada sesuatu RFID (Radio Frequency Identification) yang hanya bisa dibaca di seluruh airport dan imigrasi, jadi bisa menggantikan paspor, atau mungkin juga di dalamnya ada e-money, entahlah.
Nah, karena sering meihat film James Bond, aku tanya lagi: “Katanya kalau bertepatan sedang maju perang ada alat pelacak atau perangkat kira-kira sebesar kaleng Coca-cola kecil yang dimasukkan ke belakang kerah baju.” Lalu dia tunjukkan bajunya, benar di bawah kerah ada satu kantong sekitar 20 cm tempat memasukkan alat pelacak pribadi.
Tanyaku lebih lanjut: “Mengapa ditaruh di belakang kerah baju?” Dia menjawab: “Ya saat bertempur, tiarap, perangkat ini tetap memancarkan sinyal dan dideteksi oleh (beberapa) satelit yang terbang di langit kelam sekitar 25-30 km di atas bumi. Posisi tentara bisa diikuti, masuk ke gua atau bangunan atau perlindungan mana pun, bahkan kalau terjun ke air tetap bisa dideteksi.”
Saudaraku, perangkat tersebut dikhususkan untuk militer. Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijual perangkat pelacak pengawasan untuk mengawasi rumah, truk atau mobil, taksi, pengiriman barang, dan lain-lain yang bisa dilihat atau diikuti dari handphone. Bahkan handphonemu selalu berkomunikasi melalui sinyal provider dan sebenarnya posisimu juga dilaporkan dan dicatat oleh provider.
Saudara pasti ngomel kalau sinyal lemah atau tidak ada sinyal, padahal saat sinyal ada maka posisi pelacak otomatis dikirimkan oleh handphone, apalagi kalau pakai handphone yang kelas menengah ke atas dan mendaftar di salah satu apps medsos datamu juga ikut direkam.
Saudara menolak diawasi, ya tidak mungkin lagi. Nah, kalau orang di pedalaman yang tidak punya handphone apakah bisa dilacak? Bisa, bahkan dilacak langsung dari surga oleh Tuhan Allah. Coba perhatikan peringatan dari Pengamsal: ”Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.” (Amsal 15:3).
Seringkali banyak orang berkamuflase menghiasi hidupnya dengan berbagai bentuk kemunafikan. Mereka sedemikian rupa menutup rapat-rapat kebusukan hidupnya dengan penampilan luarnya: Tutur kata halus, sikap ramah dan tindak tanduk yang tampak rohani, padahal kehidupan yang dijalani sesungguhnya adalah suatu kehidupan gelap yang penuh liku-liku.
Mereka menyembunyikan belangnya di hadapan manusia dengan berbagai trik, namun mereka tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang tak berkedip mengawasi setiap gerak-gerik hidupnya tanpa ada yang terlewatkan.
Saudaraku, walaupun tidak ada Bapak Gembala Jemaat, Pastur, Pemimpin Rohani atau orang lain yang tahu, kita harus menjaga hidup agar tetap berkenan kepada Tuhan. Jangan sampai kita memakai kedok apa pun!
Sadarlah dan ingatlah bahwa tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab (Ibrani 4:13). (Surhert).