BERHALA. Entah kita sadar atau tidak, dunia kini dipenuhi berbagai BERHALA MODERN. Keberadaannya bukan lagi berupa patung berbentuk manusia maupun hewan tetapi lebih kepada hal yang memikat hati kita lebih daripada Tuhan, misalnya: Pekerjaan atau hobi.
Sahabat, memang berhala umumnya berbentuk patung-patung yang menyerupai manusia, hewan, atau bentuk apa pun (benda mati). Dalam Zaman Now, berhala itu berarti lebih mementingkan sesuatu daripada mengutamakan Tuhan. Bukan sekadar patung, tetapi sesuatu yang merintangi kita untuk datang pada Tuhan, sesuatu yang menjadi penghalang bagi kita untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi.
Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yeremia dengan topik; “Digging A Leaking Pond (Menggali Kolam yang Bocor)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 2:1-19 dengan penekanan pada ayat 11. Sahabat, “Air susu dibalas air tuba!” Mungkin peribahasa itulah yang tepat untuk menggambarkan ulah Israel terhadap TUHAN pada zaman Yeremia. Setidaknya, itulah yang tersurat, “Aku telah membawamu ke tanah yang subur, untuk menikmati buahnya dan segala yang baik dari padanya. Tetapi segera setelah kamu masuk, kamu menajiskan tanah-Ku; tanah milik-Ku telah kamu buat menjadi kekejian.” (Ayat 7).
Manusia tidak selalu puas dengan apa yang dimilikinya. Begitu pula dengan Israel, mereka melihat berbagai kultus penyembahan terhadap para dewa tampak menarik, lalu mencampuradukkannya dengan peribadahan mereka dan akhirnya menukar kesetiaan terhadap Allah.
Sahabat, bacaan kita pada hari ini menyoroti hubungan yang tidak lagi mesra antara Tuhan dan umat-Nya. Tuhan mengungkapkan kekecewaan hati-Nya. Betapa mudah umat yang telah dipilih-Nya mendua-hati. Mereka diingatkan akan hubungan kasih yang terjalin dalam peristiwa pembebasan dari Mesir dan pemeliharaan-Nya atas mereka dalam pengembaraan melalui padang gurun yang kering dan tandus (ayat 6). Namun, bagaimana sikap umat-Nya? Bak pepatah yang berbunyi: “Bagai kacang lupa akan kulitnya”, umat bukan berterima kasih atas kemerdekaan dan berkat-berkat-Nya, mereka malah mengkhianati Dia dengan mengikuti para ilah bangsa-bangsa sekitarnya (Ayat 5 dan 7).
Parahnya, para imam dan nabi sebagai pemimpin umat juga melakukan pengkhianatan sama. Mereka yang mestinya jadi teladan integritas iman kepada Tuhan justru berpaling mengikuti ilah-ilah lain (ayat 8).Kegetiran yang dirasakan oleh Tuhan diungkapkan dengan membandingkan kelakuan umat-Nya dan kelakuan bangsa-bangsa lain: Pernahkah ada bangsa yang mengganti ilah sesembahannya, “… Tetapi umat-Ku menukarkan kemuliaannya dengan apa yang tak berguna” (ayat 11). Tindakan bodoh tersebut diibaratkan dengan MENGGALI KOLAM YANG BOCOR dan tak dapat menampung air! (ayat 13).
Sahabat, pada masa kini, boleh saja umat Tuhan mengklaim tidak lagi memuja berhala. Namun, benarkah kita tidak menduakan Dia? Bukankah popularitas, harta, dan kuasa, serta berbagai bentuk “berhala” baru acap kali menggeser kedudukan Tuhan dari hidup banyak manusia sekarang?
Tanpa kecuali, umat yang sudah ditebus Kristus dan para pemimpinnya pun tidak kebal terhadap godaan tersebut. Betapa menyedihkan bila kita berkompromi dalam iman dan integritas demi tawaran yang kerap menjerumuskan kita pada kekacauan dan kegalauan. Mari bertobat! Kembalilah bersandar hanya pada Dia! Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 13?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jauh dari Sumber Air Hidup akan berakibat: Hiidup kering, gersang, tak mungkin berbuah! (pg).