DIA LAGI, DIA LAGI

DIA LAGI, DIA LAGI

Saudaraku, membaca koran hari ini, ada berita seorang petinggi yang dipanggil KPK karena diduga terlibat dugaan kasus korupsi di salah satu Kementerian. Ada fotonya, jelas. Eh ternyata dia lagi, dia lagi. 

Beberapa tahun lalu, pas zaman covid, foto wajahnya juga muncul di koran-koran nasional, juga sedang dibidik KPK untuk kasus di Kementerian yang lain. Kemungkinan di tahun-tahun sebelumnya, zaman koran online dan medsos belum seramai saat ini, mungkin orang ini pernah disidik aparat, entahlah. Tapi jelas di tahun 2005, saat dia masih usia 30-an, zaman medsos belum ada, aku tahu persis bahwa dia juga disidik oleh KPK angkatan pertama. 

Herannya kesemuanya, tidak ada berita-berita selanjutnya, hanya ramai saat dipanggil aparat sebagai saksi, kemudian beritanya menguap bagaikan air panas di cerek air yang mendidih dan dibiarkan selama 2 jam berikutnya dengan tutup cerek terbuka . Sakti orangnya ya? Jelas, papanya petinggi, mamanya memegang jabatan ring-1 suatu organisasi massa. Kakeknya, dari berita di medsos juga petinggi. 

Jadilah dia sebagai figur yang untouchcable (tidak dapat disentuh). Lalu kenapa bisa selalu lepas? Juga tidak ada penjelasan yang dapat dibaca di medsos, koran online maupun dari aparat penyidik sendiri, pokoknya beritanya hilang, dan selalu diganti berita-berita dari kasus-kasus baru yang lebih heboh.

Saat aku membaca Mazmur 37:1-2 yang ditulis oleh Raja Daud, mengatakan: “Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau.” Tapi Pak Daud, maaf ya, sejak aku mengenal dia di tahun 2005 hingga hari ini, sudah hampir 20 tahun, kok Si Untouchcable ini tidak lisut atau kisut seperti rumput, atau berkerut-kerut seperti kulit orang tua sepuh. Bahkan di fotonya yang muncul hari ini, wajahnya nampak tenang, yakin dan ada senyum dikit. 

Aku bertanya lagi kepada Pak Daud: “Gimana nih ayat yang Kau tulis, kok ndak cocok?”  Eh,… Aku disuruh membaca di ayat-ayat selanjutnya, Mazmur 37:8-10: “Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.  Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri. Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi.” 

“Pak Daud, maaf lagi ya, mungkin di zaman-Mu belum ada kasus korupsi, yang Bapak maksudkan sebagai orang-orang jahat mungkin para penyembah berhala, raja-raja orang kafir, atau orang Amalek yang pernah Bapak hukum mati, jadi belum ada koruptor. Kalau kasus korupsi pertama di Alkitab mungkin justru dilakukan oleh si Kain di Kejadian 4, yang mengurang-ngurangi kuantitas dan kualitas persembahan dari hasil panen tanahnya, dan Tuhan lebih memperhatikan persembahan si Habil yang mempersembahkan anak sulung kambing dombanya.” 

Kalau Pembaca pernah menonton film The Bible: In the Beginning (1966) dari perusahaan Dino De Laurentiis dan diedarkan oleh Twentieth Century-Fox Film Corporation,  jelas sekali visualisasi Kain dalam mengurang-ngurangi jumlah dan macam persembahannya, bahkan di film nampak asap korban bakarannya kempos, tidak naik ke langit melainkan balik ke bumi, beda dengan korban bakaran Habil yang membumbung tinggi ke langit. Kain menjadi jengkel dan marah melihat hal ini, lalu membunuh Habil, adiknya.

Aku bertanya lagi: “Kok balasan atau hukuman terhadap orang-orang jahat tidak segera dilakukan oleh Tuhan? Mengapa, dan mengapa?” Jawaban aku temukan di   Pengkhotbah 8:11-13: ”Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat. Walaupun orang yang berdosa dan yang berbuat jahat seratus kali hidup lama, namun aku tahu, bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya.  Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah.” 

Saudaraku, jadi karena hukuman Tuhan atas perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati orang penuh niat untuk berbuat jahat, dan itu pasti dilakukankan apalagi bisa lepas dari jeratan hukum. Namun bagi orang yang mau hidup benar di hadapan Tuhan, pasti akan memperoleh kebahagiaan, sedangkan orang-orang fasik tidak akan menikmati kebahagiaan dari Tuhan, bahkan dia akan mendapatkan kutuk dari Tuhan karena tidak takut terhadap hadirat Tuhan.  (Surhert).

Renungan Lainnya