Dedicated to the Glory of God

Dedicated to the Glory of God

DEDIKASI. Sahabat, dedikasi adalah suatu tindakan pengorbanan dalam bentuk tenaga, pikiran, serta waktu, demi mewujudkan keberhasilan menuju suatu tujuan positif. Selain itu, dedikasi bisa dikatakan sebagai komitmen seseorang dalam menjalankan suatu tugas tertentu yang ingin dicapai. Perilaku dedikasi ini sendiri ditunjukkan sebagai bentuk pengabdian untuk melaksanakan cita-cita serta diperlukan adanya keyakinan teguh bagi setiap individu yang bersangkutan.

Sumber lain  menjelaskan bahwa pengertian dedikasi adalah saat seseorang melakukan sesuatu dengan penuh pengabdian dan totalitas, maka hal itu tidak akan sia-sia, walau harus dipaksa serta dengan kelelahan yang mendera, hal itu juga menjadi bahan bakar semangat untuk dapat terus memberikan yang terbaik sekalipun menghadapi berbagai kesulitan.

Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memberi pengertian bahwa dedikasi adalah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia atau pengabdian.

Mengacu kepada arti dedikasi di atas, dedikasi kemudian dapat digunakan untuk  menggambarkan kualitas sikap serta kinerja seseorang. Seseorang dapat dikatakan memiliki dedikasi yang tinggi pada pekerjaannya apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Memiliki semangat yang tinggi; memiliki hati dan sikap melayani; memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi; dan memiliki komitmen yang tinggi.    

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Raja-raja  dengan topik: “Dedicated to the Glory of God (Didedikasikan Bagi Kemuliaan Tuhan)”. Bacaan Sabda diambil dari: 1 Raja-raja 7:1-51. Sahabat, jika sebagai orang percaya kita diperhadapkan pada pilihan: Lebih mementingkan karya yang mengagungkan Tuhan ataukah mementingkan monumen yang mengagungkan diri kita sendiri? 

Bisa jadi secara spontan kita memilih yang pertama, atau secara jujur memilih yang kedua. Pernyataan tersebut mungkin juga terlintas di kepala kita ketika mengetahui fakta: Pertama, Salomo membangun Bait Suci selama tujuh tahun (1Raja-raja 6:38), sedangkan membangun istana Salomo selama tiga belas tahun (Ayat 1). 

Kedua, secara ukuran, gedung “Hutan Libanon” saja (Ayat 2) jauh lebih luas dari Bait Suci (1Raja-raja 6:2). Ketiga, pembangunan istana Salomo (Ayat 1-12) menginterupsi pembangunan Bait Suci yang belum selesai (Ayat 6 dan 13-51). 

Bukankah Salomo seolah-olah lebih mementingkan monumen yang membanggakan dirinya sebagai seorang raja besar pada zaman keemasan dia memerintah? Mungkinkah fokus Salomo kepada Tuhan mulai goyah dan teralihkan karena pembangunan istananya?

Sahabat, jika kita memahami bahwa pemerintahan Daud mewakili pemerintahan Tuhan atas umat-Nya, maka hal itu berlaku juga ketika Salomo memerintah sebagai raja. Dengan demikian, mungkinkah kita menilai pembangunan istana Salomo itu sebagai sebuah bentuk pengagungan kepada Tuhan juga? Bukankah Tuhan memerintah atas Israel? Oleh karena itu, bukankah kemegahan istana Salomo juga menunjukkan betapa perkasa dan agungnya Tuhan yang memberkati Salomo melalui istananya yang luas dan megah?

Alkitab memang tidak menilai pembangunan istana Salomo itu sebagai sesuatu yang negatif atau positif. Namun kita bisa belajar sesuatu yang melampaui kisah pembangunan istana Salomo itu sendiri, yakni masalah motivasi. Apakah motivasi yang mendorong kita untuk berkarya?

Sahabat, bila kita mempunyai suatu karya yang sangat membanggakan, lalu kita menerima pujian, bagaimana perasaan kita saat itu? Kita membanggakan diri sendiri atau mengarahkan orang itu untuk memuji Tuhan yang telah memberkati kita? Mari kita belajar menjaga motivasi hati kita untuk berfokus hanya memuliakan Allah saja. Mari kita mendedikasikan segala karya kita untuk memuliakan Allah. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 13-14?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati:  Marilah kita memaknai karya-karya kita dengan sesuatu yang berarti dan mendedikasikan hasilnya agar melaluinya nama Tuhan saja yang dimuliakan. (pg).

Renungan Lainnya