Deborah, The Multitalented Person

Deborah, The Multitalented Person

MULTITALENTA. Bapak Ev. Andreas Christanday, Ketua Pembina Yayasan Christopherus,  dikenal di kalangan luas sebagai seorang multitalenta. Sahabat, multitalenta merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan pribadi seseorang yang serba bisa dan menguasai berbagai kemampuan. Secara harfiah, multitalenta artinya memiliki banyak talenta atau bakat.

Orang yang multitalenta biasanya mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka sangat senang mempelajari setiap hal baru yang menarik minatnya. Orang yang multitalenta tidak hanya memiliki banyak kelebihan, mereka juga seringkali dihadapkan dengan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), multitalenta berasal dari kata multi yang berarti “banyak” atau “lebih dari satu” dan talenta yang berarti “bakat”. Secara keseluruhan, multitalenta artinya memiliki banyak bakat.

Dalam pengertian yang lebih luas, multitalenta dianggap sebagai kemampuan seseorang untuk menguasai lebih dari satu bidang atau bakat tertentu. Orang yang multitalenta bisa mengerjakan banyak hal karena bakatnya dalam berbagai bidang.

Kemampuan yang dimiliki orang dengan multitalenta dapat berasal dari dua sumber, yaitu bakat alami dan bakat latihan.

Hari ini kita akan belajar dari kitab Hakim-Hakim dengan topik: “Deborah, The Multitalented Person (Debora Sang Multitalenta)”. Bacaan Sabda diambil dari Hakim-Hakim 4:1-24. Sahabat, Debora merupakan hakim keempat dan satu-satunya hakim perempuan. Ia juga seorang nabi, mediator, penasihat, dan konselor yang baik. Bisa dikatakan Debora seorang yang multitalenta. Ia adalah salah seorang perempuan berpengaruh pada zamannya.


Mengapa Debora bisa sangat berpengaruh? Saat itu adalah zaman patriarki. Perempuan dianggap tidak penting, warga kelas dua. Walau begitu, ia tidak merasa rendah diri. Ia tetap melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang perempuan dengan baik. Ia melaksanakan perannya sebagai seorang istri.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang hakim dan nabi pun, ia tidak menonjolkan diri. Debora tidak haus kekuasaan, sekalipun ia berpeluang mengambil alih kepemimpinan dari Barak. Ia juga tidak haus pujian, walaupun ia berhasil menjadi motivator Barak dan orang Israel untuk maju mengalahkan musuh. Sebaliknya, dengan rendah hati ia menerima tanggung jawabnya untuk melakukan kehendak Tuhan. Ia mengembalikan segala pujian kepada Tuhan, Sang Empunya pelayanan.

Sahabat, bagaimana dengan kehidupan pribadi dan pelayanan kita hari ini? Mungkin kita berkecil hati karena merasa tidak dianggap atau disepelekan dalam melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan. Di sisi lain, kita juga bisa menjadi sombong ketika Tuhan memercayakan banyak tanggung jawab. Kita menjadi arogan karena merasa sebagai orang penting. Kedua sikap tersebut kurang tepat.

Oleh karena itu, mari kita belajar rendah hati seperti Debora. Dengan penuh keberanian, ia menerima tugas yang Tuhan berikan. Apa pun tanggung jawab yang Tuhan percayakan, baik pekerjaan, rumah tangga, studi, dan pelayanan, mari kita lakukan dengan sungguh-sungguh dengan mengandalkan Tuhan. Kalau berhasil, setiap pujian kita terima dengan rendah hati dan mengembalikannya kepada Tuhan. Sebab, Ia yang memampukan kita untuk menyelesaikan itu semua. Biarlah melalui kehidupan kita, yang dimuliakan melebihi siapa pun adalah Tuhan. Haleluya. Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 4-5?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kunci dari keberhasilan seseorang bukanlah soal gender, melainkan siapa yang peka dan yakin akan pimpinan tangan Tuhan. (pg).

Renungan Lainnya