DARAH YESUS

DARAH YESUS

Saudaraku, karena sesuatu hal, aku mesti dirawat di rumah sakit 3 hari. Kamar RS semuanya penuh dan aku mendapat bed kosong di ruang yang pasiennya 6 orang. Ya gimana lagi, ya masuk aja karena memang perlu infus. Ternyata di ruang ini aku melihat banyak kehidupan di ambang kritis. Di sebelahku umur 50 tahun sudah ngorok koma, keluarganya nangis-nangis, baru 30 menit lalu mesti dibawa ke ICU. Lalu ada pasien baru yang datang dalam keadaan tidak sadar, infus dan oksigen, karena semalam dia ada di dalam mobil ber-AC terlalu lama dan tiba-tiba pingsan.

Kemarin ada seorang Pendoa yang besuk ke setiap pasien dan mengajak doa. Suaranya keras, dan ayat-ayat berikut ini yang selalu dibacakan ke setiap pasien dan penunggunya.

“Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” (Yesaya 53:4-5) 

Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.” (Matius 8:17)

Lalu Si Pendoa mengajak pasien dan penunggu untuk doa bersama dan minta ampun kepada Tuhan agar bisa mendapatkan kesembuhan, sebab darah Yesus akan menyembuhkan.

Nah ini, melihat adegan yang diulang, mungkin dari kamar ke kamar, tiba-tiba timbul pertanyaan di benakku: Apakah penebusan Tuhan Yesus di salib, bilur-bilur akibat penyiksaan yang kejam, apakah darah penebusan Yesus hanya dikhususkan untuk kesembuhan penyakit? 

Dalam posisi masih berbaring, aku mendengar bisikan lembut: “Sur, coba renungkan dalam-dalam 1 Petrus 2:24-25”. Segera aku membacanya: “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu. 

Saudaraku, sejatinya manusialah yang memikul dosa-dosanya. Manusia harus membersihkan dirinya dari segala dosanya agar bisa memperoleh kehidupan yang kekal, sebab  upah dosa adalah maut atau kematian kekal. 

Usaha manusia untuk menjadi sempurna dengan menanggalkan segala dosa tidak mungkin terjadi. Satu-satunya cara membersihkan manusia dari keberdosaannya adalah menjadikan Yesus memikul dosa itu di kayu salib. Hal pertama yang dirampungkan Kristus di kayu salib ialah menanggung segala kelakuan dosa kita, yakni dosa-dosa yang kita lakukan agar kita diselamatkan, berpindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Pada saat yang sama, Kristus di kayu salib menyingkirkan sifat dosa di dalam kita (dosa yang diwariskan sejak lahir) agar kita diselamatkan dari sifat dosa yang ada di dalam kita. Kristus menanggung dosa-dosa lahiriah kita juga menyingkirkan sifat dosa di dalam kita di atas salib: Ia menerima kutuk yang harus dipikul berdasarkan hukum Taurat Allah atas kejatuhan dan dosa kita.

Kematian Kristus di kayu salib bukan hanya membereskan dua aspek dosa tersebut namun juga menyalibkan manusia lama kita agar tubuh dosa kita kehilangan fungsinya sehingga kita tidak perlu lagi diperbudak dosa. Kristus mengambil dosa-dosa kita ke dalam tubuh-Nya sendiri dan membawanya pergi, naik ke bukit Kalvari, ke kayu salib, dan di sana Ia telah membayar lunas harga dari dosa-dosa kita. 

Saudaraku, inilah yang disebut dengan substitusi atau penggantian penebusan. Dia yang tak bernoda, rela menebus kita. Karena itu, berilah syukur dan terimakasih bagi Yesus yang telah rela memikul dosa-dosa kita agar kita beroleh kehidupan yang kekal. Dia yang sudah menanggung segala kelemahan kita agar kita menikmati pembebasan dari efek dosa (overguilty, kepahitan hati) yang bisa menimbulkan kelemahan fisik. Mari nikmati kuasa darah Yesus yang membebaskan kita secara holistis.   (Surhert)

Renungan Lainnya