BERKAT bagi UMAT PILIHAN TUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat  penuh sukacita karena kita termasuk orang-orang yang dipilih oleh Tuhan untuk menjadi anak-anak-Nya. Sahabat, secara empiris, kita melihat suatu kenyataan obyektif bahwa seseorang yang ingin dipilih, terpilih dan memenangkan pemilihan dalam suatu kontestasi atau pemilihan, maka ia harus berjuang keras. Ia harus berjuang, berjuang dan berjuang yang tidak hanya menghabiskan tenaga dan pikiran, tetapi juga menghabiskan banyak dana. Memang, kalau kita sempat mengamati, di sekitar kita, banyak proses pemilihan yang tidak memerlukan pengeluaran dana, antara lain pemilihan ketua Rukun Tetangga (RT), pemilihan ketua kelas, pemilihan ketua kelompok arisan dan sejenisnya. Pemilihan bupati,  gubernur, apalagi pedana menteri, dan presiden, tidak mungkin berlangsung dengan cuma-cuma. Para kontestan harus mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu dan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Sahabat, berkaitan dengan pilih memilih, mari kita belajar dari Mazmur 65:1-14 di bawah judul: “Nyanyian syukur karena berkat Allah”. Melalui Mazmur tersebut, Daud mengajarkan bahwa bersyukur itu sudah selayaknya kita lakukan. Mazmur 65 terdiri atas tiga bagian: Pertama, puji-pujian kepada Allah yang mendengar doa. Umat memasyhurkan Allah di Sion. Mereka datang kepada Allah (ayat 2-3). Di hadapan Allah, Daud sadar akan keberdosaannya dan Tuhan mengampuninya (ayat 4), lalu Pemazmur memuji Allah, “Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat  untuk diam di pelataran-Mu!” (ayat 5-a). Kedua, Daud memuji Allah karena perbuatan-Nya yang dahsyat (ayat 6-9). Kedahsyatan itu dilakukan Tuhan dalam keadilan dan keperkasaan. Ketiga, Tuhan memberkati ladang dan ternak (ayat 10-14). Tuhan memelihara tanah dengan hasil yang melimpah dan Ia memberkatinya. Kalau Tuhan sudah memilih dan menetapkan kita berarti ada maksud-Nya di balik pemilihan tersebut, yaitu untuk menggenapi rencana-Nya melakukan  pekerjaan baik  sebagaimana yang disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus (Efesus 2:10). Pekerjaan baik yang dimaksudkan bukan hanya berkenaan dengan pekerjaan rohani atau aktivitas-aktivitas kerohanian saja, tetapi juga di berbagai bidang pekerjaan dan profesi Tuhan menghendaki supaya kita menghasilkan buah yang sifatnya kekal.  Karena itu, apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.  (Kolose 3:23).  Daud menyatakan ada berkat-berkat luar biasa disediakan Tuhan bagi umat pilihan-Nya,  “Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus.”  (ayat 5-b).  Kita akan dikenyangkan dan dipuaskan dengan segala yang baik dari Tuhan.   Ingatlah! Berbahagialah orang yang dipilih oleh-Nya dan disuruh diam di pelataran-Nya yang kudus, karena Dia sudah menetapkan bagian hidup kekal di surga bagi kita. Berbahagialah kita yang mendapat belas kasihan, kebaikan, kebajikan ilahi dan janji Allah, karena Dia sudah memberi kita jaminan hidup kekal yang penuh sukacita dan damai sejahtera di surga. Berbahagialah kita yang memperoleh jawaban dan lawatan-Nya melalui segala perbuatan-Nya yang sangat dahsyat dan ajaib, karena Dia sudah menyelamatkan kita dan semua orang yang percaya kepada-Nya dari hukuman dosa dan kebinasaan kekal. Haleluya! Selamat HUT ke-49 Yayasan Christopherus. Mari kita dukung Christopherus dengan doa, karya, usaha, dan dana. (pg)

MADU dari Gunung Batu

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan penuh syukut karena kita mempunyai Tuhan yang berkenan  memelihara hidup kita dari hari ke hari. Sahabat, membahas tentang madu tak lepas dari si penghasil madu itu sendiri yaitu lebah.  Ada hal-hal menarik yang dapat kita petik dari kehidupan seekor lebah, yang termasuk dalam golongan serangga.  Lebah suka sekali berada di suasana yang indah, selalu mencari, menemukan dan hinggap pada setiap bunga untuk menghisap nektar atau sari  bunga-bunga tersebut.  Lebah hinggap dari satu bunga ke bunga lain untuk menjemput nektar dan mengumpulkannya di sarang.  Selain itu lebah hidup rukun dalam satu koloni dan patuh pada seekor ratu lebah selaku pemimpin koloni.  Lebah taat kepada pembagian kerja:  ada yang bertugas membuat sarang, ada yang khusus bertugas mencari nektar, ada yang menjaga sarang, dan ada juga yang menjaga ratu lebah.  Lebah madu adalah serangga sosial.  Sahabat, berbicara mengenai madu, mari kita berefleksi dari Mazmur 81:17, “… umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya.” (Mazmur 81:17) Sahabat, sangat menarik, lebah di Timur Tengah biasa membuat sarang dan menyimpan madunya di tanah, di bawah gunung batu, atau di celah-celah gunung batu. Mengapa Tuhan menjadikan madu dari gunung batu sebagai salah satu janji persediaan-Nya bagi kita? Bisa jadi madu dari gunung batu mewakili produk madu terbaik. Bisa jadi pula itu metafora dari sesuatu yang manis, yang timbul dari situasi yang keras atau sulit. Kalau sebagai metafora, gunung batu mengacu pada tempat yang curam, terjal, dan keras. Itu merupakan salah satu lukisan perjalanan iman kita di dunia ini. Sepanjang hidup, kita akan banyak menghadapi tempat-tempat yang keras, banyak tantangan atas iman kita, dan perkara-perkara yang sulit diatasi. Tetapi, di tempat seperti itu sesungguhnya Tuhan sedang membentuk dan membawa kita menuju tataran iman yang lebih tinggi. Jangan pernah menyerah, sebab di tempat yang keras sekalipun, Tuhan selalu menyertai kita. Dia tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita sendirian. Kita akan mengalami berkat termanis dari pengalaman-pengalaman berat yang kita lalui.  Sahabat, selain itu orang percaya yang hidup bersungguh-sungguh di dalam Tuhan.  Ia memiliki gaya hidup seperti lebah yang tidak lagi tertarik dengan hal-hal yang kotor dan jorok, melainkan lebih tertarik kepada hal-hal yang baik dan indah, dan menjauhkan diri dari segala bentuk kecemaran,  “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.”  (1 Tesalonika 4:7).  Selain itu ia akan suka  tinggal  di dalam firman,  dengan merenungkannya siang dan malam, sebab Taurat Tuhan itu  lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah (Mazmur 19:11-b). Ingatlah! Sahabat, mungkin ada diantara  kita yang bertanya mengapa Tuhan tidak menyingkirkan saja gunung batu yang keras itu dari kehidupan kita? Ada cukup banyak orang  yang tidak tahan kalau harus melewati jalan yang keras. Namun, kita percaya bahwa Tuhan mengetahui hal terbaik yang kita perlukan. Jalan-jalan yang keras itu justru berguna untuk mengencangkan otot iman kita dan mendewasakan kerohanian kita. Sesungguhnya pada waktunya kita justru akan mensyukuri madu yang timbul dari gunung batu tersebut. Madu yang manis tersedia di tempat yang keras, terjal, dan sulit. Itulah paradoks perjalanan iman kita. Selamat ulang tahun ke-49 Christopherus. Mari kita terus bergandengan tangan, merapatkan barisan, melayani Tuhan dan sesama melalui wadah yayasan Christopherus. (pg)

MENGAPA harus MARAH?

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh kesabaran. Sahabat, melihat orang fasik berhasil dalam hidupnya dan tinggal dalam kenyamanan, kadang timbul pertanyaan dan juga rasa kesal, marah dan iri,  “Mengapa orang fasik hidupnya serasa mujur dan tak punya masalah, sedangkan aku yang mengikuti Tuhan dengan sungguh-sungguh mengalami banyak pergumulan dan kegagalan?”  Jangan cepat marah, gelisah, dan susah, mari kita simak Mazmur 37:1-11. Daud membuka  perikop ini dengan mengingatkan, “Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau.” (ayat 1 dan 2)  Sahabat, Daud mengajak kita untuk jangan marah, dengki dan iri terhadap orang yang berbuat jahat dan curang. Hal itu sama sekali tidak berguna. Karena orang yang berbuat jahat dan curang akan lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. Artinya, kejahatan dan kecurangan mungkin sesaat terlihat membawa keberhasilan, namun hal itu tidaklah lama. Cepat atau lambat, kecurangannya akan terungkap dan menjadi aib bagi dirinya. Oleh sebab itu, percayalah kepada Tuhan. Percayalah kepada-Nya. Lakukanlah yang baik, lebih baik dan terbaik. Diamlah di negeri yang sudah dijanjikan-Nya dan berlakulah setia. Lalu bergembiralah karena Tuhan. Sebab Ia akan memberikan kepada kita segala sesuatu yang diinginkan hati kita (ayat 3 dan 4) Sahabat, selanjutnya Daud mengingatkan  supaya menyerahkan hidup kita kepada Tuhan. Agar kita percaya kepada-Nya. Karena Ia, Tuhan Allah kita, akan bertindak tepat pada waktu-Nya. Tuhan Allah kita akan memunculkan kebenaran kita dengan terang benderang. Kemudian, Allah akan menunjukkan hak kita dengan nyata seperti siang hari (ayat 5 dan 6). Berikutnya, berdiam dirilah di hadapan Tuhan. Tatap dan selidikilah hati kita. Renungkanlah karya besar-Nya bagi kita. Ucapkanlah syukur bagi-Nya! Tuhan yang memberi kita kehidupan. Tuhan yang selalu menyertai, menolong, menopang, melindungi dan memberkati kita. Lalu, nantikanlah Dia. Nantikanlah lawatan, jamahan, penyertaan dan kelimpahan berkat kasih setia, belas kasihan dan kasih karunia-Nya bagi kita (ayat 7 dan 8). Sekali lagi, janganlah marah dan jangan pula panas hati, karena hanya akan membawa diri kita kepada kejahatan. Ingat-ingatlah! Kemarahan itu hanya akan membawa seseorang kepada kejahatan yang menuju ke jurang maut, kematian dan kebinasaan yang paling gelap. Dalam ayat 9 dinyatakan dengan sangat jelas bahwa orang-orang yang jahat akan menerima ganjarannya. Lebih lanjut ayat 10 menyatakan dengan sangat jelas  bahwa sedikit waktu lagi, orang-orang fasik akan lenyap. Dengan kalimat lain, orang-orang fasik akan binasa. Karena itu, jika kita memerhatikan di tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi. Ingatlah! Sahabat, berbahagialah kita yang rendah hati, tidak marah, tidak iri hati, tidak tinggi hati, tidak dendam, tidak dengki, tidak berselisih dan tidak bermusuhan, karena Dia sudah menyediakan bagi kita bagian hidup kekal yang sangat indah, penuh sukacita dan damai sejahtera di Kerajaan Allah yang berlangsung selamanya.  Selamat ulang tahun ke-49 Christopherus. Teruslah beritakan Injil, baik atau tidak baik waktunya. (pg)

JATUH, namun BANGUN kembali

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan penuh syukur karena ketika kita mengalami kegagalan, kita dapat bangkit dan meraih keberhasilan. Sahabat, sesungguhnya  semua orang pasti pernah mengalami kegagalan di sepanjang hidupnya, bukan sekali atau dua kali, tapi mungkin berkali-kali, lebih dari jumlah jari tangan kita. Apa respons kita dengan kegagalan-kegagalan kita? Sebagai orang percaya kita dididik dan dilatih untuk tidak mudah menyerah dalam situasi bagaimana  pun, melainkan terus berdoa dan berjuang untuk bangkit kembali.  Sahabat, setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus menyandang predikat baru sebagai orang benar.  Yang menjadi masalah, ada cukup banyak orang yang berasumsi bahwa sebagai orang benar,  perjalanan hidup yang kita tempuh akan terus mulus dan kalis dari kegagalan dan kejatuhan.  Tetapi Daud meyakinkan,  “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.”  (Mazmur 37:23-24).  Itu berarti orang benar bisa saja jatuh sewaktu-waktu.  Adam dan Hawa yang diciptakan oleh Tuhan segambar dan serupa dengan diri-Nya, dapat jatuh dalam dosa.  Kejatuhan mereka  sebagai akibat dari ketidaktaatan mereka sendiri, karena termakan oleh tipu muslihat dari si Iblis. Namun selama kita masih berada di zaman anugerah, Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bangkit,  “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.”  (Amsal 24:16).  Tentu saja, hal tersebut tidak sekadar berbicara soal tekad dan semangat untuk bangkit, tetapi merespons kegagalan dengan cara yang tepat supaya kegagalan yang ada tidak sampai terulang lagi. Evaluasi diri, belajar dari kesalahan, mendengar nasihat atau petuah dari orang lain, dan tidak lupa membawa rencana ini dan itu kepada Tuhan, adalah beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka bangkit dari kegagalan atau kejatuhan. Meratapi nasib dan sedih berkepanjangan, apalagi menyalahkan Tuhan, sama sekali bukanlah tindakan yang bijak untuk merespons kegagalan Sahabat, ada kalanya, ketika  kita mengalami kegagalan demi kegagalan, kita merasa lelah untuk berdoa, berharap, dan berjuang, lalu kita mulai membuat banyak  alasan untuk berhenti berdoa dan berusaha. Salomo mengingatkan, “Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.”  (Pengkhotbah 11:4).  Tuhan tidak menghendaki kita terpaku kepada kegagalan-kegagalan masa lalu, melainkan terus maju menatap ke depan. Justru kita harus menjadikan kegagalan sebagai cambuk untuk kita keluar dari zona nyaman dan mengizinkan Tuhan untuk bekerja lebih dan lebih lagi di dalam hidup kita,  “… aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.”  (Filipi 1:6).  Ingatlah! Sahabat, tetaplah percaya kepada Tuhan bahkan saat kita berada di titik nadir sekali pun dan tak berdaya, “Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu.”  (Mazmur 121:3-5).  Janji Tuhan adalah ya dan amin, tiada janji yang tak ditepati-Nya! Selamat ulang tahun ke-49 Yayasan Christopherus. Peganglah pesan Rasul Paulus, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dab layanilahg Tuhan.” (Roma 12:11). (pg)

MELAMBATKAN TEMPO Kehidupan Kita

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan terus mengingat segala kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Sahabat, Daud dalam Mazmur 40:1-18 mengajak kita untuk melihat ke masa lampau. Tuhan telah banyak melakukan perbuatan yang besar bagi umat-Nya, termasuk kita. Perbuatan-perbuatan itu menjadi saksi atas kebaikan Allah. Itu berarti kita tidak akan pernah kehabisan alasan untuk mengucap syukur kepada Tuhan. Jika kita merasa tidak ada hal yang bisa kita syukuri, maka sangat mungkin hal itu terjadi karena kita kurang menaruh perhatian kepada apa yang Allah telah kerjakan di dalam hidup kita dan sekitar kita, termasuk gereja lokal kita, juga lembaga/usaha tempat kita bekerja. Sesungguhnya Allah kita hidup dan Ia terus berkarya. Ia tidak pernah tertidur dan Ia tidak pernah tidak peduli. Ini berlawanan dengan konsep Deisme yang menyatakan bahwa Allah telah menciptakan dan pergi meninggalkan ciptaan-Nya. Sebaliknya, Allah terus aktif dan terus menyertai umat-Nya. Sahabat, Carl Honoré,  dalam bukunya yang berjudul: “In Praise of Slow”, dengan tepat membidik fenomena dunia masa kini, yang olehnya disebut tengah dibungkam oleh mitos kecepatan. Kecepatan menjadi “Dewa Zaman Kini”. Segala hal yang berbau cepat dipandang bagus dan baik, bahkan ada yang menganggapnya terbaik dan mengidolakannya. Karenanya, orang-orang zaman now sepertinya dipacu untuk bergerak lebih cepat dan membuat sesuatu yang super cepat. Saya akui kecepatan memang bisa mendatangkan banyak kebaikan. Lalu, apakah yang lambat berarti buruk atau tidak baik? Hal inilah yang coba dikritisi oleh Honoré dalam bukunya tersebut. Apa yang lambat bisa juga mendatangkan kebaikan. Misalnya: mengunyah makanan. Bukankah ilmu kesehatan mengingatkan kita untuk mengunyah 30-an kali untuk satu suapan makanan? Dengan mengunyah secara lambat, maka makanan yang ada menjadi hancur dan lunak dengan baik serta bercampur dengan enzim. Dampaknya, lambung kita tidak bekerja dengan berat. Enzim dalam tubuh pun bisa lebih dihemat. Jadi, apa yang lambat tidak selalu buruk. Itulah sebabnya, Honoré memberi judul pada bukunya: “In Praise of Slow” (Memuja Kelambatan). Sahabat, dalam kaitan dengan kehidupan beriman, situasi dunia yang terasa menuntut kita untuk bergerak cepat, bukan tidak mungkin membuat kita terburu-buru dalam berelasi dengan Tuhan. Kehidupan saat teduh kita, entah kita laksanakan di pagi atau malam hari,  kita lakukan serba tergesa-gesa. Kalau tidak cepat, takut terlambat atau tugas kita hari ini tidak selesai. Alhasil, dalam dunia yang dibungkam oleh mitos kecepatan, bukan tidak mungkin menghasilkan kekeringan spiritual dalam diri orang percaya. Kehadiran dan perbuatan Tuhan dalam kehidupan kita tidak terlalu dirasakan, sebab banyak hal  dibiarkan berlalu dengan begitu cepat. Daud dalam Mazmur 40, menyatakan bahwa ia mengalami banyak perbuatan Tuhan yang ajaib. Dalam ayat 2, ia menyatakan sebagai pribadi yang menanti-nantikan Tuhan. Itu berarti, ia dengan sengaja meluangkan waktunya, untuk merasakan kehadiran dan pertolongan Tuhan. Sesungguhnya Daud merupakan manusia biasa, seperti  kita: punya masalah, ada beban dalam kehidupannya, mengalami pasang surut, dan bisa sakit. Ia membutuhkan pertolongan Tuhan. Pada saat ia melambatkan tempo kehidupannya dengan menantikan pertolongan Tuhan, lalu ia merasakan perbuatan Tuhan yang ajaib atas hidupnya. Berdasarkan pengalamannya tersebut, ia menyatakan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan adalah berbahagia, sebab Tuhan sungguh hadir dan bertindak (ayat 5 dan 6). Ingatlah! Sahabat,  kehidupan ini terlalu indah untuk dilalui dalam situasi serba cepat. Melambatkan tempo kehidupan kita bukan berarti kita sedang tidak menghargai waktu anugerah Tuhan. Melambatkan tempo kehidupan kita, akan menolong kita untuk lebih merasakan kehadiran dan perbuatan-Nya di dalam kehidupan kita, “Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.” (ayat 6). Selamat ulang tahun ke-49 Yayasan Christopherus. Pf.: 3 Mei 2021. “Semua untuk Kristus, Kristus untuk Semua.” (pg)

Sebab TUHAN BAIK

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan tetap setia memerhatikan jam-jam ibadah kita, terutama di hari Minggu. Sahabat, melalui ibadah, kita menundukkan diri untuk mengungkapkan rasa takzim dan takjub  kita kepada Tuhan.  Ini merupakan wujud respons kita kepada Tuhan sebagai Pencipta, Penebus  dan juga Gembala kita.  Wujud pernyataan kasih kita kepada Tuhan, karena Dia lebih dulu mengasihi kita, rela turun ke dunia untuk menebus dan menyelamatkan kita.  Selayaknya kita sebagai umat ciptaan-Nya menyembah Dia, menyatakan syukur karena kasih dan kebaikan-Nya.Ada banyak hal sebenarnya yang bisa mendatangkan sukacita bagi kita. Salah satunya adalah dengan menyadari betapa baiknya Tuhan itu. Dalam kitab Yesaya kita bisa menemukan hubungan yang indah antara menyadari kebaikan Tuhan dengan datangnya perasaan sukacita (Yesaya 63:7). Sahabat, ketika pertolongan Tuhan hadir, kadang  kita dengan cepat melupakan kebaikan-Nya. Atau ketika keadaan baik-baik saja, kita pun terlena dan tidak bersyukur. Ada pula orang yang masih saja menggerutu meski keadaannya tidaklah begitu parah. Apakah dengan hadirnya masalah atau sakit penyakit, itu artinya Tuhan tidak baik? Tentu saja tidak. Ada banyak alasan mengapa kita harus tetap melalui lembaran-lembaran sulit dalam perjalanan hidup kita. Bisa jadi Tuhan sedang melatih otot rohani kita, bisa jadi itu untuk memberi pelajaran bagi kita, bisa jadi pula akibat dosa kita sendiri. Ketika Yesus datang ke bumi, Ia langsung turun tangan menyelamatkan umat manusia, menebus kita dalam kasih dan belas kasih-Nya yang begitu besar. Untuk itu saja kita sudah sangat pantas mengucap syukur dengan tiada henti. Di zaman Salomo kita bisa menemukan sebuah lagu pujian yang dipersembahkan kepada Tuhan dengan megahnya lewat ensambel besar, “Demikian pula para penyanyi orang Lewi semuanya hadir, yakni Asaf, Heman, Yedutun, beserta anak-anak dan saudara-saudaranya. Mereka berdiri di sebelah timur mezbah, berpakaian lenan halus dan dengan ceracap, gambus dan kecapinya, bersama-sama seratus dua puluh imam peniup nafiri. Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: ‘Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.’ Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan.” (2 Tawarikh 5:12-13). Lihatlah lagu pujian yang menyatakan kebaikan Tuhan itu mampu membuat kemuliaan-Nya turun dari langit. Kebaikan Allah haruslah selalu kita ingat, dari sana kita bisa beroleh sumber sukacita yang hebat dari Tuhan sendiri. Sahabat, perhatikanlah himbauan  Pemazmur berikut,  “Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!” (Mazmur 100:2). Mengapa himbauan tersebut dinyatakan Pemazmur? Alasannya sederhana, “Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.” (Mazmur 100:5). Ingatlah! Sahabat, Pemazmur menyadari betul bahwa Tuhan itu baik. Kasih setia-Nya berlaku untuk selama-lamanya dan turun temurun. Kebaikan dan kemurahan Tuhan itu berlaku tidak hanya sesaat tapi sepanjang masa. Maka Daud bersaksi, “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” (Mazmur 23:6). Selamat ulang tahun ke-49 Yayasan Christopherus. Jagalah Api-Nya agar tetap menyala di hati dan hidup kita. (pg)

AYUB sendiri MEMANDANG ALLAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh sukacita. Semoga kita dengan penuh sukacita berani  menceritakan pengalaman hidup kita bersama dengan Tuhan. Sahabat, membaca renungan  yang dihidupi selama bertahun-tahun, dampaknya  tentu akan berbeda dengan renungan yang hanya ditulis berdasarkan kemampuan penulis dalam menguasai ilmu tafsir tanpa disertai pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi dapat menghidupkan isi renungan karena seseorang berbagi dengan segenap hatinya. Tragedi yang dialami oleh Ayub, seandainya Ayub berkesempatan menceritakan langsung kisah hidupnya hingga ia sendiri memandang Allah, pastilah akan sangat punya kekuatan yang dahsyat, bahkan sanggup dipakai Allah untuk mengubahkan hati dan hidup para pendengarnya. Mengapa? Karena Ayub menghidupi pesannya, tak hanya piawai berbicara! Selanjutnya kita akan menggali berkat dari Ayub 42:1-6 di bawah judul: “Ayub mencabut perkataannya dan menyesalkan diri.” Yang menarik, saat asyik beradu argumentasi tentang kondisi Ayub, justru kata terakhir Tuhan  kurang dipedulikan oleh mereka. Mereka hanya berkutat pada kondisi Ayub yang ditafsir sebagai keberdosaan Ayub. Akhirnya, Tuhan mengintervensi perdebatan mereka dan Ia memberikan kata akhir, bukan untuk istri dan para sahabat Ayub, tetapi justru untuk Ayub sendiri. Sahabat, yang terjadi, sikap takjub dan takzim Ayub tidak hanya diungkapkan dengan menutup mulut (Ayub 39:37) dan bungkam seribu bahasa, tetapi juga Ayub membuat pengakuan iman, “…  Engkau (Tuhan) sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Mu yang gagal” (ayat 2). Berlandaskan pengakuan tersebut, meskipun Ayub belum melihat nasibnya di kemudian hari, ia sudah bisa bangkit (move on) dari keterpurukan. Ayub tidak lagi memusatkan perhatiannya pada dirinya sendiri dengan segala situasi dan kondisinya, bahkan yang paling buruk sekali pun. Seperti warna putih akan terasa lebih menonjol saat disandingkan dengan warna hitam pekat, begitulah kira-kira pengalaman Ayub. Dengan nada yang agak berlebihan tetapi jujur, Ayub mengatakan, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (ayat 5). Tindak lanjut pertama yang diambil oleh Ayub adalah menyesali sikapnya dan ia mencabut perkataan yang telah dilontarkannya kepada Tuhan (ayat 6). Ingatlah! Sahabat, Ayub adalah seorang yang berhasil.  Sebagai orang yang berhasil bukan berarti Ayub tidak pernah gagal dalam hidupnya.  Ayub pun harus mengalami kegagalan demi kegagalan, penderitaan dan keterpurukan, bahkan sempat mencapai titik nadir.  Namun Ayub tidak pernah menyerah dan putus asa di tengah jalan.  Ia tetap bangkit dan mengarahkan pandangannya kepada Tuhan.  Ayub tetap bersyukur kepada Tuhan.  Di tengah keterpurukannya Ayub masih dapat berkata,  “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!”  (Ayub 1:21) dan “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.”  (Ayub 2:10-b). Tuhan memberkati Sahabat dengan keluarga. (pg)

Bak POHON yang DITANAM di tepi aliran AIR

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan penuh syukur. Kita hidup karena percaya bukan hanya karena melihat. Sahabat, kehidupan kita seringkali berada dalam ketegangan tarik-ulur antara apa yang ada di hadapan mata dan apa yang masih harus diperjuangkan, antara apa yang terlihat dan apa yang diimani, antara kenyamanan dan kewajiban. Hidup mengandalkan Tuhan adalah kunci keberhasilan. Pernyataan tersebut benar. Namun, apakah pengertian mengandalkan Tuhan itu? Bagaimana wujudnya? Apakah berarti kita cukup berdoa saja?  Untuk mendapatkan pemahaman tentang hidup mengandalkan Tuhan, kita akan belajar dari  Yeremia 17:1-18 di bawah judul: “Pergumulan nabi oleh karena bangsa yang berdosa.” Dalam ayat 5 dikatakan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!”  Ada akibat yang sangat mengerikan jika seseorang lebih mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri, bukan hanya tidak mendatangkan berkat, melainkan akan mendatangkan kutuk. Sahabat, Tuhan memberi vonis berat kepada Yehuda,  karena mereka mencari apa yang di depan mata dan kenyamanan. Tuhan menginginkan mereka hidup bagi-Nya  dan membuat pilihan-pilihan dengan mengandalkan Tuhan.  Karena umat Yehuda mengandalkan diri sendiri untuk mendapatkan kekayaan dan kenikmatan hidup, semua itu jadi dirampas orang lain, bahkan umat akan mengalami kejatuhan besar dari kehidupan makmur, hingga menjadi budak di tanah asing. Sangat menarik, Yeremia mengontraskan kehidupan umat Yehuda yang mengandalkan diri dan kenikmatan sesaat dengan kehidupan orang-orang yang mengandalkan Tuhan, bagaikan padang gurun dan semak bulus yang senantiasa dalam kekeringan (ayat 5-6) dengan pohon yang ditanam di tepi aliran air (ayat 7-8). Walaupun pohon yang ditanam di tepi aliran air bisa jadi akan mengalami masa-masa berat dalam kehidupan, tetapi ia mendapatkan kekuatannya dari Tuhan yang selalu memasok akarnya dengan air kehidupan. Keadaan hidup boleh penuh masalah, tetapi daunnya tetap hijau dan ia tetap menghasilkan buah. Sahabat, Yeremia mengakui bahwa kehidupannya sebagai orang beriman memang sangat berat (ayat 14-15). Cemooh dan pencobaan datang silih berganti, tetapi orang beriman harus menggunakan kacamata yang berbeda dalam memandang hidup. Prioritas hidup kita harus berbeda. Kita percaya pada Tuhan yang menyelidiki hati, menguji batin, dan menilik setiap detail kehidupan kita (ayat 10); Ia akan melindungi kita pada hari malapetaka (ayat 17) dan menjaga kita hingga akhir (ayat 18), selayaknya seorang gembala menjaga domba dombanya (bdk. Yohanes 10:14-15). Pada-Nya kita temukan kenyamanan dan keamanan sejati dalam hidup. Ingatlah! Sahabat, mengandalkan Tuhan dengan benar berarti menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan, satu-satunya yang kita inginkan. Tanpa Tuhan, kita tidak berdaya. Bersama Tuhan, kita merasa cukup. Segala tindakan kita bersumber dan ditujukan pada Tuhan. Merasa bahagia saat melakukan segala sesuatu bagi Tuhan. Melakukan tugas dengan baik dan benar serta penuh tanggung jawab, baik tugas di rumah tangga, di tempat kerja, di gereja, maupun di tengah masyarakat. Ya, mengandalkan Tuhan berarti menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya sumber sukacita dan motivasi hidup kita. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

CERITAKAN KEBAIKAN TUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita mempunyai Tuhan sebagai tempat perlindungan yang benar-benar aman. Sahabat, sesungguhnya di dunia ini tidak ada satu pun tempat yang dapat kita pakai sebagai  tempat berlindung yang aman.  Tidak ada seorang pun yang dapat menjamin kita aman dan terlindungi, karena semua ada batasnya.  Berbicara mengenai tempat perlindungan yang aman, saya ajak Sahabat untuk menggali berkat dari Mazmur 118:1-29 di bawah judul: “Nyanyian puji-pujian.” Sahabat, mengenai tempat berlindung, pemazmur menasihati,  “Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan.”  (ayat 8-9).  Mazmur 118  merupakan Mazmur Ibadah syukur. Ibadah yang dirayakan dengan meriah dan kemungkinan ini dilakukan pada hari-hari raya besar bagi umat Israel, salah satunya ibadah hari raya Pondok Daun. Ibadah syukur ini dibuka dengan pengakuan bahwa Tuhan itu baik dan kasih setia-Nya sampai selama-lamanya (ayat 1-4). Pengakuan tersebut mengundang umat untuk bersama-sama bersyukur kepada Tuhan (ayat 24-29). Selanjutnya, pemazmur menjelaskan alasan mengapa dirinya menaikkan doa syukur kepada Allah. Dalam hidupnya, ia mengalami banyak pertolongan Tuhan (ayat 5-9); ia melihat langsung bagaimana tangan Tuhan yang perkasa menopang hidupnya dari gempuran para lawannya (ayat 10-16). Meskipun didikan Tuhan itu keras, di balik semuanya itu terdapat kasih setia Tuhan yang menyelamatkan (ayat 18). Oleh karena itu pemazmur bertekad untuk menceritakan segala perbuatan Allah Israel yang hidup kepada semua orang (ayat 17, 19-23). Sahabat, ungkapan, kesaksian, dan pernyataan pemazmur mengenai kebesaran, kemahakuasaan, dan kemurahan Allah dapat dijadikan panduan hidup bagi kita dalam menjalani ibadah, baik secara pribadi maupun bersama-sama. Dalam ibadah pribadi, kita diingatkan betapa pentingnya mengingat segala perbuatan Tuhan yang dahsyat dalam hidup kita masing-masing. Ingatan akan kebaikan Allah menjadi landasan yang kuat bagi kita untuk selalu bersyukur kepada-Nya. Sesungguhnya, hati yang penuh  syukur dapat menyegarkan jiwa dan menjadi kekuatan kita di saat kesesakan sedang menghimpit. Penghiburan Allah itu akan memberi pencerahan dan kekuatan, sehingga kita dapat terus mengayunkan langkah menjalani hidup ini dengan kekuatan iman. Meniti hari-hari dengan lebih ringan dan nyaman.  Itu sebabnya, hati yang penuh syukur bagaikan wewangian yang semerbak, yang bisa dicium dan dihirup oleh banyak orang. Ingatlah! Sahabat,  yang perlu diingat adalah dalam menyampaikan cerita tersebut jangan sampai kita terjatuh pada pemuliaan diri sendiri. Tujuan dari kesaksian adalah memuji dan memuliakan Tuhan. Karena itu, marilah Kita berdoa agar kita senantiasa bisa menceritakan segala perbuatan Tuhan yang dahsyat kepada semua orang agar mereka juga dapat merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Tuhan memberkati kesaksian Sahabat dan keluarga. Teruslah bersaksi sampai Tuhan Yesus datang yang kedua kali. (pg).

Mengakui KEDAULATAN ALLAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan penuh syukur karena kita mempunyai Tuhan yang Mahakuasa tapi sangat peduli dengan kita. Sahabat, manusia seringkali berpikir bahwa hidupnya adalah miliknya sendiri. Hidupnya ada di tangannya sendiri. Segala sesuatu dapat direncanakan, diatur, dan ditentukan sendiri, sehingga dengan demikian mereka merasa bebas untuk melakukan dan memutuskan segala sesuatu di dalam hidupnya. Dalam kesombongannya, manusia berpikir bahwa dirinya cukup berkuasa tanpa kehadiran dan campur tangan Allah. Namun Alkitab mengajar kita bahwa kedaulatan Allah mengalahkan segala kuasa yang ada di bumi ini. Sahabat, seringkali kita membatasi kehendak dan kuasa Tuhan sebatas logika kita. Untuk itu mari kita mendalami satu perikop dari Yesaya 45:1-8 di bawah judul: “TUHAN memakai Koresh sebagai alat-Nya.” Sesungguhnya, apa yang bagi kita tidak masuk akal, Allah sanggup melakukannya. Jika kita menggali bacaan kita saat ini, maka kita akan menemukan bahwa Tuhan bisa menggunakan siapa saja walaupun itu orang yang tidak seiman, bahkan mungkin musuh kita untuk menjadi alat di tangan-Nya. Sahabat, sangat mengejutkan! Tidak masuk di akal. Koresh, raja dari bangsa penyembah berhala, yang tidak mengenal Allah Israel dipakai Tuhan untuk menyelamatkan umat-Nya (ayat 4). Tuhan sendiri yang memanggil, mengurapi, dan memimpin Koresh untuk menaklukkan raja-raja dunia (ayat 1). Tuhan sendiri yang memastikan keberhasilan Koresh (ayat 2-3 dan 5). Padahal pengurapan dalam Perjanjian Lama ialah penugasan Tuhan kepada orang pilihan-Nya dari umat-Nya untuk jabatan tertentu! Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan berdaulat dan berkuasa untuk memakai siapa saja. Sepasti kekuasaan-Nya atas terang dan gelap, atas kemujuran dan malapetaka dan atas seluruh alam semesta ini (ayat 7-8), sedemikian pula kekuasaan-Nya atas Koresh. Allah melalui Yesaya memberitahu umat Israel, dan bangsa-bangsa bahwa Koresh adalah alat di tangan-Nya, yang dipakai untuk kebesaran dan kemuliaan-Nya (ayat 6). Sahabat, lalu untuk apa Koresh dipanggil dan diurapi? Allah membangkitkan Koresh dengan suatu tujuan, yaitu untuk membebaskan bangsa Israel (ayat 4). Allah memakai raja bangsa Persia ini untuk menggantikan raja-raja adikuasa Babel. Yeremia menubuatkan kehancuran Babel (Yeremia 25:12-14). Koreshlah yang nantinya menjadi “juruselamat” bagi bangsa Yahudi. Hal ini terlihat dari tindakan Koresh di kemudian hari. Ia memberikan kebebasan bagi bangsa Israel untuk pulang ke negerinya serta mengizinkan pembangunan kembali tembok Yerusalem dan Bait Suci (Yesaya 44:28; 2 Tawarikh 36:22-23; Ezra 1:1-4). Yeremia telah menubuatkan pemulihan umat Israel ini (Yeremia 29:10-14) dan Daniel telah mendoakannya sebagai antisipasi ketika saat pembebasan yang dijanjikan itu telah tiba (Daniel 9:1-19). Ingatlah! Sahabat, orang yang dapat menempatkan dirinya sebagaimana seharusnya akan mengalami kebaikan dan berkat, tetapi orang yang tidak dapat menempatkan diri sebagaimana seharusnya akan selalu menderita dan tidak pernah merasa diberkati. Ketika kita menempatkan diri kita pada posisi yang seharusnya di hadapan TUHAN, kita akan menjadi orang-orang yang bersyukur kepada-Nya. Menempatkan diri secara benar di hadapan TUHAN berarti bahwa kita menerima kedaulatan-Nya dan percaya akan kasih-Nya kepada kita. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)