DIA Pergi untuk Kembali

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena hari Kenaikan Tuhan Yesus Ke Surga ditetapkan oleh pemerintah kita sebagai hari libur nasional. Sahabat, ketika saya sedang menulis renungan ini saya jadi ingat dengan lagu ciptaan Minggus Tahitoe yang berjudul: “Pergi untuk kembali”. Lagu tersebut dirilis pada tahun 2005 dan dinyanyikan oleh Diana Nasution. Lagu tersebut  menceritakan perpisahan sepasang kekasih. Namun sang laki-laki berjanji untuk kembali lagi setelah ia pergi sekian lama.. Dalam rangka memperingati Hari Kenaikan Tuhan Yesus Ke Surga, kita akan merefleksikan satu perikop dari Kisah Para Rasul 1:6-11 di bawah judul: “Yesus terangkat ke surga” Sahabat, bacaan kita hari ini mencatat bahwa sebelum Yesus pergi (naik ke surga), Ia berjanji akan mengutus Roh Kudus turun ke atas para murid sehingga mereka memiliki kuasa untuk menjadi saksi-Nya, mulai dari Yerusalem hingga ke seluruh Yudea dan Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi (ayat 8). Maka jelas bahwa kunci keberhasilan para murid dalam memenuhi amanat agung Tuhan Yesus adalah kuasa Roh Kudus. Dengan kuasa itu, para murid akan dimampukan untuk melanjutkan karya Kristus dengan mengajar, bersaksi, bahkan membuat mukjizat.Philip Yancey, dalam bukunya “Bukan Yesus yang Saya Kenal”, mencoba menjawab pertanyaan tentang yang dilakukan Yesus setelah naik ke surga. Mungkin kita akan menjawab bahwa Yesus naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi kita. Itu benar, tetapi menurut Yancey, tidak hanya itu. Kenaikan Yesus memberikan kesempatan bagi orang percaya untuk menjadi saksi-Nya. Sahabat, jangkauan seorang saksi adalah seluruh pelosok bumi. Semula para murid menganggap bahwa kerajaan Allah terbatas untuk bangsa Israel atau orang-orang Yahudi saja, hal ini terlihat dari kalimat “kerajaan bagi Israel” (ayat 6). Tuhan Yesus mengoreksi kesalahan mereka dengan mengatakan bahwa mereka harus menjadi saksi, bukan hanya di Yerusalem dan Yudea saja, tetapi juga di Samaria, dan sampai ke ujung bumi (ayat 8). Urut-urutan tersebut menunjukkan bahwa pemberitaan Injil tidak dibatasi hanya pada daerah-daerah tertentu, tetapi dimulai dari tempat kita masing-masing sampai ke seluruh pelosok bumi ini, sehingga semua orang mendengarkan Injil. Setelah Yesus naik ke surga dengan disaksikan murid-murid-Nya, tiba-tiba berdirilah dua orang berpakaian putih (perwujudan dari malaikat) yang mengingatkan bahwa Yesus yang terangkat ke surga akan datang kembali (ayat 10-11). Yesus kembali ke rumah Bapa dan dari sana Ia akan melanjutkan pelayanan-Nya di bumi melalui rasul-rasul-Nya serta para murid-Nya.Sahabat, peristiwa Kenaikan Yesus memiliki makna khusus yang berkaitan dengan kedatangan-Nya yang kedua kali, karena Kenaikan Yesus merupakan konfirmasi dan jaminan pasti dari kedatangan-Nya yang kedua kali, suatu hari nanti. Seorang teolog berkata bahwa Kenaikan Kristus merupakan akhir karya Kristus di bumi, sekaligus permulaan sejarah gereja yang berlangsung hingga Kristus datang kembali yang kedua kali. Dia pergi untuk kembali.Ingatlah! Sahabat, peristiwa kenaikan Yesus Kristus ke surga memiliki arti penting dalam iman orang percaya, yaitu bukti bahwa Tuhan yang kita sembah di dalam nama Yesus Kristus adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa, yang bukan hanya mengasihi kita dengan rela mati di kayu salib, lalu bangkit dari kematian di hari yang ke-3, tetapi Dia juga naik ke surga.  Tuhan Yesus naik ke surga karena memang Dia berasal dari surga,  “Aku dari atas; … Aku bukan dari dunia ini.”  (Yohanes 8:23). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg) 

SERAHKAN, SERAHKANLAH!

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh ketenangan karena kita telah menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Tuhan. Sahabat, ada seorang ibu sedang duduk santai di kebun belakang rumahnya. Keadaan keluarganya baik-baik saja. Namun, tiba-tiba muncul pikiran buruk dalam benaknya: “Bagaimana kalau anakku mengalami kecelakaan sepulang dari sekolah? Bagaimana kalau suamiku kehilangan pekerjaan karena perusahaannya bangkrut? Bagaimana kalau aku terkena sakit kanker kandungan?” Mungkin dalam bentuk yang berbeda, kita pernah mengalami hal semacam itu. Sesungguhnya setiap manusia pasti punya rasa khawatir. Hanya manusia yang sudah tidak  bernyawa yang tidak punya rasa khawatir. Coba dalam suasana hening, kita endapkan apa yang ditulis oleh Ayub dalam rangkaian ayat-ayat berikut: “Karena bukan dari debu terbit bencana dan bukan dari tanah tumbuh kesusahan; melainkan manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi.” (Ayub. 5:6-7) dan “Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan (Ayub. 14:1-2).  Sahabat, Itulah kekhawatiran, ketakutan akan sesuatu yang mungkin terjadi. Sesuatu yang tidak kita ketahui. Sesuatu yang tidak dapat kita kendalikan. Kita khawatir karena kita ingin mengontrol keadaan agar sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Kita khawatir karena tidak ingin hal-hal buruk menimpa diri kita atau orang-orang yang kita cintai.Petrus mendorong kita untuk menyerahkan segala kekhawatiran kepada Tuhan, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7). Menyerahkan berarti melepaskan, memberikan kepada pihak lain. Diserahkan kepada siapa? Tentu kepada Tuhan.  Kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi, tetapi Tuhan adalah Alfa dan Omega, Dia Mahatahu.  Dia mengetahui segala sesuatu. Banyak hal berada di luar kendali kita, tetapi Tuhan berdaulat atas kehidupan ini dan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28)Sesungguhnya hal yang kita khawatirkan mungkin bisa terjadi, tetapi  mungkin juga tidak terjadi. Apa pun yang terjadi, satu hal yang pasti: Tuhan tidak akan meninggalkan dan membiarkan kita seorang diri. Dia pasti memelihara kita.  Dia bahkan melengkapi, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan kita (1 Petrus 5:10). Dalam penyertaan-Nya, masihkah kita memilih untuk khawatir?    Sahabat,bila kita hidup dalam kekhawatiran sesungguhnya kita sedang dikejar-kejar sesuatu. Ketakutanlah yang sebenarnya sedang mengejar-ngejar kita. Semakin kita khawatir, maka semakin besar pula peluang ketakutan untuk menjadi kenyataan.  Ingatlah! Sahabat,  berhentilah menjadi khawatir bila kamu ingin menikmati hidup dalam ketenangan. Serahkanlah semua (bukan hanya sebagian) kekhawatiranmu  kepada Tuhan yang pasti memelihara hidupmu. Jangan lupa, selama kekhawatiran masih  kamu genggam erat-erat, maka Tuhan tidak bisa leluasa menolongmu. Sekali lagi,  serahkanlah kekhawatiranmu, maka Tuhan akan bertindak bagimu. Haleluya! Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Serahkan, Serahkanlah! (pg).

BERDOA dan BERDOALAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat. Semoga kita menjadi orang percaya yang setia menjaga waktu-waktu doa kita. Sahabat, doa adalah komunikasi dengan Allah. Dalam doa, kita bebas mencurahkan segenap isi hati tanpa merasa akan disalahmengerti oleh Allah. Ia sangat peduli dan mau mengerti diri kita. Ia mau memberikan telinga-Nya untuk mendengarkan curahan hati umat-Nya. Di hadapan-Nya, semua orang sama nilai dan derajatnya. Ia bukan Allah yang tebang pilih. Ia sungguh adil adanya. Pergumulan apa yang Sahabat hadapi saat ini?  Mungkin Sahabat sedang bergumul dengan sakit yang tidak kunjung sembuh, atau masalah ekonomi keluarga yang tidak kunjung membaik,   atau masalah keluarga yang semakin sulit diurai, atau masalah-masalah pelik lainnya.  Kekuatan kita sebagai manusia sangat terbatas, adakalanya kita merasa tidak kuat lagi menghadapinya.  Di saat-saat seperti itu kita membutuhkan kekuatan ekstra dari doa. Untuk itu mari kita merefleksikan satu perikop yang saya ambil dari Kisah Para Rasul 12:1-19.  Sahabat, sebagaimana kita ketahui, raja Herodes dikenal sebagai raja yang sangat lalim.  Ia memerintah rakyatnya dengan tangan besi.  Dengan kekuasaan yang dimiliki ia bertindak semena-mena terhadap rakyatnya, bahkan ia melakukan penganiayaan dan pembunuhan secara sadis terhadap orang-orang percaya,  “Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang.”  (ayat 2).  Petrus pun tak luput dari hal ini, ia ditahan dan dipenjarakan.  Petrus dijebloskan ke dalam penjara dengan pengawasan yang super ketat,  “… di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit.”  (ayat 4-a).  Secara manusia Petrus sudah tidak memiliki harapan lagi untuk melihat dan berkomunikasi dengan dunia luar  sebab ia dijaga ketat oleh prajurit-prajurit Herodes, dengan kaki dan tangan terbelenggu dengan rantai yang kuat.  Petrus hanya bisa berserah sepenuhnya kepada  Tuhan.  Dalam kondisi tak berdaya, ketika ia tertidur pulas di antara penjagaan para prajurit,  “Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: ‘Bangunlah segera!’ Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus.”  (ayar 7).  Sahabat, dengan cara-Nya yang ajaib Tuhan menyatakan kuasa-Nya, Ia mengutus malaikat-Nya membebaskan Petrus.  Luar biasa!  Bagaimana Petrus dapat terlepas dari penjara?  Itu semua karena kekuatan doa.  Saat Petrus ditangkap dan dipenjarakan, jemaat Tuhan tekun berdoa untuk keselamatan Petrus  (ayat 5-b).  Doa yang dinaikkan dengan tekun dan penuh iman mampu menggetarkan surga dan Tuhan pun turun tangan menyatakan kuasa-Nya.  Petrus pun luput dari kematian,  “Pada keesokan harinya gemparlah prajurit-prajurit itu. Mereka bertanya-tanya apakah yang telah terjadi dengan Petrus.”  (ayat 18).Ingatlah! Sahabat, masalah apa yang  sedang membelenggumu saat ini?  Sekali pun sepertinya tidak ada lagi harapan, karena semua pintu serasa sudah tertutup, janganlah menyerah dan berputus asa. Berserulah kepada Tuhan dengan iman, pertolongan Tuhan pasti datang  tepat pada waktunya. Yakinlah, doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya  (Yakobus 5:16-b). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tunggu apa lagi, berdoa dan berdoalah! (pg).

PERCAYALAH dan BERTINDAKLAH!

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita meyakini bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Sahabat, masih ingat dengan acara I’m Possible yang  merupakan acara gelar wicara yang disiarkan di Metro TV?  Acara  tersebut dipandu oleh motivator ternama, Merry Riana. Sering dia berseru: “Dari Impossible menjadi I’m possible”. Sahabat, sesungguhnya jika kita memiliki iman, maka tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya (Markus 9:23). Itulah yang ditekankan oleh Tuhan Yesus bahwa iman tidak mengenal hal yang mustahil. Impossible menjadi I’m possible. Semua itu terjadi bukan karena kehebatan manusia, akan tetapi karena pertolongan dan kuasa Allah yang tidak terbatas. Dalam Injil Lukas 17:11-19 diceritakan bahwa ada sepuluh orang yang menderita sakit kusta datang kepada Kristus dan memohon belas kasihan dari-Nya,  “Yesus, Guru, kasihanilah kami!”  (ayat 13).  Mereka tidak dapat mendekati Yesus karena hukum Ibrani melarang orang kusta mendekati siapa pun. Sepuluh orang kusta itu tidak langsung meminta Yesus memberi kesembuhan. Mereka hanya meminta belas kasih-Nya agar sudi melihat penderitaan mereka.Sahabat, Yesus mendengar teriakan mereka dan menunjukkan kasih-Nya. Akan tetapi, apa yang Ia lakukan kemudian? Yesus tidak langsung menyembuhkan mereka. Ia pun tidak menjanjikan kesembuhan. Yesus terlebih dahulu ingin menguji ketaatan mereka. Ia memerintahkan agar mereka pergi menemui imam. Ternyata, para penderita kusta itu memiliki iman untuk menaati Yesus. Mereka menerima tantangan dan membuktikan ketaatannya. Setelah itu, kesembuhan pun terjadi (ayat 14). Dari 10 orang yang mengalami kesembuhan dari Tuhan  ternyata hanya 1 orang saja, yaitu orang Samaria, yang tahu berterima kasih dan tersungkur di bawah kaki Tuhan dengan penuh ucapan syukur (ayat 15-16).  Lalu Yesus berkata,  “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?” (ayat 17). Sahabat, Yesus menyembuhkan orang Samaria dari penyakit kusta. Itu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa baginya. Tetapi  yang patut menjadi refleksi buat kita adalah anugerah Tuhan yang terbesar untuk orang Samaria tersebut sesungguhnya bukan kesembuhan dari  sakit kusta, tetapi perjumpaannya dengan Yesus yang menyelamatkannya. Anugerah terbesar yang didapat oleh orang Samaria itu adalah Yesus Kristus sendiri. Bahkan orang Samaria itu mendapatkan peneguhan dari Yesus, “… Imanmu telah menyelamatkan Engkau” (ayat 19). Ingatlah! Sahabat,  peristiwa mukjizat di Injil Lukas 17 tersebut mau mengatakan bahwa iman adalah suatu tindakan, tidak hanya memercayai segala yang telah  difirmankan,  tetapi menaati segala perintah Tuhan.  Keyakinan kita membawa pada tindakan.  Kitab Ibrani pasal 11 menunjukan bahwa memercayai Allah berarti menaati Tuhan dan berjuang taat sekalipun mengahadapi tantangan dan pergumulan yang tidak mudah. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Percayalah dan bertindaklah! (pg) 

MULIAKANLAH ALLAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan muliakanlah Allah melalui hidup kita.. Sahabat, masih ingat dengan lagu dari Duo Maia Estianty dan Mey Chan yang berjudul: “Ingat Kamu”? Refrainnya berbunyi: Aku mau makan kuingat kamu, aku mau tidur juga kuingat kamu, aku mau pergi kuingat kamu. Sahabat, ketika kita mencintai seseorang, maka ia mewarnai segala aspek kehidupan kita. Persoalannya menjadi berbeda dalam hubungan dengan Allah. Aneh tapi nyata. Dengan Allah, kita malah penuh perhitungan. Itu buat Allah, ini buat aku. Itu urusan Allah, ini urusanku. Ini hidupku, jangan jadi urusan Allah. Aku makan, ya makan tanpa perlu ingat Dia yang memberi makan. Aku hidup, ya hidup tanpa harus bersyukur kepada sang Pemberi Kehidupan. Sahabat, saya ajak untuk menghayati tulisan Paulus yang sangat khas yang terdapat di Roma 11:33-36. Di sini theologia berubah menjadi syair. Di sini pergumulan pikiran berubah menjadi puji-pujian yang timbul dari hati. Sebagai orang percaya kita imani bahwa apa yang kita miliki bahkan hidup kita sekalipun adalah milik Allah, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (ayat 36) Memerhatikan firman tersebut  maka bisa dipahami bahwa apa yang kita miliki,  pakailah  semua untuk kemuliaan Allah. Sahabat, menurut Rasul Paulus, Allah dan segala keputusan-Nya begitu besar, luas dan akbar, tidak terselami oleh akal budi manusia. Manusia tidak mampu menyelami pikiran dan keputusan Allah. Manusia tidak mampu mengetahui persis isi hati Allah. Dia Mahabesar dan kita manusia teramat kecil. Yang pasti, pikiran dan hikmat Allah itu tentu jauh lebih baik bila dibandingkan dengan pikiran dan hikmat manusia. Keputusan-Nya pastilah benar dan tidak pernah salah. Paulus mengingatkan bahwa Allah tidak memerlukan nasihat manusia. Manusialah yang membutuhkan nasihat dan perintah Allah. (ayat 33-35) Proklamasi sederhana dari Paulus ditutup dengan pernyataan: Semua bermula dan berakhir pada Allah. Apa yang dimiliki, dirasakan, dijalani, diperoleh dan dilakukan manusia semata-mata dari Allah, oleh Allah, dan kepada Allah. Manusia tidak ada apa-apanya di hadapan Allah. Kesadaran akan hal ini semestinya membuat kita melakukan segala sesuatu dengan kesadaran akan pertanggungjawaban kepada Allah. Demikianlah kita memuliakan Allah. (ayat 36). Sahabat, sesungguhnya hidup bukan untuk memuaskan ambisi pribadi, melainkan untuk memuliakan Allah. Mengapa kita harus memuliakan Allah? Pertama, karena keberadaan Allah yang mulia. Dia adalah Allah yang mulia dan sudah selayaknya dimuliakan. Kedua, karena segala perbuatan-Nya: Dia yang menciptakan kita; Dia telah menebus dan menyelamatkan kita; dan Dia mengasihi, memelihara dan memberkati kita. Ketiga, karena kita diciptakan untuk kemuliaan-Nya. Semua orang yang disebut dengan nama-Nya, diciptakan untuk kemuliaan-Nya. Ingatlah! Sahabat, kita diciptakan untuk kemuliaan Allah. Maka jalanilah hidup ini dengan tujuan, yaitu untuk kemuliaan-Nya. Mari kita hayati harapan dari Rasul Paulus, ”Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Muliakanlah Allah. (pg)

RUKUN-RUKUNLAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus , apa kabar? Salam sehat penuh kerukunan. Sahabat, kerukunan adalah dambaan setiap persekutuan. Persekutuan mana pun, entah keluarga, gereja, maupun masyarakat, semuanya menginginkan kerukunan dalam hidup persekutuannya. Tetapi seperti apakah gambaran persekutuan atau persaudaraan yang rukun itu? Panggilan untuk hidup dalam kerukunan  digemakan oleh Daud dalam Mazmur 133:1-3. Suku-suku di Israel rentan  terhadap konflik antarsuku. Semakin kuat konflik di antara mereka, tentu semakin lemah pertahanan mereka terhadap serangan dari bangsa-bangsa sekitar mereka. Mazmur 133 merupakan sebuah Mazmur Ziarah. Mazmur ini mengungkapkan tentang kerukunan kekeluargaan dari umat Allah. Ternyata dalam pengalaman hidup beriman, umat Israel selaku umat pilihan Allah menyadari bahwa yang terbaik dan terindah adalah apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun, sebagaimana yang dikemukakan dalam ayat 1, “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun.” Selanjutnya dalam ayat 2 dan 3, persaudaraan yang rukun itu diumpamakan dengan minyak di atas kepala Harun dan embun gunung Hermon yang menyegarkan. Persaudaraan yang rukun juga disamakan dengan berkat. Mazmur 133 merupakan pernyataan iman mengenai kasih persaudaraan umat Tuhan. Bila kasih itu ada, maka berkat Tuhan pun melimpah. Sahabat, selanjutnya Kristus merumuskan ulang hukum Allah di Perjanjian Lama menjadi: “Kasihilah Tuhan Allahmu…, dan kasihilah sesamamu manusia…” (Matius 22:37-39). Dengan demikian kasih kepada Allah menjadi dasar kasih kepada sesama. Kasih kepada sesama menjadi bukti dan wujud kasih kepada Allah. Kasih kepada sesama hanya mungkin ada pada orang-orang yang sudah lebih dahulu mengalami kasih Allah. Mazmur 133 menggambarkan keindahan kasih kepada sesama. Kasih Allah yang sudah dialaminya menjadi kekuatan bagi komunitas anak-anak Allah untuk dapat saling mengasihi. Mereka pun akan belajar mengasihi sesama yang masih berada di luar komunitas umat Allah. Mazmur 133 juga menggambarkan bagaimana komunitas persaudaraan kasih tersebut menyenangkan Allah sehingga Dia mencurahkan berkat-Nya yang limpah. Bagaikan minyak urapan yang melimpah dan turun atas diri Harun, demikian berkat yang melimpah itu akan dialami anak-anak Tuhan seperti imam yang karena pengurapan atasnya, dapat melayani Tuhan di rumah-Nya. Berkat Tuhan ini pasti akan dialami dan dinikmati umat-Nya, yang mewujud dalam tindakan saling mengasihi dan saling memberkati. Sahabat, sedangkan embun yang turun dari Hermon sampai ke Sion, menggambarkan keajaiban berkat Tuhan, mengingat kedua bukit itu terpisah jauh secara geografis. Maka kelimpahan berkat ini secara ajaib akan menyeberang dari komunitas umat Tuhan kepada sesama yang di luar komunitas tersebut. Ingatlah! Bila Sahabat termasuk dalam komunitas persaudaraan karena kasih, pastilah kasih Allah akan mengalir juga melalui Sahabat kepada sesama manusia di luar sana. Wujud kasih itu ialah Sahabat berani berbagi berkat Allah kepada mereka, sama seperti Sahabat berbagi berkat kepada saudara seiman. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Rukun-rukunlah! (pg).

BERSABARLAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh pengharapan di dalam Tuhan. Sahabat, pengharapan adalah daya kekuatan yang memampukan kita untuk bergerak maju, untuk terus hidup, untuk melihat masa depan, dan bertahan dalam segala situasi. Tanpa pengharapan tidak ada kehidupan. Sesungguhnya selama ada pengharapan, selama itulah ada kehidupan. Sahabat, yang sering menjadi masalah, ketika kita harus menunggu pengharapan kita mewujud. Kita tidak sabar menunggu. Masalah kesabaran menjadi salah satu masalah yang krusial bagi orang percaya. Yang paling menggoda seseorang untuk tidak setia sampai akhir adalah penyakit ketidaksabaran. Manusia cenderung ingin cepat memetik hasil dalam melakukan sesuatu. Kita cenderung ingin segera menikmati hasilnya. Kita ingin segera melihat dan memegang apa yang kita harapkan. Kita ingin segera menerima dan menikmati apa yang dijanjikan oleh Tuhan. Dalam menunggu datangnya jawaban dari Tuhan pun, kita seringkali tidak sabar. Kita kadang memaksakan Tuhan untuk menjawab sesuai kehendak kita. Kadang kita menuntut waktunya Tuhan haruslah sama dengan  waktu yang kita kehendaki. Ironisnya, hal tersebut kita anggap sebagai hal yang lazim. Kita tidak merasa bersalah. Kemudian jika hal tersebut tidak terjadi, kita akan bersungut-sungut,  dan yang lebih parah malah menghujat Tuhan atau bahkan meragukan keberadaan Tuhan. Sesungguhnya hal tersebut merupakan  kesalahan fatal yang bisa berakibat hilangnya semua berkat Tuhan dari diri kita. Selain itu, hal tersebut  seringkali menjadi titik lemah manusia yang dijadikan celah bagi iblis sebagai pintu masuknya. Sahabat, kita perlu belajar dari Abraham dalam menanti dengan sabar penggenapan janji Tuhan yang terdapat di surat Ibrani 6:13-15. Mari kita perhatikan ayat 15, “Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.”    Kita belajar dari Abraham yang harus menunggu selama 25 tahun untuk bisa mendapatkan keturunan dan ahli waris, yaitu Ishak. Yang patut diteladani dari Abraham adalah kesabarannya menanti dan menaati janji Allah dengan sepenuh hati. Ia sangat yakin janji Allah pasti digenapi. Allah yang dikenalnya secara pribadi pasti akan menepatinya dan Ia tidak pernah sekalipun ingkar janji. Walau sebagian janji Allah kepada Abraham belum dialami langsung, namun ia memilih tetap percaya bahwa suatu ketika janji itu akan terwujud pada waktu yang ditentukan Allah. Sahabat, Abraham mampu bersabar selama 25 tahun, waktu yang tidak pendek,  mengatasi segala ketidakmungkinan dan kemustahilan jika memakai logika manusia. Ia tidak hilang harapan meski usianya terlihat sangat tidak memungkinkan untuk menunggu terlalu lama. Hasilnya? Abraham menikmati janji Tuhan.  Ingatlah! Sahabat, latih diri untuk bersabar agar kita tidak kehilangan janji Tuhan.Bukan waktu kita, tapi waktu Tuhanlah yang penting. Sebab Dia tahu apa yang terbaik buat kita dan Dia telah merancangkan segala sesuatu itu indah pada waktunya bagi kita. Jika demikian, bersabarlah. Nantikan janji Tuhan dinyatakan kepada Sahabat dan saya pada waktu yang paling tepat sesuai dengan waktu-Nya.Tuhan memberkati Sahabat dengan keluarga. Bersabarlah. (pg).

Karya ALLAH dalam SEJARAH UMAT Pilihan-Nya

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena Allah yang Mahakudus dan Mahakuasa berkenan ikut campur tangan dalam perjalanan hidup kita. Sahabat.  Allah Israel adalah Allah yang berkarya di dalam sejarah, secara khusus dalam sejarah umat pilihan-Nya. Begitu banyak kasih karunia dan kebaikan Allah yang telah dialami oleh orang Israel. Sebagai bangsa yang berada di bawah penindasan bangsa Mesir, harkat mereka telah ditinggikan dengan pembebasan yang Allah lakukan. Di dalam anugerah-Nya yang besar, Allah yang penuh dengan kasih dan sayang itu telah menjadikan Israel sebagai umat-Nya. Allah mengangkat mereka sebagai anak-anak-Nya  dan selalu memelihara mereka. Untuk lebih  memahami karya Allah dalam sejarah umat pilihan-Nya, mari kita belajar dari Yesaya 63:1-19. Bagian pertama dari Yesaya 63 mengisahkan pembalasan Allah terhadap musuh-musuh umat-Nya (ayat 1-6). Allah menyatakan dirinya sebagai pemeras anggur yang akan menginjak-injak musuh umat pilihan-Nya sebagaimana orang menginjak-injak buah anggur di tempat pengirikan. Mengapa Tuhan memedulikan Israel dengan menghancurkan para musuhnya? Karena Ia mengasihi mereka dan sesuai dengan ikatan perjanjian-Nya, Ia menjadi juruselamat mereka (ayat 7-9). Sahabat, dengan segala kebajikan yang besar itu, Allah tentu berhak untuk berharap bahwa bangsa yang telah dipilih itu akan merespons dengan integritas dan kesetiaan kepada-Nya. Namun nyatanya, mereka berlaku tidak setia dengan melawan kehendak-Nya sehingga mendukakan Roh Kudus-Nya (ayat 10). Beruntung kasih setia Tuhan yang dulu mereka nikmati (ayat 11-14) tidak pernah benar-benar diangkat dari mereka. Oleh karena itu, mereka berani berseru kepada-Nya serta memanggil Tuhan sebagai Bapa dan Penebus (ayat 16) agar Ia bersegera menolong mereka (ayat 15-19). Dinamika kehidupan anak-anak Tuhan mirip dengan jatuh bangunnya umat Israel. Kita begitu mudah melupakan anugerah Tuhan dan melakukan perbuatan yang mendukakan Roh Kudus. Kadang kala Allah terpaksa menghukum kita dengan mengizinkan penderitaan menerpa kita. Puji syukur kepada Tuhan, kasih setia-Nya tidak pernah berubah. Ia tetap mengasihi kita, menyertai kita, dan membela kita terhadap perlakuan tidak benar dari musuh-musuh kita. Ingatlah! Sahabat, betapa indah mengingat kebaikan Allah bagi umat. Niscaya tak akan putus-putus kita mengagumi kuasa-Nya yang begitu hebat. Namun alangkah baiknya bila ingatan itu muncul bukan ketika kita sedang ditegur Allah akibat dosa yang kita lakukan, lalu kita mengenang masa-masa indah berjalan bersama Tuhan. Ingatan akan kemurahan dan kasih karunia Allah seharusnya mendorong kita untuk merespons dengan tetap setia beriman dan taat kepada-Nya, sebagaimana Ia juga setia memelihara dan menyertai kita. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Yayasan Christopherus merupakan yayasan interdenominasi. Melayani bersama-sama gereja dan untuk gereja-gereja. Pelayanannya bersifat  holistik, bersifat utuh. Melayani bidang rohani, namun juga melayani bidang diakonia dan beasiswa. Dukunglah pelayanan Christopherus dengan doa, karya, daya, usaha, dan dana. (pg)

RASA CUKUP: MUTIARA yang paling BERHARGA

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita memiliki Tuhan yang mendidik kita untuk bisa mengedepankan rasa cukup. Sahabat, sesungguhnya setiap hari ada cukup banyak  orang  dipusingkan oleh kebutuhan hidup sehari-hari.  Apalagi sekarang ini semua harga kebutuhan pokok bergerak naik.  Yah… selama kita hidup di dunia, memenuhi kebutuhan hidup, baik itu makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya, adalah hal-hal yang menjadi menu kita sehari-hari.  Itulah sebabnya hampir semua orang bekerja keras membanting tulang untuk dapat memenuhi setiap kebutuhannya. Ketika saya tanya “Kapan kamu merasa cukup?”, seorang teman sepelayanan yang masih muda menjawab, “Kalau bisa dapat honor sedikit lebih besar lagi”. Rasa cukup merupakan mutiara yang paling berharga. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi (Filipi 4:10-20)  memberi kita pelajaran berharga soal rasa cukup. Sahabat, Rasul Paulus tidak hanya sekadar bicara saja, karena dia sendiri juga mengalami. Paulus berkata, “…  sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. …” (ayat 11-12). Paulus ingin mengatakan bahwa rasa cukup bukan dibawa sejak lahir, ataupun sesuatu yang mudah dilakukan. Paulus tahu bagaimana rasanya mengalami kelimpahan maupun kekurangan. Dia tahu bagaimana rasanya tidak mampu membayar besarnya biaya perjalanan pelayanannya, dia tahu bagaimana rasanya kelaparan, dia tahu bagaimana rasanya tidak ada uang yang tersisa lagi. Kemurahan hati jemaat di Filipi kepada Paulus telah berjalan cukup lama. Dalam Kisah Para Rasul 16 dan 17, kita dapat membaca bagaimana Rasul Paulus mengabarkan Injil di Filipi, lalu pindah ke Tesalonika dan Berea. Sejak saat itu, jemaat Filipi telah memberikan dukungan dana kepada Paulus. Maka tak heran, jemaat Filipi mendapat tempat istimewa di hati Paulus (ayat 15 dan 16) Sahabat, kemurahan hati jemaat Filipi membuat Paulus bersuka cita, bukan demi dirinya sendiri, tapi justru demi jemaat Filipi sendiri. Kemudian ia memakai kata-kata yang mengubah pemberian jemaat Filipi itu menjadi suatu pengurbanan bagi Allah. Ia menyebutnya suatu persembahan yang harum. Itu merupakan suatu frasa yang umum dalam Perjanjian Lama untuk suatu pengurbanan yang berkenan kepada Allah (ayat 17 dan 18). Pernyataan Paulus, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus “ (ayat 19) merupakan ayat favorit bagi banyak  orang percaya. Siapa yang tidak suka kalau semua keperluan kita dipenuhi? Sahabat, sesungguhnya Paulus mau menegaskan bahwa tidak ada pemberian yang dapat membuat si pemberi menjadi lebih miskin. Kekayaan Allah terbuka bagi mereka yang mengasihi Tuhan dan sesama. Orang yang memberi akan menjadi semakin kaya karena kemurahan hatinya telah membuka jalan bagi pemberian Allah kepadanya. Ingatlah! Sahabat, Paulus mengingatkan jemaat  di Filipi bahwa Allah akan melakukan apa yang tidak dapat dia lakukan. Paulus mungkin tidak bisa membalas dengan setimpal semua hal yang dilakukan mereka baginya. Namun Allahnya, yang lebih besar dari segala sesuatu, akan membalas mereka dengan berkelimpahan. Allah bisa memberikan segala keperluan mereka terus-menerus dan dengan dahsyat. Perhatikan bahwa Allah memberikan apa yang mereka perlukan, dan bukannya apa yang mereka inginkan. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Semoga Sahabat berkenan untuk menjadi  anggota keluarga besar Christopherus. Mari kita bersama-sama melayani Tuhan dan sesama melalui wadah Christopherus. Mari kita dukung pelayanan Christoherus. (pg).

IKATAN PERJANJIAN antara ALLAH dan UMAT

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita menjadi orang percaya yang dengar-dengaran suara Tuhan. Sahabat, mendengarkan merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan dan pertumbuhan rohani orang percaya. Iman timbul dari pendengaran akan firman Allah (Roma 10:17). Demikian pula, iman dapat disesatkan atau pun dibimbing ke jalan yang benar melalui indra pendengaran. Mazmur 81:1-17  menyerukan bangsa Israel untuk mendengar sabda Allah. Mendengarkan adalah fondasi bagi bangsa Israel untuk masuk ke dalam ketetapan Allah dan syarat untuk dapat menghayati perjanjian antara Allah dengan umat-Nya (6b-11). Dalam sejarah Israel, perjanjian Allah dengan umat-Nya diawali dengan perintah untuk mendengarkan-Nya (Ulangan 6:4). Sahabat, Mazmur 81 diawali dengan nyanyian sukacita yang berisi ajakan untuk bersorak-sorai dan bernyanyi bagi Allah (ayat 2-3). Alat-alat musik seperti rebana, kecapi, gambus, dan sangkakala menunjukkan betapa besarnya sukacita ini. Besar kemungkinan nyanyian ini dilakukan dalam sebuah hari raya (ayat 4), yaitu perayaan akan ikatan perjanjian antara Allah dan umat. Allah berjanji untuk melepaskan umat dari segala kesesakan (ayat 7-8), melindungi umat dari musuh dan orang-orang yang melawan mereka (ayat 16-17), serta mengenyangkan mereka dengan gandum dan madu (ayat 16-17). Sebagai gantinya, Allah menuntut umat untuk mendengarkan dan memerhatikan perintah-Nya, yakni setia untuk tidak menyembah allah lain dan hidup menurut jalan-Nya (ayat 9, 10, 14). Cara hidup yang dibangun Allah dengan umat selalu bercorak perjanjian. Mulai dari perjanjian Allah secara personal dengan Nuh, Abraham, Daud, Salomo, hingga perjanjian secara komunal dengan Israel sebagai bangsa. Inilah cara hidup orang percaya, yaitu hidup dalam perjanjian dengan Allah. Itu sebabnya, Alkitab terdiri dari dua bagian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bukan janji lama atau janji baru. Sahabat, sepanjang hidup sudah berapa banyak janji yang dibuat dan diikrarkan sebagai bentuk perjanjian kita dengan Allah? Lalu, bagaimana kita menjalaninya? Masih setiakah kita dengan janji tersebut? Atau kita yang ingkar janji? Ingatlah bahwa janji-janji kita merupakan bagian dari ikatan perjanjian dengan Allah. Ikatan ini akan membawa kita masuk dalam relasi yang lebih intim dengan Allah. Jalanilah dengan setia dan penuh sukacita sekalipun itu berat. Karena Allah selalu setia dengan janji-Nya bahwa Ia selalu menyertai kita. Itu sebabnya Ia disebut Imanuel. Ingatlah! Sahabat, yang namanya perjanjian tetap menjadi perjanjian, ketika dipegang teguh oleh mereka yang berjanji. Perjanjian akan dianggap batal jika salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang dijanjikan. Dalam perjanjian tersebut, Allah adalah pihak yang tidak pernah lalai terhadap janji-Nya. Sebaliknya manusia kerap kali mengingkari janjinya. Meski demikian, Allah tidak pernah membatalkan perjanjian tersebut. Karena Allah mengasihi manusia sebagai gambar dan rupa-Nya. Sebagai manusia kita harus memiliki tekad dan kesetiaan untuk senantiasa memegang janji kita kepada Allah. Selamat ulang tahun ke-49 Yayasan Christopherus. Teruslah melayani bersama dengan gereja-gereja dan untuk gereja-gereja. (pg).