TUHAN YANG TAK TERBATAS
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Syukur kalau semalam kita boleh tidur nyenyak dan pagi ini kita boleh bangun dengan tubuh yang segar. Itu merupakan anugerah Tuhan yang luar biasa bagi kita. Tidak selamanya kita bisa menikmati seperti apa yang kita bisa nikmati hari ini. Coba kita amati produk-produk makanan dan obat-obatan, hampir selalu dicantumkan kedaluwarsanya, batas waktu layak untuk dikonsumsi. Hampir semua barang mempunyai batas ketahanannya. Demikian juga dengan produl-produk elektronik dan produk-produk lainnya. Maka semua masa garansi barang juga atas batasnya. Tidak ada barang yang bisa kekal. Termasuk hidup manusia di dunia, ada batasnya. Daud berkata, “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” (Mazmur 90:10). Di dalam Pengkotbah 3:1-2 tertulis: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;” Di sini dapat disimpulkan bahwa untuk segala sesuatu ada masanya atau waktunya. Ada waktu untuk membajak, mencangkul dan juga menabur. Jadi tidak seluruh waktu harus digunakan untuk membajak, atau tidak seluruh waktu kita gunakan untuk menabur saja, sebab nantinya juga ada waktu untuk menuai. Pengalaman hidup saya bercerita bahwa kehidupan ini seperti roda yang terus berputar, tidak selamanya kita berada di atas, kadangkala kita berada di bawah. Ada saatnya seseorang berada di puncak karir, berhasil dan punya segalanya, tapi ada waktunya ia harus mengalami kegagalan dan harus merangkak dari bawah lagi. Ada kalanya kita bersukacita karena hal-hal yang menyenangkan, tapi suatu waktu kita juga harus menangis, bersedih dan berduka karena mengalami masalah atau kesesakan. Oleh karena itu Salomo menasihati, “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.” (Amsal 27:1). Tidak ada alasan bagi kita memegahkan diri dan sombong sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. “Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.” (Pengkotbah 9:12). Sebagai anak-anak Tuhan kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang diizinkan Tuhan terjadi dalam kehidupan kita pasti ada tujuannya. Tidak ada yang kebetulan. Semuanya pasti mendatangkan kebaikan. Ia ingin membentuk dan memurnikan iman kita. Ketika masa-masa sukar dan kelam terjadi, jangan mengeluh, percayalah bahwa kita tidak sendirian, Tuhan ada bersama kita: menuntun, menyertai, bahkan akan menggendong kita (baca Yesaya 46:4). Ingatlah! Tuhan layak dan berhak untuk mendapatkan tempat yang tertinggi, terutama, dan teristimewa dalam hidup kita, mengingat hanya Dia yang tak terbatas. Karena itu takutlah akan Tuhan dan akuilah Dia sebagai segala-galanya. GBU & Fam. (pg).