TUHAN YANG TAK TERBATAS

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Syukur kalau semalam kita boleh tidur nyenyak dan pagi ini kita boleh bangun dengan tubuh yang segar. Itu merupakan anugerah Tuhan yang luar biasa bagi kita. Tidak selamanya kita bisa menikmati seperti apa yang kita bisa nikmati hari ini. Coba kita amati produk-produk makanan dan obat-obatan, hampir selalu dicantumkan kedaluwarsanya, batas waktu layak untuk dikonsumsi. Hampir semua barang mempunyai batas ketahanannya. Demikian juga dengan produl-produk elektronik dan produk-produk lainnya. Maka semua masa garansi barang juga atas batasnya. Tidak ada barang yang bisa kekal. Termasuk hidup manusia di dunia, ada batasnya. Daud berkata,  “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan;  sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” (Mazmur 90:10). Di dalam Pengkotbah 3:1-2 tertulis:  “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.  Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;” Di sini dapat disimpulkan bahwa untuk segala sesuatu ada masanya atau waktunya.  Ada waktu untuk membajak, mencangkul dan juga menabur.  Jadi tidak seluruh waktu harus digunakan untuk membajak, atau tidak seluruh waktu kita gunakan untuk menabur saja, sebab nantinya juga ada waktu untuk menuai. Pengalaman hidup saya bercerita   bahwa kehidupan ini seperti roda yang terus berputar, tidak selamanya kita berada di atas, kadangkala kita berada di bawah.  Ada saatnya seseorang berada di puncak karir, berhasil dan punya segalanya, tapi ada waktunya ia harus mengalami kegagalan dan harus merangkak dari bawah lagi.  Ada kalanya kita bersukacita karena hal-hal yang menyenangkan, tapi suatu waktu kita juga harus menangis, bersedih dan berduka karena mengalami masalah atau kesesakan.  Oleh karena itu Salomo menasihati,  “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.”  (Amsal 27:1).  Tidak ada alasan bagi kita memegahkan diri dan sombong sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari.  “Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.”  (Pengkotbah 9:12). Sebagai anak-anak Tuhan kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang diizinkan Tuhan terjadi dalam kehidupan kita pasti ada tujuannya. Tidak ada yang kebetulan. Semuanya pasti mendatangkan kebaikan.  Ia ingin membentuk dan memurnikan iman kita.  Ketika masa-masa sukar dan kelam terjadi, jangan mengeluh, percayalah bahwa kita tidak sendirian, Tuhan ada bersama kita:  menuntun, menyertai, bahkan akan menggendong kita  (baca Yesaya 46:4). Ingatlah! Tuhan layak dan berhak untuk mendapatkan tempat yang tertinggi, terutama, dan teristimewa dalam hidup kita, mengingat hanya Dia yang tak terbatas. Karena itu takutlah akan Tuhan dan akuilah Dia sebagai segala-galanya.  GBU & Fam. (pg).

Bersyukur Saat Bisa Menderita

Bacaan Alkitab: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang ENGKAU, tetapi sekarang mataku sendiri memandang ENGKAU.” (Ayub 42:5) Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa hari ini, Sabtu, 26 Juni adalah ”Hari Anti Narkotika Internasional” Kalau merokok saja bisa membunuhmu, demikian kata iklan, terlebih narkotika! Demi generasi penerus, marilah kita ikut memberikan dorongan dan keteladanan supaya anak-anak pewaris kita jauh dari rokok terlebih narkotika. Lebih baik kita menderita untuk memberikan teladan daripada tidak melakukan apa-apa di satu hari ini saja, Kita menderita untuk tidak merokok, Esok adalah hari ini lainnya. Bersyukur saat kita bisa menderita. Banyak dari kita mungkin sering mendengar ungkapan ini: “Mengapa ia bisa mengalami hal itu? Padahal ia orang baik. Kasihan, ya?” Orang cenderung berpikir bahwa tidak adil bila ada orang baik yang hidup menderita. Ibarat orang tak bersalah yang harus menerima hukuman. Orang berpikir bahwa hidup orang baik itu selalu diberkati Tuhan. Atau, bila ia harus mengalami kesulitan, TUHAN akan segera menolong. Alkitab Firman Tuhan mencatat bahwa Ayub adalah orang saleh, yang bahkan dipuji oleh TUHAN sendiri (Ayub 1:1). Namun, Ayub harus mengalami penderitaan yang datang bertubi-tubi. Dari yang awalnya kaya raya jatuh miskin; dari sehat jatuh sakit. Semua anaknya tewas dalam sebuah kejadian. Istri serta teman-temannya meninggalkan Ayub. Apa salah Ayub? Tidak, Ayub tidak bersalah. Lalu mengapa ia mengalami penderitaan yang begitu berat, hebat, dahsyat? Karena TUHAN ingin mengajar Ayub tentang siapa diri-Nya. Melalui penderitaan, TUHAN ingin Ayub mengenal DIA lebih dalam. Dan inilah yang diakui Ayub pada akhir cerita tentangnya. Pengenalan Ayub akan TUHAN menjadi lengkap saat ia berkata: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5). Penderitaan bukan dari TUHAN (Kejadian 1:31), tetapi kerap kali TUHAN mengizinkan hal itu supaya kita dapat memetik hikmah dari penderitaan; baik itu hikmah mengenai kekudusan, pertobatan, ataupun mengenai TUHAN sendiri. Jadi, ”daripada menangis dan mengeluh, saat kita menderita, mari temukan apa yang hendak Tuhan ajarkan lewat penderitaan kita”. Hikmat hari ini: ”TUHAN kerap kali mengizinkan hujan lebat terjadi, supaya kita dapat melihat indahnya pelangi” Selamat berakhir pekan. Hati yang lekat dengan Tuhan Yesus Kristus, Mulut dan Wajah memancarkan indahnya kehidupan. Jesus Christ bless you (sp).

TIDAK TERGONCANGKAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Semoga hari ini kita masih bisa menikmati damai sejahtera walau saat ini situasi di sekelilling kita masih menakutkan dan mengkhawatirkan, sebab kita punya Tuhan, Sang Raja Damai. Seorang teman berbagi melalui WA. Sudah hampir 2 bulan,  ia merasa damai sejahteranya direnggut oleh Pandemi Covid-19. Ia merasa sangat terguncang. Ia merasa sangat tertekan. Sampai ia minta izin keluar dari hampir semua grup WA yang ia ikuti karena ia merasa di grup  WA terus menerus dibombardir oleh berita seputar pandemi Covid-19.   Pelajaran berharga apa yang kita dapatkan dari kasus yang dialami oleh teman saya tersebut?   Pandemi Covid – 19 benar-benar memporak-porandakan dan menggoncang dunia.   Dalam situasi seperti saat ini wajar bila ada cukup banyak orang menjadi tergoncang karena dihinggapi oleh rasa takut dan khawatir.  Banyak orang yang depresi. Namun sebagai orang percaya kita tak perlu larut dalam ketakutan dan kekhawatiran yang berkepanjangan, sebab Alkitab menegaskan bahwa orang percaya menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, “Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.”  (Ibrani 12:28)   Oleh karena itu agar tidak tergoncang di tengah goncangan, kita harus menjadikan firman Tuhan sebagai fondasi hidup!  “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”  (Ibrani 12:25).  Ini sama seperti seorang bijaksana yang mendirikan rumah di atas batu, ketika goncangan terjadi rumah itu tidak goyah dan tetap tegak berdiri  (Lukas 6:47-48). Kita akan mudah tergoncang bila dalam segala hal kita mengandalkan kekuatan sendiri.  Alkitab mengajarkan kita untuk hidup mengandalkan Tuhan dan percaya kepada-Nya.  Karena itu jangan terpaku pada masalah atau situasi, carilah Tuhan, Sang Penolong,  “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.”  (Mazmur 121:1-2). Saudara, bersukacitalah senantiasa! Jagalah supaya hati kita lita tetap bersukacita dan jangan sampai segala hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan  menggoncangkan hidup kita.  Ingatlah! “Biar pun gunung beranjak dan bukit bergoyang, tapi kasih setia Tuhan takkan beranjak dari hidup orang percaya.”  (Yesaya 54:10).  GBU & Fam. (pg)

BAGIAN DARI KEHIDUPAN MANUSIA

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Semoga pagi ini kita tetap bersukacita karena kita yakin bahwa Tuhan kita jauh lebih besar daripada masalah dan pergumulan kita. Saya ingat dalam filosofi Jawa ada sebuah ungkapan,  “Sejatine urip kuwi mung sawang sinawang” yang artinya kurang lebih:  “Hakikat hidup itu hanyalah persoalan bagaimana seseorang memandang/melihat sebuah kehidupan”. Kita sering terjebak ketika kita melihat kehidupan tetangga atau teman kita dari luar atau dari jauh, kehidupan keluarga mereka Nampak begitu bahagia, harmonis, seolah-olah mereka tidak mempunyai masalah, pergumulan, dan beban hidup. Sebaliknya mereka juga melihat kehidupan keluarga kita seperti itu. Sesungguhnya setiap keluarga pasti mempunyai masalah,  pergumulan dan beban hidup. Memang masalah, pergumulan, dan beban hidup setiap keluarga itu berbeda, tapi tidak ada satu keluarga pun yang imun dari permasalahan tersebut.  Itu adalah bagian dari kehidupan manusia.  Musa berkata,  “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.”  (Mazmur 90:10).  Hal-hal tak terprediksi, tak disangka, tak diduga, peristiwa atau kejadian yang tak pernah diharapkan bisa saja menimpa seperti pandemi, sakit penyakit, bencana, kecelakaan, kegagalan, kebangkrutan, dan bahkan kematian.  Inilah realitas hidup manusia yang tak bisa dimungkiri. Sebagai manusia seharusnya kita menyadari betapa terbatasnya kekuatan dan kemampuan kita.  Seharusnya pula kita bersikap rendah hati di hadapan Tuhan.  Orang-orang yang rendah hati selalu merasa miskin di hadapan Tuhan karena kekuatannya terbatas.  Ada tertulis:  “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”  (Matius 5:3).  Jika menyadari betapa terbatas kekuatan kita seharusnya kita merasa sangat membutuhkan Tuhan dan berserah penuh kepada-Nya.  Orang yang berserah kepada Tuhan secara benar pasti berusaha agar hidupnya selaras dengan kehendak-Nya.  Jadi hidup berserah kepada Tuhan itu tidak dapat dipisahkan dari hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya. Pemazmur menasihati,  “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.”  (Mazmur 55:23).  Seburuk bagaimana pun keadaan, asal kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan kita akan mampu tetap bersukacita.  Ketika kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan kita berpotensi beroleh kekuatan adikodrati sehingga kita dapat berkata seperti rasul Paulus berkata,  “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”  (Filipi 4:13). Berserah kepada Tuhan bukan berarti bersikap pasif dan menjadi malas.  Berserah kepada Tuhan artinya membawa segala pergumulan yang kita khawatirkan kepada Tuhan dengan penuh penyerahan. Ingatlah! Berserah kepada Tuhan berarti kita memercayai Dia sebagai Pribadi yang Mahasanggup, yang kuasa-Nya jauh lebih besar dari masalah kita! GBU & Fam. (pg).

Harga Bukan Dari Penampilan

Bacaan Alkitab: “Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: ’Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab AKU telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat TUHAN; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati’”. (1 Samuel 16:7) Bila ditanya tentang pelayanan yang paling berharga bagi TUHAN, kebanyakan kita akan langsung berpikir tentang pelayanan rohani di tempat ibadah yang biasa dilakukan; misalnya memimpin pujian, menyanyi dalam paduan suara, pemberitaan kabar baik pribadi, pelawatan, dan sebagainya. Padahal, sesungguhnya pelayanan yang dilakukan bagi TUHAN bisa lebih banyak bentuk dan luas cakupannya. Cerita tentang Dorkas membukakan wawasan kita tentang arti sebuah pelayanan. Alkitab Firman TUHAN tidak terlalu banyak memberi keterangan mengenai Dorkas. Ia hanya disebut sebagai seorang murid perempuan dari Yope (Kis. 9:36), yang memiliki nama lain Tabita. Namun, Alkitab mencatat bahwa ia adalah wanita yang banyak berbuat baik dan memberi sedekah, khususnya menjahit pakaian bagi para janda (Kis. 9:39). Jika dibandingkan dengan Petrus atau Paulus, nama Dorkas memang kurang populer. Pekerjaan yang dilakukannya pun tak sehebat murid TUHAN Yesus Kristus yang lain. Namun, apa yang telah dilakukannya berharga bagi TUHAN. Ya, inilah pelayanan yang berharga di mata TUHAN. TUHAN tidak menilai pelayanan dari seberapa banyak pelayanan yang telah dilakukan, tetapi dari sikap hati sang pelayan (1 Samuel 16:7). Melayani TUHAN, sekecil apa pun, bila diiringi motivasi untuk memuliakan TUHAN dan dilakukan dengan tulus hati, maka pelayanan itu berharga bagi-Nya. Sebaliknya, meski pelayanan kita tampak luar biasa tetapi tidak dilakukan dengan tulus atau didasari motivasi memuliakan diri sendiri, maka hasilnya tak akan berarti di hadapan TUHAN. Sudahkah pelayanan kita didasari motivasi yang murni dan dikerjakan dengan tulus ikhlas? ”Harga Bukan Dari Penampilan” Hikmat hari ini: Perbuatan sederhana yang dilakukan dengan tulus ikhlas, pasti menjadi berkat yang berharga di mata TUHAN dan sesama. Selamat memasuki hari baru hari ini, ”Sesepele bagaimana pun dilakukan dengan tulus ikhlas bagi TUHAN dan sesama memuliakan nama TUHAN.” Jesus Christ bless you (sp).

TIDAK MENURUNKAN PAMOR

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Bersyukurlah bila masih tersedia hari yang baru bagi kita. Semoga kita termasuk bilangan orang yang rendah hati, sebab Daud berkata orang-orang yang rendah hati akan makan dan kenyang serta Tuhan akan memahkotai mereka dengan keselamatan. Secara naluriah manusia ingin dipuji, diperhatikan, diprioritaskan, dihargai dan tidak mau direndahkan atau disepelekan.  Karena itu manusia cenderung meninggikan diri dan sulit merendahkan hati.  Di zaman  yang persaingan di segala bidang begitu ketat,  sangat sulit menemukan orang yang rendah hati, karena kebanyakan orang berpikir bahwa kerendahan hati itu identik dengan kelemahan, serta menurunkan pamor. Maka tidak mengejutkan  jika seseorang yang berhasil seringkali ia menjadi  lupa diri.  Ia merasa bahwa keberhasilan yang diraihnya itu merupakan hasil usahanya sendiri, karena kekuatan dan kehebatannya.  Bahkan para hamba Tuhan pun merasa bahwa keberhasilannya dalam pelayanan adalah buah dari kerja kerasnya sendiri, bukan karena campur tangan Tuhan.  Mereka lupa dengan ayat berikut ini:  “…di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”  (Yohanes 15:5b).  Alangkah baiknya memiliki pola pikir seperti Rasul Paulus yang menyadari bahwa dalam keadaan apa pun ia dapat bertahan karena kasih karunia Tuhan.  “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1 Korintus 15:10).  Pengakuan Paulus ini merupakan suatu kebenaran, bahwa setiap keberhasilan yang diraihnya bukan karena kesanggupan, kekuatan dan kemampuan yang ia miliki, tapi karena kasih karunia Tuhan yang menyertainya.  Karena itu tidak ada alasan bagi siapa pun untuk bermegah dan menyombongkan diri apabila saat ini berhasil dalam apa saja yang dikerjakan.  Roh Tuhan lah yang berperan besar dalam hidup manusia sebagaimana tertulis:  “… Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.”  (Zakharia 4:6).  Tidak ada yang patut dibanggakan dalam diri manusia, kita ini  “…tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?” (Yesaya 2:22). Jangan pernah membanggakan diri karena merasa kuat, pintar, gagah, kaya atau hebat! Coba kita renungkan pernyataan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.”  (2 Korintus 4:7) Ingatlah! Mata Tuhan senantiasa terarah kepada mereka yang rendah hati.  Sesungguhnya jika kita berhasil, itu bukan karena siapa kita, tapi karena Tuhan berkenan memakai kita. GBU & Fam. (pg)

Pilkada 2020

Bacaan Alkitab: ”Sesudah IA mengatakan demikian, terangkatlah IA disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-NYA dari pandangan mereka.” (Kis. 1:9) Komisi Pemilihan Umum (KPU) memastikan tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 telah dimulai sejak 15 Juni yang lalu. Untuk diketahui, Pilkada 2020 akan digelar di 270 wilayah di Indonesia meliputi 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Semula, hari pemungutan suara Pilkada akan digelar pada 23 September, namun akibat wabah Covid-19, tahapan Pilkada sempat dihentikan sementara. Tahap pemungutan suara akan jatuh pada 9 Desember 2020. Yang pasti terjadi, menjelang pemilihan umum, para juru kampanye beramai-ramai memaparkan janji politik calon pejabat yang diusungnya. Namun setelah terpilih, tidak sedikit pejabat yang ingkar. Alih-alih bekerja keras untuk mewujudkan janji kampanye, mereka malah mendayagunakan kekuasaan untuk memuaskan ambisi pribadi. Berbeda dengan Yesus Kristus, kenaikan-Nya ke surga membuktikan bahwa Ia menepati janji. Jika Ia tidak bangkit dari kematian, murid-murid punya alasan kuat untuk terus bersedih dan ketakutan setelah Guru mereka meninggal. Jika Yesus Kristus bangkit tetapi kemudian meninggal lagi, seperti Lazarus atau anak janda dari Nain, berarti Yesus Kristus hanya menunjukkan mukjizat ekstra (tambahan). Kenyataannya? Setelah bangkit dari kematian, Yesus Kristus naik ke surga disaksikan para murid-Nya (Kisah 1:9). Dengan demikian para pengikut-Nya tanpa ragu lagi mengetahui bahwa Ia sungguh-sungguh TUHAN yang hidup, Ia itu Penguasa atas kematian dan kehidupan (Kis. 1:11). Tak perlu kita ragu akan ke-Maha Kuasaan-Nya. Lalu, apabila Ia telah naik ke surga dan membuktikan bahwa Ia tidak sekadar mengobral janji, bagaimana sepatutnya kita menanggapi firman-Nya? Para malaikat yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus Kristus akan datang kembali, mengingatkan para pengikut-Nya untuk tidak hanya diam menatap langit (Kis. 1:10,11). Sebaliknya, mereka harus senantiasa siap sedia menyambut kedatangan-Nya dengan bertekun memberitakan kabar baik ini, Injil-Nya, dalam perkataan dan tindakan kasih yang nyata, supaya orang lain ikut mengalami janji-janji-Nya. Panggilan kita, sebagai orang percaya, adalah turut mengambil bagian dalam kelompok para pengikut-Nya yang terus-menerus bekerja dengan tekun, sampai Ia datang kembali sebagai Hakim Yang Adil. Hikmat hari ini: Jangan takut! Dia yang mengutus, Dia juga yang menyertai (Matius 28:20) Selamat memasuki hari baru hari ini. Tanda-tanda zaman sudah jelas bahwa Sang Hakim Yang Adil akan datang kembali, mari kita percayai-Nya. Jesus Christ bless you (sp).

SELALU DIINGAT OLEH TUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Semoga hari ini kita semua tersenyum lebar ketika Sang Mentari menyapa karena kita yakin bahwa HIDUP itu jauh lebih berharga daripada apa pun yang ada di dunia ini. Zaman terus berubah, pada waktu saya masih balita, para olahragawan, seniman dan para profesional  lainnya sudah sangat bangga dan senang kalau prestasi mereka dihargai hanya dengan medali, piala, dan atau piagam (sertifikat). Apalagi kalau bisa tercatat di Guinness World Records. Saat ini hal semacam itu sudah bukan zamannya lagi. Semua dinilai dengan uang. Yang diinginkan, diharapkan, dan dinantikan oleh mereka adalah “uang pembinaan”, “Hadiah Bagi Peraih Medali”, atau apa pun juga istilahnya, yang penting berupa uang. Semoga fenomena seperti itu tidak  melanda para pelayan Tuhan.  Kita mau melayani asalkan ada upah yang memadai atau beroleh penghargaan yang memadai.  Adalah tidak salah dan sah-sah saja menerima upah dan penghargaan karena jerih payah yang telah kita lakukan.  Namun jangan sampai besar/kecilnya upah yang kita terima menjadi tolak ukur kita dalam melayani Tuhan.  Jika upahnya besar kita akan bersungguh-sungguh, tapi jika upahnya sedikit (menurut ukuran kita) kita pun akan mengerjakannya dengan setengah hati.   Bukankah firman Tuhan menasihati,  “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”  (Kolose 3:23).  Ini berbicara tentang pekerjaan yang kita lakukan di segala bidang kehidupan, apa pun bentuknya, baik itu di rumah sakit, kantor, pabrik, sekolah, terlebih-lebih di ladang Tuhan. Ingatlah, Tuhan itu bukan manusia yang bisa saja lupa, menutup mata dan mengecewakan sesamanya, tapi Tuhan adalah satu Pribadi yang tidak pernah lupa dan menutup mata  terhadap apa yang telah kita kerjakan dan berikan.  Pelayanan, pekerjaan dan perbuatan kasih yang kita lakukan demi kemuliaan nama Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama tidak ada yang luput di pemandangan mata-Nya dan tidak ada yang tidak Ia perhitungkan.  Tidak ada yang sia-sia!  Rasul Paulus mengingatkan kita semua pada hari ini, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”  (1 Korintus 15:58).  Dalam hal ini rasul Paulus tidak hanya berteori tapi ia telah memberikan teladan hidup bagi kita semua.  Dalam melayani Tuhan ia tidak pernah mengeluh, bersungut-sungut, apalagi sampai hitung-hitungan untung-rugi.  Meski diperhadapkan dengan banyak ujian ia tetap memiliki roh yang menyala-nyala bagi Tuhan.  Inilah komitmennya,  “…bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.  Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah…” (Filipi 1:21-22). Pengalaman hidup saya bercerita bahwa Tuhan itu TIDAK MAU BERHUTANG KEPADA KITA. Tuhan itu tidak pernah lalai dan Tuhan itu tidak pernah tidur. Terlalu sedikit dan terlalu kecil apa yang telah saya  berikan dan kerjakan untuk Tuhan, jika dibandingkan dengan apa yang telah Tuhan anugerahkan kepada saya dan keluarga. Nah, apa yang dipercayakan Tuhan kepada Saudara saat ini?  Lakukanlah itu dengan setia.   Tujuan hidup kita adalah untuk memuliakan nama Tuhan.  Maka dari itu apa pun yang kita perbuat saat ini janganlah untuk menyenangkan hati manusia, namun untuk menyenangkan hati Tuhan.  Jangan sekali-kali berharap kepada manusia, tapi berharaplah hanya kepada Tuhan karena manusia sewaktu-waktu bisa mengecewakan, meninggalkan dan tidak menghargai apa yang telah kita kerjakan, tetapi Tuhan sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan kita. Ingatlah! “Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang.”  (Ibrani 6:10). GBU & Fam. (pg)

Harta Karun Terpendam

Bacaan Alkitab: “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu.” (Ulangan 6:6,7a) Beberapa hari lalu, saya membaca permenungan seorang sahabat dari grup sebelah, pak TAS, dan saya diberkati. Demikianlah kalimat berkatnya: ”Untuk menghadapi sebuah kontes piano, Roy berlatih dengan tekun selama enam bulan. Ternyata perjuangannya belum membuahkan hasil, ia kalah. Namun, hal itu tidak membuatnya kecewa. Karena sebelum mengikuti kontes, Roy memersiapkan diri bukan hanya untuk menerima kemenangan, tetapi juga siap gagal. Kebanyakan orang hanya bicara soal menang, menang dan menang, sehingga tidak siap gagal. Maka ketika kenyataannya gagal, terasa tidak menyakitkan, kegagalan bukan sebuah mimpi buruk”. Itulah sebuah ”Harta Karun Terpendam!” dapat menerima apa adanya dengan penuh rasa syukur tulus ikhlas! Setelah miliuner J.P. Morgan (pendiri General Electric) meninggal dunia, segenap keluarga berkumpul untuk membuka wasiatnya. Sebagian besar dari mereka mengira  isinya mengenai uang. Namun mereka salah. Berikut petikan wasiatnya: “Saya menyerahkan jiwa saya ke tangan Sang Juru Selamat (Tuhan Yesus Kristus, red). Saya telah ditebus dan disucikan oleh darah-NYA, sehingga DIA akan membawa jiwa saya tanpa cacat cela kepada BAPA SURGAWI. Karena itu saya minta agar anak-anak terus memertahankan dan menjalankan pengajaran mengenai penebusan sempurna oleh darah Kristus yang tercurah; dengan segala tantangan, risiko, maupun pengorbanan pribadi yang menyertainya.” Kebanyakan orangtua berpikir keras hendak mewariskan sebanyak mungkin uang bagi anak-anaknya. Namun, J.P. Morgan memberi kita pandangan yang berbeda. Sebagai warisan terutama dan termahal, Morgan lebih memilih mewariskan iman kepada Kristus bagi anak-anaknya. Segala bentuk harta benda-sebaik apa pun kita menyimpannya, dapat habis dan lenyap sekejap. Namun, iman kepada Kristus memberi hidup yang takkan layu. Mari kita mulai mewariskan iman semacam itu kepada anak-anak kita, mulai hari ini, yakni melalui pembicaraan yang berulang-ulang tentang firman Tuhan (Ulangan 6:7). Tentang Kristus yang menanggung hukuman dosa kita di kayu salib, agar kita memiliki hak untuk hidup kekal bersama-Nya. Itulah harta karun terpendam tak ternilai!” Niscaya warisan itu akan menjadi harta paling berharga, kapan pun anak-anak akan membuka surat wasiat kita. Di saat pandemi covid-19 seperti ini, tak tahu kapan kita berpulang, apa yang SUDAH kita wariskan? Hikmat hari ini: Uang dan harta memang berguna di dunia, namun hanya iman kepada Tuhan Yesus Kristus yang berguna di surga. Selamat memasuki hari baru hari ini, walau tetap kecil wujud fisik kita, tetapi beriman besar kepada Sang Juruselamat dunia. Jesus Christ bless you (sp).

KETIKA CORONA MELANDA

Selamat jumpa para pendukung Kristus, apa kabar? Sehat-sehat, tetap semangat dan kita senantiasa bisa bersyukur. Semoga  kita semua tetap yakin bahwa Yesus Kristus tetap sama. Ia Tuhan yang hidup dan Mahakuasa. Ia berkuasa atas alam semesta beserta sgenap isinya. Ia menjadi pemegang sejarah umat manusia. Dengan adanya pandemi virus Corona yang melanda seluruh dunia, banyak orang percaya yang bertanya-tanya, di mana Tuhan, mengapa Ia membiarkan virus Corona semakin meraja lela di mana-mana? Mengapa Tuhan tidak segera membasmi virus Corona supaya tidak semakin banyak manusia yang meninggal dunia dan semakin banyak manusia yang menderita? Kapan penderitaan, goncangan, kecemasan, kekalutan, dan tekanan karena virus Corona ini akan berakhir? Sampai kapan, Engkau membiarkan penderitaan umat manusia ini terus berlangsung? Keadaan manusia saat ini kian tertekan dan terjepit.  Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghadapi kondisi yang sangat sulit ini? Tentu  manusiawi jika banyak orang menjadi takut, khawatir dan tertekan.  Hari ini firman Tuhan menasihatkan agar kita bisa menjaga sikap hati dengan benar.  Jangan bersikap seperti orang dunia yang terus dihinggapi rasa takut dan khawatir karena Tuhan berjanji untuk menopang dan memlihara umat-Nya dari kesukaran yang ada.  Janji-Nya adalah ya dan amin, “Janji Tuhan adalah janji yag murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.”  (Mazmur 12:7).  Mari kita belajar dari Daud.  Mazmur pasal 13  merupakan ungkapan isi hati Daud saat ia mengalami pergumulan yang sangat berat.  Hari-hari Daud penuh kegelisahan karena ia terus dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhya.  Bisa dibayangkan betapa tidak tenangnya perasaan Daud karena dihantui oleh bahaya kematian.  Selain itu Daud juga harus menghadapi bani Amalek, suatu bangsa yang menjadi musuh bangsa Israel.  Daud benar-benar dalam tekanan yang hebat.  Wajar bila Daud sempat putus asa dan mengeluh kepada Tuhan, “Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus?  Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?  Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?  Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?”  (Mazmur 13:2-3). Terlihat sekali, dari  berbagai tuntutan Daud bahwa ia merasa sangat tidak sabar menanti jawaban TUHAN.  Tuhan seakan-akan bertindak sangat lambat, sementara persoalan datang bertubi-tubi dan cepat.  Demikian juga dengan kita,  lebih senang minta agar TUHAN dengan segala kuasa-Nya menghentikan segala persoalan yang kita hadapi saat ini. Kita sering lupa bahwa TUHAN juga sanggup memberikan kekuatan pada kita untuk menghadapi dan menang atas persoalan yang sedang kita hadapi saat ini.  Sekarang kita simak dan renungkan apa yang dikatakan Daud dalam Mazmur 13:6, “Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.” Kasih setia Tuhan sangat terlihat di dalam diri  Daud, bayangkan saja, berbagai bahaya yang semestinya terjadi di dalam dirinya, namun ia senantiasa luput dari itu.  Daud mulai sadar, ia melihat, ternyata TUHAN Allah yang dia sembah itu adalah TUHAN yang penuh kasih setia-Nya. Untuk itu maka respons yang ditujukan pada TUHAN adalah ia harus bangkit dari permasalahan dan kesulitan, bukan tenggelam dan terbawa arus. Hidup manusia begitu rapuh , bukan hanya rapuh tetapi hidup kita sekaligus begitu lapuk. Gampang rusak. Ia ibarat mutiara yang harus dijaga setiap saat.  Itu sebabnya tanpa kasih setia Tuhan maka semua itu tidak akan terpelihara dengan baik.   Pemeliharaan Tuhan sangat nyata di dalam diri Daud. Itu sebabnya imannya mulai terstimulasi, ia menjadi percaya. Bukan hanya itu, ia juga bersorak-sorak; karena penyelamatan dari Tuhan itu jelas dan nyata.  Seorang penafsir mengatakan apabila engkau bagkit kembali di dalam Tuhan maka engkau pasti akan bangkit pula dari keputusasaan hidup ini. Inilah yang dimaksud dengan hidup yang berkemenangan itu. Berkat rohani yang kita peroleh dari Daud hari ini ada tiga tahap. Tahap pertama,  bahwa sebagai manusia kita begitu rapuh dan lapuk. Itu sebabnya bila ada tekanan, kesulitan, persoalan, sakit, dan keputusasaan yang menimpa, kita lebih gampang protes dan bahkan marah.  Namun Tuhan kadang membiarkan itu berjalan terus di dalam hidup kita, hingga memasuki tahap kedua yaitu: Bukan berarti Ia meninggalkan kita, Ia mau kita benar-benar sadar bahwa kita butuh pertolongan dari yang berkuasa, dalam hal ini Tuhan. Memasuki Tahap ke tiga, ini merupakan tahap penentuan, ternyata Tuhan yang disembah memang benar-benar memiliki kuasa yang dahsyat. Ia sanggup memberikan kita kekuasaan dan kekuatan menghadapi berbagai persoalan yang sulit, dan bukan hanya itu. Ia juga membawa kita menuju kemenangan. Ingatlah!  “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak;…”  (Mazmur 37:5). GBU & Fam.  (pg)