SYUKURI dan NIKMATI Kehidupan sebagai ORANG PERCAYA

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh sukacita karena kita memiliki Tuhan yang begitu setia memerhatikan kehidupan kita. Sahabat, pergumulan klasik yang dirasakan oleh cukup banyak orang percaya: Mengapa ada cukup banyak orang yang takut akan Tuhan mengalami berbagai kesusahan dan ditimpa masalah berat, sebaliknya orang-orang yang tidak peduli dengan Allah sepertinya aman-aman saja, bahkan menikmati berbagai kemujuran? Sejak zaman dahulu sampai sekarang, ada cukup banyak orang percaya merasa iri hati kepada orang fasik yang hidupnya sepertinya penuh dengan kemakmuran dan kenyamanan. Begitu pula dengan Pemazmur dalam Mazmur 73:1-28. Ia hampir terpeleset karena cemburu melihat kehidupan orang fasik yang menambah harta benda dan senang selamanya (ayat 12). Sahabat, lalu apa yang harus kita lakukan ketika jatuh pada pemikiran yang sama dan tergoda untuk hidup seperti orang fasik? Seperti Pemazmur, kita harus terus berpegang pada Tuhan, walaupun kita tidak mengerti dan hati kita belum dapat menerimanya. Pemazmur mengatakan bahwa meski hatinya terasa pahit dan buah pinggangnya tertusuk-tusuk rasanya; meski merasa dungu dan tidak mengerti, ia tetap di dekat TUHAN (ayat 21-23). Perikop yang kita selidiki, pelajari dan  renungkan pada  hari ini  merupakan mazmur pujian Asaf. Ia, penulis banyak Mazmur, seorang kepala pemimpin pujian yang diangkat Raja Daud (1 Tawarikh 16:5), juga bergumul dengan kenyataan ini. Ia memerhatikan kejayaan orang-orang fasik dengan banyak kemujuran (ayat 3-b), sehat-sehat (ayat 4), tidak mengalami kesusahan (ayat 5). Karenanya mereka menjadi sombong dan terus dalam kejahatan mereka (ayat 7-9), bahkan mengira Allah tidak mengetahuinya (ayat 11). Sahabat, Asaf, seorang yang berhati tulus dan mengandalkan Tuhan (ayat 13), mulai ragu akan imannya. Ia merasa kesetiaannya sia-sia belaka (ayat 13), dan ia nyaris tergelincir (ayat 2). Namun Asaf memutuskan setia dan tetap mencari Allah (ayat 17), serta berpegang kepada-Nya, sekalipun banyak hal tak dipahaminya (ayat 22-23). Ia berserah pada tuntunan Allah yang membawanya pada kemuliaan (ayat 24). Ia sadar bahwa miliknya yang paling berharga adalah Allah yang kekal (ayat 25-26). Ia pun mengerti bahwa situasi makmur dan mujur yang mereka alami itu bersifat sementara, suatu jerat, karena mereka ada di tempat-tempat licin (ayat 18-a), serta akan berakhir dalam kehancuran dan kebinasaan (ayat 18b-20). Sahabat, sekalipun kita menghadapi banyak hal sulit yang tidak kita mengerti, seperti Asaf, hal terbaik yang perlu kita lakukan adalah mendekat kepada Allah dan menjadikan-Nya tempat perlindungan kita (ayat 28).   Ingatlah! Sahabat, kehidupan orang percaya selalu penuh dengan tantangan, termasuk tantangan dari dalam diri sendiri yang cenderung untuk mudah iri hati kepada orang yang dapat mereguk kenikmatan dan kelimpahan duniawi. Sesungguhnya kebahagiaan  yang sejati hanya dapat diperoleh dalam Tuhan, dan bukan dalam apa yang ditawarkan dunia. Tidak perlu iri terhadap orang lain,  syukuri dan nikmati kehidupan kita sebagai orang percaya yang diberkati oleh penyertaan Tuhan. Maukah Sahabat dan saya melakukannya. Tuhan memberkati Sahabat dengan keluarga. (pg)

Sambutlah UNDANGAN YESUS

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh ketenangan karena kita memiliki Tuhan yang sangat  peduli dengan segala pergumulan hidup kita. Sahabat, ketika  sedang menulis renungan ini, saya dikejutkan dengan berita yang saya terima dari kerabat dan sahabat yang berdomisili di Kudus. Di Kudus saat ini terjadi lonjakan yang sangat drastis orang-orang yang terinfeksi Covid – 19. Semula yang terinfeksi sekitar 60 orang setiap hari, saat ini mencapai sekitar 480 orang setiap hari. Maka saat ini semua akses untuk masuk ke Kudus untuk sementara waktu ditutup. Selain itu dua tempat wisata religi juga ditutup. Tentu masyarakat yang tinggal di kota Kudus saat ini menjadi gelisah, takut, dan khawatir karena orang yang terinfeksi Covid-19 terus bertambah. Untuk wilayah Jawa Tengah lonjakan Covid-19  bukan hanya di Kudus saja, tapi juga di Sragen, Wonogiri, dan Karanganyar. Sahabat, ketika saat ini beban hidup semakin menindih, dengarlah undangan dari Tuhan kita Yesus Kristus, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” (Matius 11:28-30) Mungkin ada diantara pembaca yang bingung, kata-Nya Yesus mau memberi kelegaan, mengapa justru Tuhan Yesus minta kita memikul kuk dan beban-Nya? Betul, tapi Yesus memberikan jaminan yang melegakan bahwa kuk dan beban-Nya itu ringan. Lalu apa yang dimaksud dengan kuk dan beban oleh Yesus? Kuk melambangkan ketundukan dan ketaatan kita. Dengan demikian memikul kuk-Nya berarti tunduk dan taat kepada perintah-Nya.  Sedangkan yang dimaksud dengan beban adalah perintah. Beban-Nya ringan karena kita tidak memikulnya seorang diri; Roh Kudus akan menyertai, menolong, dan memberi kita kekuatan untuk melakukannya (Yohanes 14:16). Selain itu beban-Nya ringan karena tidak melebihi kekuatan dan kemampuan kita (1 Korintus 10:13). Beban-Nya ringan karena tidak akan melukai dan melumpuhkan kita, tetapi justru mendatangkan kelegaan dan ketenangan jiwa. Jadi, jalanilah hari-hari dengan ketundukan dan ketaatan pada pimpinan-Nya karena kita jugalah yang akan menikmati hasilnya. Bukannya mati tertimpa beban, kita malah akan dihidupkan karenanya! Sahabat, kita tidak mampu memikul  beban hidup sendirian, maka Rasul Petrus memberi nasihat,  “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”  (1 Petrus 5:7).  Bahkan Tuhan sendiri telah berjanji,  “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”  (Ibrani 13:5-b).  Karena itu kuatkan diri dan tetaplah percaya kepada Tuhan Yesus!  Keadaan dunia ini boleh saja berubah, tetapi kita punya Tuhan yang tidak pernah berubah:  kuasa, kasih, kemurahan dan kebaikan-Nya tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya  (Ibrani 13:8).  Tuhan Yesus tetaplah sebagai jalan dan kebenaran dan hidup bagi orang percaya. Ingatlah! Sahabat, tidur memang akan mengistirahatkan tubuh kita tetapi tidak dapat mengistirahatkan jiwa kita. Hanya ada satu Pribadi  yang bisa mengistirahatkan  jiwa: Tuhan Yesus. Hanya Dia yang bisa memberi kita ketenangan batin. Maukah Sahabat dan saya menerima undangan dari Yesus? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

AIR MATA yang Membawa PERTOBATAN dan PEMULIHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh harap. Semoga kita semua dapat mewariskan iman kita kepada generasi penerus, anak cucu kita. Sahabat, hampir pasti semua orangtua ingin meninggalkan warisan dalam bentuk harta. Semoga kita juga punya kerinduan yang kuat untuk dapat mewariskan “harta yang kekal” kepada anak cucu kita yaitu WARISAN IMAN KEPADA YESUS KRISTUS. Untuk itu saya ajak Sahabat untuk menggali berkat dari kehidupan raja Manasye yang terdapat dalam kitab 2 Tawarikh 33:1-20. Meski telah menorehkan tinta emas dalam perjalanan karirnya, namun dalam kehidupan keluarganya, Hizkia bisa dikatakan kurang berhasil sebagai ayah karena tidak meninggalkan warisan iman kepada anaknya.  Sahabat, dalam bacaan  kita hari ini dikisahkan tentang anak Raja Hizkia yang bernama Manasye. Anak tersebut lahir dalam masa perpanjangan umur Hizkia selama 15 tahun. Hanya saja anak tersebut tidak mengikuti jejak ayahnya yang saleh, karena pada kenyataannya Manasye adalah raja Yehuda yang paling jahat. Sahabat, kealpaan Hizkia mewariskan iman kepada anaknya berakibat fatal:  Manasye tumbuh menjadi orang yang jahat.  Kejahatannya sebanding dengan orang-orang Kanaan, bahkan jauh lebih jahat dari mereka.  Sebagai raja ia merasa dirinya mampu, kuat, dan punya kuasa dan harta yang melimpah.  Itulah sebabnya ia tidak lagi menghiraukan firman Tuhan.  Ia hidup dalam ketidaktaatan!  Manasye lebih memilih mendengarkan nasihat dari penasihatnya yang jahat dan menuruti rakyatnya daripada mendengarkan nasihat dari nabi Tuhan. Lebih keji lagi, Manasye mendirikan bukit-bukit pengorbanan kepada dewa-dewa.  Tidak hanya itu, ia juga rela mengorbankan anak-anaknya sendiri sebagai persembahan kepada Baal.  Sungguh hati Manasye sudah benar-benar sesat! (ayat 1-9)  Sahabat, saat ditegur dan diingatkan Tuhan ia tidak bergeming, “Kemudian berfirmanlah Tuhan kepada Manasye dan rakyatnya, tetapi mereka tidak menghiraukannya.  Oleh sebab itu Tuhan mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel.”  (ayat 10-11).  Manasye benar-benar dipermalukan! Meski demikian Tuhan panjang sabar dan penuh kasih.  Tuhan tetap mengasihi umat-Nya.  Maka supaya tidak terlalu jauh tersesat dengan terpaksa Tuhan akhirnya menghukum Manasye.  Tujuannya bukan untuk menghancurkan tetapi supaya bangsa ini bertobat.  Maka dalam keadaan terjepit itulah Manasye baru menyadari kesalahannya.  Ia datang kepada Tuhan dan minta pengampunan.  Mendengar kesungguhan hati Manasye akhirnya hati Tuhan pun luluh.  Tuhan pun melepaskan dia dari tangan raja Asyur.  Lalu Manasye mulai hidup dalam pertobatan dengan menghancurkan dewa-dewa baal;  patung-patung dan bukit-bukit pengorbanan pun dimusnahkannya.  Akhirnya Manasye mengalami pemulihan.  Ingatlah! Sahabat, TUHAN acap kali mengizinkan datangnya badai sebagai “shock therapy” yang bertujuan menyadarkan  segala kejahatan kita. Namun Tuhan memerhatikan derita kita. Seruan hati dan tangisan penyesalan akan kesalahan-kesalahan kita diperhatikan-Nya. Ada kekuatan dibalik tetesan air mata kita di hadapan Tuhan! Air mata yang membawa pertobatan dan pemulihan. Setiap tetesan air mata kita ditampung-Nya! Dia adalah Bapa yang baik yang menyediakan pengampunan dan melupakan segala pelanggaran-pelanggaran kita. Dengan kasih-Nya, Ia memulihkan keadaan kita. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg).

Nikmati KEHADIRAN dan PERTOLONGAN Allah

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur. Kita patut bersyukur karena Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, tapi roh yang membangkitkan kekuatan (2 Timotius 1:7). Sahabat, ketakutan adalah tanggapan emosi terhadap ancaman, suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya.  Dari sudut psikologi ketakutan adalah wajar, salah satu emosi dasar manusia selain kebahagiaan, kesedihan dan kemarahan.  Sesungguhnya ketakutan baru akan menjadi masalah besar bila dibiarkan berlarut-larut mencengkeram hati dan pikiran kita. Karena  ketika kita terus dikuasai oleh ketakutan, maka  sukacita dan damai sejahtera akan ramai-ramai hengkang dari kita. Sahabat, situasi hidup penuh ketakutan itu dialami oleh bangsa Israel ketika berada di pembuangan. Mereka sampai kehilangan harapan karena penderitaan yang mereka alami. Dalam situasi penuh ketakutan dan kehilangan harapan tersebut, Allah mengingatkan bahwa mereka adalah umat kepunyaan-Nya. Allah menyatakan kembali kehadiran-Nya, menguatkan hati, membangun kembali harapan dan membebaskan mereka dari ketakutan melalui firman-Nya yang disampaikan oleh nabi Yesaya, “… hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub, yang telah Kupilih, keturunan Abraham, yang Kukasihi; engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: “Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau”; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” (Yesaya 41:8-10) Selanjutnya Allah berkata kepada mereka supaya jangan takut dalam penderitaan yang mereka alami karena Allah yang akan menolong mereka. Kehadiran dan pertolongan yang Allah berikan adalah wujud komitmen Allah kepada umat-Nya, “… Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: ‘Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.’” (Yesaya 41:13). Sahabat, setelah kita belajar dari pengalaman bangsa Israel,  kita tidak akan lagi merasa takut terhadap apapun yang datang menyerang kita. Kita akan menjadi seperti Daud yang berkata dengan penuh keyakinan, “Kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Mazmur 56:5). Ini merupakan kesaksian yang mengagumkan dari orang yang sungguh-sungguh mempercayai Allah. Terlepas dari apa yang terjadi, Daud akan tetap percaya pada Allah karena ia mengetahui dan mengerti kuasa Allah.  Ingatlah! Sahabat, karena rasa takut yang begitu besar, kita sering kali melupakan kehadiran Allah dalam hidup kita. Padahal, hal itulah yang justru semakin memupuskan harapan kita. Karena itu, genggamlah dengan penuh keyakinan  bahwa Allah selalu hadir bagi kita dan tangan-Nya selalu menggenggam kita untuk memberikan pertolongan. Karena Dia adalah Allah kita, dan kita adalah umat-Nya. Maukah Sahabat dan saya untuk senantiasa ingat bahwa Allah selalu hadir dalam segala pergumulan hidup kita? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

BERBUAT BAIKLAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita diberi kesempatan untuk berbuat baik kepada sesama. Sahabat, berbuat baik harus menjadi gaya hidup kita. Bahkan kebaikan itu tidak boleh dilupakan. Kebaikan adalah sifat Ilahi yang harus terpancar dalam kehidupan orang percaya.  Mengapa?  Karena status kita adalah anak-anak terang,  “… Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,”  (Efesus 5:8-9).  Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Manusia membutuhkan sesamanya untuk bekerja sama membangun kehidupan menjadi lebih baik. Diperlukan empati kepada sesama yang mendorong kita untuk saling memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing, “… janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.” (Ibrani 13:16) Sahabat, ada cukup banyak orang dihadapkan pada pergumulan dalam batinnya, salah satunya adalah dalam hal berbuat baik. Ketika perbuatan baik yang dilakukannya  seringkali tidak mendapatkan respons atau balasan sesuai dengan yang diharapkannya,  maka dia  mulai merasa bosan berbuat baik, mulai berpikir 1.000 kali sebelum  berbuat baik, dan akhirnya dia benar-benar berhenti untuk melanjutkan berbuat baik.  Seorang petani menanam padi atau sayuran.  Pada saat bersamaan tumbuh pula rumput atau ilalang di sawah atau ladang tersebut.  Namun andaikan petani itu menanam rumput, ia tidak akan pernah mendapati padi atau sayuran turut tumbuh di sana.  Demikian pula dalam kehidupan ini.  Ketika kita melakukan perbuatan baik terkadang hal-hal buruk malah menyertai, entah itu berupa disalah mengerti,  cercaan, cibiran, fitnahan dari orang lain.  Jika demikian haruskah kita berhenti berbuat baik ketika orang lain tidak membalas kebaikan kita?  Kalau kita berbuat baik hanya sekadar untuk membalas kebaikan orang lain, atau dengan tujuan mendapatkan balasan yang sama, apalah artinya,  “Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.”  (Lukas 6:33).  Selain itu jangan pula kita berbuat baik karena suatu tendensi atau motivasi yang kurang tepat.  Rasul Paulus menasihati,  “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”  (Galatia 6:9). Jadi tidak ada istilah  rugi atau tekor  ketika kita melakukan perbuatan baik kepada orang lain, sebab pada saatnya kita akan menuai.  Penulis kitab Amsal mengingatkan kita,   “Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri,”  (Amsal 11:17).  Sebagai orang percaya, berbuat baik adalah suatu keharusan, buah dari keselamatan yang telah kita terima, dan merupakan bukti kita memiliki iman yang hidup! Ingatlah! Sahabat, seseorang yang hanya melihat ke dalam dirinya sendiri serta memerhatikan segala kebutuhannya saja, maka akan sulit untuk bisa berbelas kasih kepada sesamanya. Padahal sesungguhnya, berbuat baik kepada sesama yang lemah itu sama halnya kita sedang memiutangi Tuhan (Amsal 19:17). Berkat yang Tuhan berikan kepada kita bukanlah melulu untuk memuaskan diri kita sendiri melainkan untuk memberkati sesama juga. Karena itu, jangan lupa berbuat baik karena demikianlah yang berkenan kepada Allah. Maukah Sahabat dan saya berbuat baik?  Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Berbuat baiklah! (pg).

PENGAKUAN DAUD

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita memiliki Tuhan yang menciptakan, tapi juga yang memelihara makhluk ciptaan-Nya. Sahabat,  aktivitas yang padat, kesibukan dalam pekerjaan, kondisi yang tidak menentu dan cepat berubah seperti saat ini, kadang membuat kita hanya fokus pada masalah yang kita hadapi dan  kekuatan sendiri. Kita lupa untuk menyerahkan diri pada Tuhan. Pengalaman hidup kita bercerita bahwa tanpa campur tangan Allah, kehidupan akan semakin sulit dijalani. Bagi orang percaya, terkadang Allah terpaksa “mengambil” hal-hal yang kita andalkan, supaya kita belajar bergantung dan berharap hanya  kepada-Nya. Sahabat, siapakah yang selama ini kita andalkan? Ketika semua orang dan semua hal tidak dapat diandalkan, masih ada Allah yang senantiasa dapat kita andalkan. Sahabat, hari ini kita akan belajar dari pengakuan Daud yang terdapat di Mazmur 28:1-9 di bawah judul: “Tuhan perisaiku”. Mazmur 28  terdiri atas tiga bagian: Pertama,  seruan minta tolong (ayat 1-2). Kedua, permohonan agar jangan dibinasakan bersama orang fasik (ayat 3-5), dan  ketiga, ucapan syukur, pengakuan percaya, dan doa syafaat  (ayat 6-9). Melalui Mazmur 28 kita dapat melihat pengalaman yang dialami oleh Daud ketika ia merasa ditinggalkan Allah. Sesaat ia merasa bahwa Allah tidak mendengar seruan doanya. Ia tidak tahu mengapa Allah diam. Daud merasa tidak ada lagi harapan. Daud berpikir bahwa TUHAN hendak menghukumnya seperti orang fasik. Namun, ia merasa tidak melakukan kesalahan apa pun (ayat 3-4). Dalam pengalaman doanya yang panjang, fajar harapan pun tiba. TUHAN menjawabnya. Karena itu ia bersyukur dan memuji TUHAN. Sebab TUHAN adalah perisai dan gunung batu tempat perlindungan yang aman dan dapat diandalkan. Itulah pengakuan Daud. Sahabat, Mazmur 28  mengingatkan kita untuk tidak berhenti berdoa. Terkadang Allah memang terlihat begitu jauh sehingga doa kita pun sepertinya tidak pernah sampai ke telinga-Nya. Kalaupun Allah mendengar, mungkin Ia tidak mau menjawabnya. Kemudian pikiran kita mulai membentuk asumsi negatif. Misalnya: Apakah aku dihukum oleh Tuhan atau yang lebih ekstrem, apakah Tuhan itu ada? Tetapi dari Mazmur 28 kita tahu satu hal, yaitu Allah itu benar-benar ada, serta Allah mendengar dan menjawab doa orang-orang yang berseru kepada-Nya, dari orang-orang yang berkeluh-kesah, dan dari orang-orang yang menggantungkan harapannya hanya kepada Allah. Ingatlah! Sahabat, mulailah setiap hari dengan penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan. Akuilah Dia dalam setiap langkah dan andalkan Dia dalam setiap aktivitas kita. Jangan takut dengan apa yang sedang terjadi, tetapi takutlah jika kita mulai menjauh dari Tuhan. Yakinlah bahwa di dalam Tuhan kita akan mendapat kekuatan dan kemenangan. Marilah  dengan penuh  keyakinan kita mengaku bahwa Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Maukah Sahabat dan saya melakukannya? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg).

MENGIMANI DOAMU

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan penuh syukur karena kita punya komunitas yang dapat saling mendoakan, saling menghibur, dan saling menguatkan. Sahabat, Martin Luther, salah seorang tokoh reformasi, mengatakan bahwa salah satu bentuk pelayanan yang dapat dikerjakan oleh  orang percaya yaitu berdoa. Ada cukup banyak  orang yang beranggapan bahwa berdoa merupakan hal yang sepele, gampang, kurang bernilai, hanya  tinggal ngomong saja. Namun, sesungguhnya untuk memahami dan menyelaraskan doa kita agar sesuai dengan  kehendak Allah  sangatlah  sulit, sebab ego kita seringkali mendahulukan apa yang kita inginkan. Belum lagi kalau kita harus berdoa dengan iman. Mengimani doa kita. Sahabat, saya yakin setiap hari  kita berdoa kepada Tuhan. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah kita sudah berdoa dengan iman? Karena doa tanpa iman dan percaya adalah kesia-sian. Hanya dengan iman percaya kita dapat meraih janji Tuhan. Mari kita perhatikan sabda Tuhan Yesus, “ … apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.” (Matius 21:22) Untuk memahami masalah doa dengan penuh kepercayaan, kita akan berefleksi dari Injil Markus 11:20-26 di bawah judul: “Pohon ara yang sudah kering. Nasihat Yesus tentang doa.”   Sahabat, pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara yang dikutuk Yesus sudah menjadi kering sampai ke akarnya (ayat 20-21). Maka, Yesus, Sang Guru Agung,  kemudian berbicara tentang iman dan doa. Yesus selalu menekankan besarnya peran doa. Menurut Sang Guru, doa yang dipanjatkan kepada Bapa Surgawi akan menjadi nyata bila diucapkan dengan penuh iman (ayat 23-24). Lebih lanjut Sang Guru berkata bahwa yang terpenting dalam doa: iman, pengampunan, dan kerendahan hati. Tanpa ketiga hal tersebut, mustahil Tuhan akan mengabulkan doa kita (ayat 26). Ketika Pandemi Covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia, tentunya juga termasuk kota Semarang. Akibatnya ada cukup banyak orang yang terinfeksi Covid-19 dan yang terdampak Covid-19, termasuk  Panti Asuhan (PA) Christopherus. Kemudian Pengurus, Pengasuh, dan anak-anak Panti berseru kepada Tuhan agar Tuhan mencukupkan kebutuhan mereka. Puji Tuhan!, Tuhan Yesus mendengar seruan dan doa-doa mereka. Tuhan menolong mereka melalui kegiatan pembuatan dan penjualan telor asin. Walau pun dalam situasi krisis ekonomi, Tuhan menggerakan banyak anak-anak-Nya dan berbagai pihak untuk memberikan bantuan kepada PA Christopherus, sehingga terjadi mukjizat, kebutuhan mereka dari hari ke hari dapat terus terpenuhi. Sahabat, Tuhan Yesus menjamin bahwa doa dan permohonan orang beriman akan dijawab Allah. Oleh karena itu, doa kita haruslah berdasarkan iman kepada-Nya saja. Doa juga mestinya berdasarkan pengakuan  bahwa tanpa belas kasih-Nya kita tidak mampu mengatasi semua masalah yang menimpa hidup kita. Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16). Jangan pernah meragukan kuasa Tuhan, sebab mereka yang bimbang tidak akan memperoleh apapun (Yakobus 1:6-7). Ingatlah! Sahabat, hal terpenting yang juga harus dilakukan dalam doa adalah belajar untuk mengampuni, melepaskan pengampunan bagi  setiap orang yang pernah bersalah dan  menyakiti kita. Mari kita tanamkan dalam hati, kita hanya mungkin berharap pengampunan dari  Tuhan jika telah berupaya mengampuni orang lain. Dalam hal ini kerendahan hati kita merupakan dasar utamanya. Maukah Sahabat dan saya mengampuni setiap orang yang pernah menggoreskan luka di hati kita? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

FOKUSLAH pada ALLAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur. Jika kita memiliki pikiran yang dipenuhi rasa syukur maka hal itu yang akan menarik kesembuhan dan pemulihan  terjadi dalam hidup kita. Sahabat, saat ini kalau saya bepergian di dalam kota, saya lebih banyak bersepeda motor. Mengingat usia saya sudah lebih dari 60 tahun, maka saya harus lebih berkonsentrasi dan fokus  dalam berkendaraan di jalan raya. Tanpa itu, kemungkinan terjadi kecelakaan semakin besar. Di sepanjang jalan banyak iklan, informasi atau pemandangan yang bisa mengalihkan fokus kita. Jika tidak berhati-hati, kita dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Agar tetap aman, fokus dan konsentrasilah. Sahabat, dalam perjalanan hidup ada cukup banyak pergumulan dan masalah yang berusaha mengalihkan fokus kita dalam memercayai Allah. Kadang-kadang ia hadir dalam bentuk sakit yang menahun,  kondisi keuangan yang makin sulit, jodoh yang tak kunjung datang, karier yang seakan jalan di tempat, dan lain-lain. Tidak sedikit orang yang fokusnya teralih dari Tuhan karena tarikan dan godaan kesesakan yang begitu menghimpit. Sesungguhnya setiap hari adalah pemberian Tuhan, tidak peduli sudah berapa tahun usia kita saat ini. Untuk itu mari kita kecap dan nikmati berkat Tuhan yang ada di kitab Ratapan 3:1-26 di bawah judul: “Penghiburan dalam penderitaan.” Sahabat, secara keseluruhan syair  dalam pasal 3  agak berbeda dengan pasal satu dan dua. Di sini kata Yerusalem hampir tidak muncul. Pasal tiga  berisi ratapan yang sifatnya perorangan. Karena itu ayat 1 diawali dengan “Akulah orang yang melihat sengsara …” Sedangkan ayat 2 berbunyi, “Ia menghalau dan membawa aku …” Melalui ayat-ayat tersebut, Yeremia menyatakan apa yang dilihat, dialami, dan dirasakannya sebagai bagian dari umat yang menderita pada saat itu. Yeremia mengatakan bahwa penderitaan yang dialami bangsa Israel sampai membuat mereka lupa apa itu kebahagiaan (ayat 17). Berbagai ratapan tersebut menunjukkan betapa dahsyatnya penderitaan mereka. Semuanya terasa lama dan membuat hati sangat pedih. Bahkan mereka pun sempat mengalami krisis iman (ayat 18). Sahabat, meskipun demikian, Yeremia berusaha tidak memfokuskan dirinya pada aniaya, cemoohan, dan penderitaan yang dirasakannya. Ia memilih mengarahkan hati dan pikirannya kepada Tuhan (ayat 21). Ia berusaha menggali dan membangkitkan kembali puing-puing iman yang masih ada dalam dirinya. Akhirnya ia menemukan janji Allah, yakni kasih setia Tuhan tak pernah berkesudahan, rahmat-Nya tidak akan ada habisnya dan selalu baru setiap pagi (ayat 22-23). Yeremia yakin bahwa semua derita akan berlalu. Tuhan pasti memiliki rencana bagi umat-Nya. Dia telah memilih Israel sebagai kepunyaan-Nya. Keyakinan akan janji Tuhan inilah yang memampukannya tidak putus asa, namun hidup dalam pengharapan. Di tengah derita yang dialaminya, ia berusaha untuk tidak meragukan kasih setia Tuhan. Ia belajar percaya dan berharap hanya kepada Tuhan (ayat 24-26). Ingatlah! Sahabat, berfokus kepada Tuhan, meneguhkan kita dalam menghadapi masalah hidup. Landasan keteguhan kita adalah kepercayaan yang kokoh di dalam Tuhan. Keyakinan akan pemeliharaan dan kasih setia-Nya akan memampukan kita menghadapi semua tekanan hidup yang berat sekali pun. Sahabat, renungan yang saya kirimkan setiap hari, saya beri nama: “Karib Dengan Tuhan (KDT)”. Harapan saya, melalui pembacaan KDT kita semakin mengenal Tuhan yang kita sembah dan telah menjadi Juruselamat kita. Selain itu  semakin kita mengenal-Nya semakin besar kepercayaan kita kepada-Nya. Karena itu, arahkanlah fokus hidup kita untuk semakin mengenal Allah yang kita percayai, Allah yang berkuasa atas semua pergumulan hidup kita. Maukah Sahabat dan saya melakukannya? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg).

ALLAH Sang PEMULIH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita mempunyai Tuhan yang bukan hanya mengampuni dosa-dosa kita tetapi  juga memulihkan segala luka-luka dan penderitaan kita. Sahabat, ketika saya sedang menulis renungan ini, saya dikejutkan dengan berita bahwa seorang rekan sepelayanan di Komisi Pemuda Natanael GKMI Semarang pada sekitar tahun 1978, yang saat ini tinggal di Jakarta, dipanggil pulang oleh Bapa. Kedukaan, kesusahan, kesesakan, dan sakit penyakit bisa datang kapan saja dan menghampiri siapa saja. Pada saat kita menghadapinya, berserulah kepada Tuhan yang empunya hidup kita. Mintalah pertolongan dan kekuatan dari-Nya. Sahabat, tidak jarang kesalahan-kesalahan yang kita buat membawa dampak yang merusak dan menghancurkan. Namun ketika kita menyadari hal tersebut, maka ada satu kebutuhan bagi kita untuk mengalami pemulihan. Bagamanakah pemulihan itu dapat terjadi? Faktor-faktor apakah yang diperlukan agar pemulihan yang sejati itu dapat terjadi? Untuk itu mari kita menemukan jawabnya  dari  kisah kejatuhan Yerusalem dan Bait Allah ke dalam tangan bangsa Babilonia yang terdapat di Mazmur 79:1-13 di bawah judul: “Doa umat yang terancam” Sahabat, akibat perbuatan dosa dan ketidaksetiaan Israel kepada Tuhan, Yerusalem dan Bait Allah yang menjadi kebanggaan dan identitas nasional dihancurkan-Nya. Peristiwa tersebut menjadi aib bagi bangsa Israel. Sebagai sebuah bangsa, mereka sangat terpukul, terhina, dan menderita (ayat 1-4). Kondisi bangsa yang terpuruk menyadarkan Pemazmur bahwa mereka memerlukan pertolongan Tuhan. Jika permohonan doanya terkabul, maka mereka akan memasyurkan nama-Nya untuk selama-lamanya (ayat 13). Lalu faktor apa saja yang memungkinkan terjadinya pemulihan?  Pertama, menyadari keberdosaan mereka. Murka Allah yang menimpa bangsa Israel menimbulkan penderitaan. Saking hebatnya kesengsaraan yang mereka derita, api cemburu Allah yang bernyala-nyala terasa lama dapat dipadamkan (ayat 5). Kedua, meminta keadilan Tuhan terhadap bangsa-bangsa kafir. Dalam masa-masa sulit, bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah Israel tidak hanya mencemooh kejatuhan Israel, tetapi juga menodai dan menginjak-injak kekudusan nama-Nya (ayat 5-7, 10, dan 12). Ketiga, memohon kemurahan hati Allah. Pemazmur menyadari bahwa umat Allah harus menjalani hukuman Allah. Ia meminta agar hukuman itu tidak didasarkan pada akumulasi kesalahan leluhur mereka di masa lampau (ayat 8-a).  Dalam kesesakan, Pemazmur memohon rahmat Allah turun atas bangsanya (ayat 8-b). Hari-hari yang mereka lewati seperti berjalan menuju kematian. Ia berdoa agar Allah memberikan jalan kehidupan bagi umat-Nya (ayat 11). Sahabat, kita dapat memiliki pengharapan agar pemulihan yang sejati terjadi, hanya di dalam Tuhan yang dengan lengan-Nya yang besar (ayat 11) memberikan rahmat-Nya kepada umat-Nya yang tak berdaya (ayat 8). Melalui cara itulah maka pemulihan dapat terjadi dan nama Tuhan dimuliakan (ayat 13). Ingatlah! Sahabat, pertolongan dan janji pemulihan Tuhan pasti akan terjadi sesuai waktu-Nya.  Karena itu dalam menantikan pertolongan Tuhan kita diajar untuk bersabar dan berserah penuh kepada-Nya.  Satu hal yang pasti, pertolongan Tuhan itu selalu mendidik dan mendewasakan kita. Tuhan selalu punya cara tersendiri untuk menolong dan memulihkan kita. Maukah Sahabat dan saya  percaya akan hal tersebut? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

Maukah SAHABAT dan SAYA BERSYUKUR?

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita memiliki Tuhan yang bergitu setia. Sahabat, sebagai komunitas orang percaya, bersyukur adalah hal yang lazim kita lakukan. Seringkali syukur kita lebih berorientasi pada berkat atau kesenangan. Bila dalam keadaan yang sesak, sulit, terjepit, dan gagal, biasanya sulit bagi kita untuk bersyukur. Mungkin karena kita berpikir, “Apa yang mau disyukuri di tengah kondisi sulit seperti saat ini?” Sahabat, Mazmur 30:1-13 yang menjadi bacaan refleksi kita pada hari ini  ditulis oleh Daud, seorang yang menulis sejumlah ratapan paling memilukan di dalam Alkitab.  Dalam Mazmur 30 kita tahu bahwa Daud pernah mengalami penyakit berat yang hampir merenggut nyawanya. Tetapi di saat yang sama, mazmur ini juga mengungkapkan rasa syukur Daud karena TUHAN telah menyembuhkannya. Itu sebabnya Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memberikan judul untuk Mazmur  30:  “Nyanyian syukur karena selamat dari bahaya.” Daud sadar betul siapa yang telah menyembuhkannya. Karena itu, ia membangun komitmen dalam dirinya untuk memuji TUHAN dan juga mengajak umat-Nya  menaikkan nyanyian pujian bagi TUHAN (ayat 4). Seorang raja yang paling berkuasa tidak berdaya tatkala penyakit datang menyerangnya. Namun, TUHAN telah menjadi penolong yang menyembuhkan. Selain itu, Mazmur 30 merupakan mazmur perayaan, yang juga melihat ke masa lalu dengan rasa kagum dan syukur atas pemulihan Allah yang luar biasa: Yang sakit telah disembuhkan, yang terancam nyawanya telah diselamatkan, yang merasakan hukuman Allah telah menikmati kemurahan-Nya, dan yang berdukacita telah diubah menjadi  bersukacita (ayat 3, 4 dan 12). Sahabat, memang Mazmur 30  sangat kental dengan ucapan syukur Daud kepada Tuhan. Ayat 2: “Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, …” Ayat 5: “Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, … persembahkanlah syukur…” Ayat 13: “ …  jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu … aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.” Mengapa Daud bersyukur kepada Tuhan?  Pertama, karena meski hidupnya susah, tetapi Tuhan setia (ayat 2-4). Kesetiaan Tuhan dirasakan oleh Daud di tengah kesusahannya karena musuh-musuhnya, dalam kesesakannya, dan dalam dukacitanya. Kedua, karena meski sesaat Tuhan murka, tetapi seumur hidup Tuhan murah hati (ayat 6). Daud tahu rasanya dimurkai Tuhan karena dosanya, tetapi bagi Daud murka itu tidaklah sebanding dengan kemurahan hati yang telah Tuhan nyatakan di dalam hidupnya. Ia telah menyaksikan bahwa murka Tuhan itu hanya sesaat, dibandingkan kemurahan Tuhan di sepanjang umurnya. Selanjutnya ketiga, karena meski pernah sombong, tetapi Tuhan mau menolong (ayat  7-12). Dalam kesenangannya, Daud pernah jatuh dalam dosa kesombongan. Ia berpikir bahwa dengan kekuatannya, ia tidak akan goyah. Namun Tuhan menegur kesombongannya dan menyadarkan Daud bahwa kekuatannya adalah karena pertolongan Tuhan semata. Karena Tuhanlah yang mengubah ratapnya menjadi tarian, perkabungannya menjadi sukacita. Ingatlah! Sahabat, dalam kesusahan, dalam keberdosaan, dan dalam kesakitannya, Daud tetap dapat menemukan alasan untuk bersyukur kepada Tuhan. Hari ini, masih bisakah Sahabat dan saya  menemukan alasan untuk bersyukur kepada Tuhan, meski di tengah Pandemi Covid -19 yang kembali merebak ke mana-mana? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg).