N A T O

Bacaan Alkitab: ”Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1Yohanes 3:18) NATO atau No Action Talk Only adalah istilah yang diberikan kepada orang atau  pemimpin yang hanya bisa bicara (Talk), tetapi tidak bisa melakukan yang diomongkan (No Action). Padahal keberhasilan seorang pemimpin  ditentukan oleh kemampuan manajerialnya, yaitu kemampuan untuk melakukan perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (action) dan pengawasan(controling).  Dan juga kemampuan untuk mengurai dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya (problem solving). serta kemampuan untuk mengambil keputusan dalam waktu yang tepat (decision making).  Mari kita memilih pemimpin yang bukan NATO dalam pilkada serempak 9 Desember 2020 mendatang. Ada seorang komentator televisi yang tak sabar kepada atlet muda yang kurang berprestasi tetapi sombong. Komentator itu berkata, “Jangan ceritakan apa yang akan Anda lakukan, ceritakan apa yang telah Anda lakukan!”  Perbuatan bersuara lebih keras daripada perkataan. Prinsip ini tampak pada hidup Yesus Kristus. Di Matius 9, ada seorang lumpuh dibawa kepada-Nya. Respons-Nya? “Dosa-dosamu sudah diampuni.” Saat para pemimpin agama keberatan, Yesus bertanya, “Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?” (Matius 9:5). Jawabannya jelas. Mudah bagi-Nya mengatakan DIA telah mengampuni dosa si lumpuh, karena hal itu tidak dapat dibuktikan atau disangkal. Namun, mengatakan “Bangunlah dan berjalanlah” itu berbeda. Perkataan ini dapat segera diuji kebenarannya. Maka, untuk membuktikan kuasa-Nya dalam mengampuni dosa, Yesus Kristus berkata kepada si lumpuh, “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” (Matius 9:6). Dan, itulah yang terjadi! Tindakan Yesus Kristus mendukung perkataan-Nya, DIA itu Tuhan yang mampu mengampuni dosa, DIA itu Tuhan yang di dalam diri-Nya ada kuasa membuat orang lumpuh berjalan, orang buta celik, orang mati hidup lagi. Selayaknya kita hanya percaya dan berharap kepada-Nta. Yohanes menulis, “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1Yohanes 3:18). Perkataan kita penting bagi dunia yang mengamati kita, hanya jika perkataan itu sesuai dengan perbuatan kita. Tatkala kita berbicara tentang kasih TUHAN, perkataan itu akan penuh kuasa jika didukung dengan tindakan kasih dan kebaikan. Perbuatan bersuara lebih keras! Bukan ”N  A  T  O”. Aku rindu melihat orang kristiani sejati Bukan hanya orang yang pintar berbicara, Aku ingin melihat tindakannya Dan memandang kehidupannya sehari-hari. (Karya: Herrell) Hikmat hari ini: Perbuatan dan perkataan kita, harus menyuarakan hal yang sama. Selamat memasuki hari baru hari ini, satu teladan lebih bermakna daripada ribuan nasihat. Mari kita jalani protokol kesehatan dengan penuh tanggung jawab di era New Normal hari ini.  Jesus Christ bless you (sp).

MENCUKUPKAN DIRI DENGAN APA YANG ADA

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Semoga kita sehat-sehat,  tetap semangat menyambut dan menjalani hari baru yang Tuhan sediakan bagi kita. Semoga kita juga memiliki rasa cukup dengan hidup kita sehingga sukacita dan damai sejahtera senantiasa mewarnai perjalanan hidup ini. Kemarin pagi seorang teman merespons RH saya melalui telepon, “Pak Paul, orang yang tidak bisa bersyukur itu karena dia merasa kurang, tidak pernah merasa cukup.” Betulkah apa yang dikatakan teman saya? Dari hasil perenungan, betul juga pendapat teman saya. Salah satu faktor yang menjadi penyebab orang tidak bisa bersyukur  adalah perasaan kurang, tidak cukup atau tidak puas.   Bagaimana supaya kita senantiasa memiliki rasa cukup?  Hiduplah berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan.  Kebutuhan adalah segala hasrat yang timbul dalam diri manusia yang jika tidak terpenuhi dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya;  fungsi dasar atas sesuatu yang secara esensial kita perlukan.  Sedangkan keinginan adalah segala hasrat yang timbul dalam diri manusia yang jika tidak terpenuhi tidak akan mempengaruhi kelangsungan hidupnya.  Tapi ada banyak orang yang tidak bisa membedakannya sehingga dengan segala cara mereka berusaha untuk memenuhi segala keinginannya, padahal apa yang kita inginkan tidak selalu kita butuhkan.  Perhatikan apa yang disampaikan rasul Paulus,  “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.”  (Filipi 4:19), artinya Tuhan berjanji akan memenuhi segala yang kita perlukan atau butuhkan, bukan berjanji akan memenuhi segala keinginan kita karena apa yang kita inginkan belum tentu merupakan kebutuhan kita. Kita perlu merenungkan  dalam-dalam nasihat Rasul Paulus kepada Timotius, anak rohaninya, “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.” (1 Timotius 6:6-8). Kita perlu meneladani prinsip hidup Rasul Paulus, “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.”  (Filipi 4:11)  Bolehkah kita memenuhi keinginan? Boleh-boleh saja, mengapa tidak, tapi ingatlah akan firman Tuhan yang ditulis di Pengkhotbah,  “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia.” (Pengkhotbah 5:9). Ingatlah, keinginan itu  tidak ada batasnya. Kita punya satu, ingin dua. Kita punya dua, ingin tiga. Kita sudah bisa punya, A, masih belum puas kalau belum punya B. Kita sudah bisa punya A dan B, masih belum puas juga, kalau belum punya C. Begitu seterusnya. Akibatnya yang ada di hati kita adalah perasaan kurang dan belum puas. Akibatnya kita tidak dapat menikmati ketentraman dan kedamaian. Yang ada hanya kegelisahan dan ketidakpuasan. Dengan demikian kita tidak bisa bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki. Kita tidak bisa bersyukur dengan hasil pencapaian kita. Kalau begitu, cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu (Ibrani 13:5), sebab sampai kapan pun keinginan manusia tidak ada habisnya. GBU & Fam. (pg)

Kita Berharap Kepada-Nya

Bacaan Alkitab: “Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada TUHAN, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku”  (Kisah Para Rasul 27:25) Ada seorang guru Sekolah Minggu memberi setiap anak laki-laki dalam kelasnya sebuah Alkitab Perjanjian Baru dan mendorong mereka masing-masing untuk menuliskan namanya di sebelah dalam sampul depan. Beberapa minggu kemudian, setelah berulang kali mengajak mereka menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia meminta mereka yang telah menerima Kristus untuk menuliskan kalimat berikut di bawah namanya: “Saya menerima Tuhan Yesus Kristus”. Seorang anak menulis kalimat berbeda, “Saya mengharapkan Yesus.” Ketika bercakap-cakap dengannya, sang guru menyadari bahwa si anak paham betul yang ditulisnya. Ia tidak hanya percaya kepada-Nya untuk menerima keselamatan, tetapi juga mengharapkan DIA untuk menyertainya sepanjang waktu dan untuk menggenapi semua janji-Nya. Pernyataan anak lelaki itu menghadirkan sebuah tafsiran sederhana, namun luar biasa tentang arti iman yang sejati. Dalam Kisah Para Rasul pasal 27, kita melihat iman pengharapan Rasul Paulus. Ia sedang menjadi tahanan yang dibawa dengan kapal menuju Roma ketika sebuah badai dahsyat menerpa dan mengancam menghancurkan kapal besar itu. Sepanjang malam, malaikat Tuhan memberitahu Paulus bahwa mereka semua akan selamat (Kisah 27:23,24). Ia tahu sabda Tuhan dapat dipercaya. Maka di tengah badai, ia berkata, “Aku percaya kepada TUHAN, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku” (Kisah 27:25). Dan begitulah yang terjadi. Bagi kita, Anda dan saya, seharusnya tidaklah mengherankan bila TUHAN menepati janji-Nya. Perkataan-Nya memang patut diharapkan! Kita berharap hanya kepada-Nya. Itulah berita Injil, berita sukacita yang layak dipercayai. Hikmat hari ini: Mari kita melakukan segala perkara yang besar bagi TUHAN, Mari kita berharap segala perkara yang besar dari Dia. Selamat memasuki hari baru hari ini, Hidupi segenap janji TUHAN di era New Normal ini. Mari kita jalani protokol kesehatan dengan tulus hati. Jesus Christ bless you (sp).

HIDUPLAH DAN NIKMATILAH HARI INI

Selamat jumpa para Pendukung Kristus,  apa kabar? Semoga hati kita dipenuhi dengan rasa syukur. Selamat menjalani dan menikmati hari yang baru yang Tuhan sediakan bagi kita. Bersyukurlah untuk  semua hal yang telah Tuhan percayakan kepada kita sampai hari ini. Kemarin pagi seorang sahabat mengirimi saya sebuah video. Yang menarik di bawah video yang dia kirimkan, dia memberi catatan singkat: “Tapi tidak mudah.”. Video tersebut dibuka dengan pernyataan seorang bijak, “Saya bingung dengan yang namanya manusia, dia mengorbankan kesehatannya demi uang, lalu dia mengorbankan uangnya demi kesehatan.” Inti pesan dari video tersebut mengajak kepada pendengarnya untuk bisa menikmati hidup pada hari ini dan bisa mensyukuri untuk segala hal yang dia telah miliki. Aha!… Ternyata banyak orang yang tidak dapat bersyukur karena dia tidak bisa menjalani dan menikmati hidup pada hari ini. Dia terlalu dibebani dengan kekhawatiran akan masa depan. Tuhan Yesus mengingatkan  agar kita bisa hidup pada hari ini yang memang sudah menjadi milik kita dan setiap hari itu ada kesusahannya sendiri,  ”Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:34) Sedangkan Rasul Paulus menasihati,  “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”  (1 Tesalonika 5:18).  Kalimat  “dalam segala hal”  berarti di segala keadaan, baik atau tidak baik, dalam kelimpahan atau kekurangan, ada masalah atau semua berjalan dengan baik dan lancar, kita harus bisa mengucap syukur, karena inilah yang dikehendaki Tuhan! Kita perlu mengingat, bahwa Rasul Paulus juga mengalami pasang surutnya kehidupan, “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku;”  (Filipi 4:12) Lalu apa manfaat mengucap syukur? Sesungguhnya ucapan syukur adalah kekuatan untuk mengaktifkan iman.  Jadi, iman selalu bekerja sama dengan ucapan syukur.  Nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose,  “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”  (Kolose 2:7).  Alangkah indahnya hidup ini jikalau hati kita selalu berlimpah ucapan syukur.  Ketika kita mengucap syukur kepada Tuhan, kita sedang disadarkan tentang siapa Tuhan itu bagi kita.  Bila hati dan pikiran kita hanya fokus pada persoalan akan membawa kita kepada keputusasaan dan kekecewaan.  Sebaliknya bila kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan, iman dan pengharapan kita kepada Tuhan semakin bertumbuh.  Semakin banyak bersyukur, semakin subur pula iman kita, semakin besar pula pengharapan kita untuk mengalami dan menikmati berkat dan janji Tuhan. Ingatlah! Hiduplah dan nikmatilah hari ini yang memang sudah menjadi milik kita. Dalam segala keadaan belajarlah untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan! “Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan, dan untuk menyanyikan mazmur bagi namaMu, ya Yang Mahatinggi,”  (Mazmur 92:2). GBU & Fam. (pg)

Karunia, Tak Dapat Dibeli

Bacaan Alkitab: Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia TUHAN dengan uang” (Kisah Para Rasul  8:20) Ada seorang misionaris di Filipina berusaha menjelaskan keselamatan kepada seorang wanita kaya. Akan tetapi, wanita tersebut tidak mengerti bahwa ia tak dapat membeli keselamatan. Karena itu, sang misionaris memberi sebuah gambaran kepadanya: “Kalau Anda ingin menghadiahkan sebuah rumah besar dan indah kepada anak gadis Anda, bagaimana perasaan Anda bila ia berkata, “Ibu, izinkan saya membantu Ibu membayar hadiah itu. Saya memang hanya bekerja di rumah sakit misi dan gaji saya tidak besar. Namun sepertinya saya dapat menyisihkan uang 8 dolar setiap bulan untuk itu.” Misionaris itu melanjutkan, “Seperti itulah yang Anda katakan kepada TUHAN. Anda ingin ikut membayar apa yang telah Yesus Kristus lunasi untuk Anda. Rumah di surga adalah hadiah. Tidak sepatutnya Anda berusaha ikut membayarnya.” Di seluruh dunia, orang-orang beriman, yang bermaksud baik: kaya, miskin, dan di antara kedua golongan itu, masih berusaha memahami bahwa Yesus Kristus telah melunasi semuanya. Karena mengira bahwa mereka harus melakukan sesuatu untuk memperoleh karunia TUHAN, mereka berusaha sedapat mungkin membayar keselamatan. Kita perlu memahami bahwa ketika TUHAN memberikan diri-Nya sebagai Yesus Kristus jadi kurban, hutang dosa kita sudah dibayar penuh. Apabila kita berusaha membayar hadiah TUHAN, ini tentu merupakan penghinaan bagi-Nya. Percaya dengan tulus hati, berarti beriman bahwa TUHAN sudah menyelesaikan pembayarannya. Kita tidak perlu membeli sesuatu yang sudah dibeli dengan kematian Yesus Kristus di kayu salib. Hikmat hari ini: Apabila kita dapat membeli keselamatan, Yesus Kristus tidak perlu mati untuk menyediakannya bagi kita. Selamat memasuki hari baru hari ini. Selamat beraktivitas, maju terus tetap semangat di era New Normal. Mari kita jalani protokol kesehatan dengan tulus hati. Jesus Christ bless you (sp).