Masih Ada Harapan

Bacaan Alkitab: ”Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dulu sampai ke kubur.” (Yohanes 20:3,4) Tatkala hari gelap yang mewarnai penyaliban Yesus berakhir, tampaknya segala yang terindah dalam kehidupan ini telah berakhir pula. Selama beberapa tahun yang singkat, Kristus telah membuat takjub banyak orang dan para pengikut-Nya melalui hikmat pengajaran serta mukjizat-Nya yang luar biasa. Namun Yesus memilih untuk tidak menyelamatkan diri-Nya dari kayu salib, dan kini kehidupan-Nya telah berakhir. Tampaknya tak ada lagi yang dapat diharapkan dari diri-Nya. Namun, pengharapan tersebut kembali muncul pada pagi-pagi benar di hari pertama kebangkitan-Nya. Sebuah lukisan karya Eugene Burnand menggambarkan Petrus dan Yohanes sedang berlari-lari menuju kubur Yesus. Tak lama setelah fajar menyingsing, Maria Magdalena memberitahu mereka bahwa ia dan teman-temannya telah mendapati kubur Yesus tersebut telah kosong. Dalam lukisan Burnand, wajah Petrus dan Yohanes tampak sangat sedih sekaligus lega, berduka sekaligus terkejut. Dengan putus asa dan keheranan mereka berlari menuju kubur Yesus. Tatapan mata mereka yang tampak penuh kesungguhan telah menarik perhatian orang-orang lain untuk mengarahkan pandangan ke kuburan tersebut. Apa yang mereka jumpai? Kubur Yesus yang telah kosong, Sang Juruselamat telah bangkit! Kristus tetap hidup. Namun banyak dari kita yang menjalani hidup ini dari hari ke hari seolah-olah Dia masih berada di dalam kubur. Alangkah lebih baik bila kita mengarahkan pandangan melintasi kubur yang kosong kepada Pribadi yang dapat memenuhi hidup kita dengan kuasa kebangkitan-Nya!  Hikmat hari ini: Kurban Jumat Agung itu menjadi pemenang di hari Paskah. Selamat memasuki hari baru hari ini, ”Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” (1Korintus 15:55). Tetap jalani protokol kesehatan di era New Normal dengan setia dan tulus hati. Jesus Christ bless you (sp).

DON’T JUGDE A BOOK BY ITS COVER

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Semoga hari iniDON kita tetap energik menjalani dan menikmati masa tua kita, karena Tuhan menilai seseorang tidak dari penampilan fisiknya, tapi dari hatinya. Tuhan tetap bersama-sama dengan kita dalam menjalani hidup di usia senja. Ia tetap menggendong, mengasihi, dan memelihara kita walau rambut kita sudah memutih semua. (Yesaya 46:4) Masih ingatkah teman-teman  dengan idiom dalam bahasa Inggirs yang berbunyi, “Don’t jugde a book by its cover” (Jangan menilai seseorang hanya dengan melihat penampilannya, apalagi bila belum mengenalnya). Tapi cukup banyak diantara kita yang menjadikan faktor fisik  menjadi faktor utama dalam menilai sesamanya. Karena itu tidak usah heran kalau operasi plastik di Korea Selatan, Thailand, dan di banyak tempat yang lain begitu berkembang sangat cepat. Untung Tuhan tidak berlaku demikian, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”  (1 Samuel 16:7).  Bagi Tuhan hal-hal jasmaniah sama sekali tidak masuk penilaian!  Yang Tuhan nilai adalah hati.  Ini berbicara tentang kerohanian atau karakter.  Hari ini saya mengajak Saudara belajar dari Timotius. Rasul Paulus bertemu dengan Timotius untuk pertama kalinya saat ia berada di Listra.  Timotius adalah pemuda yang memiliki reputasi yang baik di daerahnya.  Ia memiliki latar belakang keluarga yang takut akan Tuhan.  “… ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani.”  (Kisah 16:1b).  Tidak hanya itu, neneknya (Lois) juga seorang percaya.  Adalah sangat tepat jika Paulus memilih Timotius untuk menjadi rekan dalam pelayanannya.  Dan sudah terbukti, Timotius begitu setia menjalanankan tugasnya sebagai seorang pelayan Tuhan. Karena ketekunan dan kesetiaannya mengerjakan tugas yang dipercayakan, Timotius beroleh promosi dari Tuhan dan ia dipercaya sebagai pemberita Injil serta menggembalakan jemaat di Efesus.  Sungguh benar,  “…bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim:  direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain.” (Mazmur 75:7-8).  Perhatikan pernyataan Paulus tentang Timotius:  “…aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas,…”  (2 Timotius 1:5).  Hal ini menunjukkan bahwa Timotius memiliki iman yang tulus, tidak ada kepura-puraan atau keterpaksaan.  Paulus juga menambahkan,  “…tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan aku dan yang bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu;  sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus.  Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya.”  (Filipi 2:20-22). Timotius memiliki karakter yang tidak perlu disangsikan lagi:  setia, suci, tulus ikhlas, berhati hamba, peduli akan orang lain dan sangat terbeban terhadap pekerjaan Tuhan.  Karakter seperti Timotius inilah yang Tuhan cari!  Ingatlah! Sebagai pengikut Kristus kita wajib memiliki karakter seperti Kristus.  Karakter inilah yang membedakan kita dengan orang-orang di luar Tuhan.  Karakter Kristus terbentuk di dalam kita melalui proses yang harus kita jalani seumur hidup.  Karena itu milikilah hati yang rela diubah dan dibentuk Tuhan.  “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” (Yohanes 15:7-8). GBU & Fam. (pg)

Walau Hancur DIA Hidup

Bacaan Alkitab: “Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. …” (Kisah Para Rasul 1:3a) Ketika menara World Trade Center (WTC) runtuh disertai suara gemuruh bangunan yang hancur berkeping-keping, warga kota New York mengalami apa yang sudah dialami oleh banyak orang dari belahan dunia lain, yaitu ketakutan akan terorisme. Berbagai serangan susulan di negara-negara lain telah meningkatkan keprihatinan bahwa umat manusia mungkin sedang menuju kehancuran diri. Semua kerusuhan di dunia mungkin membuat kita berpikir bahwa masa depan kita tampak begitu suram. Kita bahkan mungkin menyimpulkan bahwa dunia ini bukanlah tempat yang layak untuk membesarkan anak-anak. Meskipun demikian, tetap ada secercah cahaya pengharapan yang dapat menerangi pandangan kita akan masa depan. Bill Gaither menggambarkan hal itu dalam lagunya yang berjudul “S’bab Dia Hidup”. Gagasan tentang lagu itu muncul di kepalanya pada akhir tahun 1960-an. Saat itu sedang terjadi kerusuhan sosial di AS dan konflik di Asia Tenggara. Istrinya, Gloria, sedang hamil, dan mereka berpendapat bahwa saat itu bukanlah saat yang tepat untuk melahirkan seorang anak ke dunia. Namun ketika anak laki-lakinya lahir, Bill berpikir tentang Juruselamat yang hidup, lalu kata-kata ini melintas di dalam benaknya: “Anak ini dapat menghadapi hari-hari yang tidak pasti karena Dia hidup.” Dua ribuan tahun yang lampau Yesus Kristus bangkit dari kubur dan memberikan banyak tanda bahwa Dia hidup (Kisah Para Rasul 1:3). Karena itu, kita dapat terus melangkah saat menghadapi ketakutan. Sebab Yesus Kristus hidup, kita dapat menghadapi hari esok.  Hikmat hari ini: Kubur Kristus yang kosong memenuhi kita dengan harapan. Selamat memasuki hari baru hari ini, Tuhan Yesus bersabda: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20b). Tetap jalani protokol kesehatan di era New Normal dengan setia dan tulus hati. Jesus Christ bless you. (sp).

SAAT TEDUH MENJADI GAYA HIDUP

Selamat jumpa para Pendukung Kristus , apa kabar? Siapa yang mau menjadi orang yang berbahagia? Pemazmur berkata bahwa orang yang berbahagia ialah orang yang suka akan firman Tuhan dan merenungkan firman Tuhan siang dan malam (Mazmur1:1-2). Lebih lanjut Pemazmur menyatakan keberadaan orang yang tinggal dalam firman  “…seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”  (Mazmur 1:3). Wouw! … Ternyata kunci untuk menjadi orang yang berhasil adalah tinggal di dalam firman. Banyak orang, termasuk saya,  berpikir bahwa keberhasilan hidup seseorang sangat ditentukan oleh kecerdasan intelektual atau kecerdasan dalam bidang akademik  (IQ)  sepenuhnya.  Benarkah?  Ternyata tidak. Riset  menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual  (IQ)  ternyata hanya menyumbang 20% dari keberhasilan seseorang, sedangkan 80% sisanya ditentukan oleh faktor lain yaitu kecerdasan emosional  (EQ).  Kecerdasan emosional  (EQ)  adalah kemampuan untuk mengenali, memahami dan mengelola emosi kita sendiri dan emosi orang lain secara positif.  Karena itu orang yang memiliki kecerdasan emosional  (EQ)  tinggi akan mampu berkomunikasi lebih baik, membentuk hubungan yang lebih kuat dan mencapai sukses yang lebih besar di tempat kerja ataupun dalam kehidupan sehari-hari lainnya.Kecerdasan emosional  (EQ)  berbicara tentang karakter atau perilaku hidup seseorang.  Bagi orang percaya pedoman utama untuk meningkatkan kecerdasan emosional  (EQ)  adalah Alkitab, sebab  “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16).  Penting sekali memiliki pengenalan yang benar tentang firman Tuhan.  Ada tertulis:  “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.”  (Hosea 4:6).  Nah, untuk memiliki pengenalan yang benar tentang firman Tuhan, tidak ada cara yang lain,  kita harus menyediakan waktu untuk membaca, mempelajari dan merenungkan firman Tuhan. Kita perlu mendisiplin diri untuk bersaat teduh. Jadikan saat teduh sebagai gaya hidup. Pilihlah waktu yang paling tepat, boleh pagi, boleh siang atau malam. Saat teduh menjadi saat yang menyenangkan, seperti Daud yang berkata,  “…Taurat-Mu adalah kegemaranku.”  (Mazmur 119:77). Ingatlah! “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119:105). GBU & Fam. (pg).

Dialah Pusat Kehidupan Ini

Bacaan Alkitab: Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepada-KU, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, …”  (Yohanes 11:25) Dalam upacara pemakaman seorang jemaat, Pendeta Eloy Pacheco mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya sumber penghiburan yang abadi. Kemudian datanglah seorang wanita kepadanya dan berkata, “Semua pendeta memang sama saja. Yang selalu Anda bicarakan hanyalah Yesus, Yesus, Yesus!” “Benar,” jawab Pendeta itu dengan ramah. “Namun, penghiburan seperti apa yang bisa Ibu berikan kepada keluarga yang sedang berkabung?” Ibu itu terdiam sebentar, kemudian menjawab, “Anda benar. Setidaknya Anda mempunyai Yesus.” Cepat atau lambat orang yang kita cintai akan meninggal, dan kita ingin dihibur. pelukan, ungkapan belasungkawa dan air mata, serta kehadiran seorang teman, bisa sedikit meringankan penderitaan yang begitu pedih. Namun, semua ini tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan kita yang paling mendesak: *Apa yang terjadi setelah kematian? Di manakah orang yang kita cintai itu sekarang? Apakah kita akan dipersatukan kembali di surga? Bagaimana saya bisa mendapat kepastian mengenai kehidupan kekal? Jawaban atas semua pertanyaan itu ada pada diri Tuhan Yesus Kristus. Dia-lah yang telah mengalahkan dosa dan kematian dengan wafat di kayu salib bagi kita dan bangkit dari kubur (1 Korintus 15:1-28, 57). Karena DIA hidup, semua yang beriman kepada-Nya akan hidup selamanya (Yohanes 11:25). Ketika orang yang percaya kepada Kristus meninggal, kita yang ditinggalkan bisa menemukan penghiburan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya. Maka marilah kita tetap membicarakan Yesus. DIA-lah Pusat Kehidupan Ini. Hikmat hari ini: Dalam hidup dan mati Yesus Kristus satu-satunya harapan kita. Selamat memasuki hari baru hari ini, Selamat beraktivitas. Tetap jalani protokol kesehatan di era New Normal dengan setia dan tulus hati. Jesus Christ bless you (sp)

MENJADI KEPANJANGAN TANGAN TUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan kompak-kompak selalu. Semoga di hari ini kita masih tetap bisa bersyukur. Masih bisa merasakan kasih dan campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita. Kalau Tuhan masih membuka kesempatan bagi kita untuk menikmati hidup di dunia sampai hari ini, tentu Ia mempunyai maksud dan tujuan. Salah satu tujuan-Nya, supaya kita mau menjadi kepanjangan tangan dan kaki-Nya untuk menolong saudara-saudara kita yang saat ini sedang menanti-nantinya uluran tangan-Nya. Tuhan rindu, kita mau mendengar panggilan-Nya. Ia memanggil kita untuk menjadi berkat dan kesaksian bagi orang lain, bukan lagi hidup untuk diri sendiri atau mementingkan diri sendiri.   Saudara, pengalaman hidup saya bercerita bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya perpecahan dalam kehidupan keluarga, gereja, lembaga, yayasan, perusahaan dan organisasi kemasyarakatan adalah sikap mementingkan diri sendiri.  Mementingkan diri sendiri disebut pula selfish atau juga egois, yang dalam kamus  Webster  didefinisikan:  memerhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau secara berlebih-lebihan, mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri tanpa memerhatikan, atau dengan mengorbankan kenyamanan dan keuntungan orang lain. Kita perlu menyadari, ketika seseorang mementingkan dirinya sendiri, ia akan menjadikan dirinya sebagai pusat dan tidak lagi mempedulikan kepentingan dan perasaan orang lain.  Inilah yang menjadi sumber dari banyak kekacauan dan kejahatan, “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”  (Yakobus 3:16). Orang yang mementingkan diri sendiri pasti sulit menjalin kerjasama dengan orang lain sebagai anggota tim di dalam menyelesaikan sebuah tugas.  Orang yang mementingkan diri sendiri juga cenderung mudah marah, tersinggung serta tidak bisa menguasai diri.  “Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.”  (Mazmur 37:8).  Orang yang egois memiliki kecenderungan menghakimi dan mencela orang lain karena menganggap diri sendiri paling benar dan tidak pernah salah.  Rasul Paulus mengingatkan,  “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.”  (Galatia 6:4).  Sebagai orang percaya kita harus membuang jauh sifat mementingkan diri sendiri agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Dalam segala perkara marilah senantiasa meneladani Kristus,  “…Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,…dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:1, 3, 4). Ingatlah! Ini dia kuncinya: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”  (Matius 7:12). GBU & Fam. (pg).

Di Pemakaman

Bacaan Alkitab: Jawab Yesus:“AKUlah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepada-KU, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yohanes 11:25) Saya senang mendengarkan berbagai sambutan, nasihat, kotbah oleh berbagai rohaniwan, yang intinya betapa hidup ini singkat dan itu berarti betapa bernilainya selama kita masih berada di dunia ini. Salah satu nasihat yang pernah saya baca di peti mati bertuliskan: ”Kemarin aku seperti kamu, besok kamu seperti aku, yang penting bukan siap-siapa yang mengantar aku tetapi siapa yang menjemput aku”. Saat orang yang kita kasihi meninggal dunia, kita pergi ke kuburan untuk mengikuti prosesi pemakaman. Kita mungkin akan duduk atau berdiri di sekitar makam dan mendengarkan dengan khidmat saat rohaniwan agama menyampaikan kotbahnya. Diakhiri dengan jenazah diturunkan ke liang lahat. Kemudian kita mungkin akan tinggal sejenak untuk menaburkan bunga dan berdiri dengan kepala tertunduk untuk mengenang dan menghormati yang meninggal saat masih hidup. Orang yang kita kasihi telah telah tiada, kita pun sadar bahwa kita tidak dapat membawanya kembali. Berbeda saat Tuhan Yesus Kristus datang ke pemakaman Lazarus, sahabat-Nya yang baru saja meninggal. Ketika tiba di kuburnya, DIA menggunakan otoritas kuasa-Nya dengan memberi perintah: “Angkat batu itu” (Yohanes 11:39). “Lazarus, marilah keluar!” (Yohanes 11:43). “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi” (Yohanes 11:44). Kita mungkin berharap sepenuh hati dapat mengembalikan orang yang kita kasihi, tetapi meskipun kita memberikan perintah seperti yang Yesus ucapkan, tak ada yang akan terjadi. Namun, Yesus memiliki kuasa untuk itu, karena DIA adalah “kebangkitan dan hidup” (Yohanes 11:25). Kuasa-Nya nyata saat Lazarus keluar dari kubur, dan hidup kembali! Kelak, Tuhan Yesus Kristus akan datang lagi ke kubur dari orang-orang percaya. Dan ketika DIA memberikan perintah, maka semua jenazah orang mati yang percaya kepada-Nya akan “keluar dan bangkit” (Yohanes 5:28,29; 1 Tesalonika 4:16). Betapa luar biasa hari itu kelak! Inilah berita baru bagi yang belum percaya Tuhan Yesus Kristus, DIA bukan sekedar zat (padat, cair, gas) yang amat terbatas oleh ruang dan waktu, tetapi DIA itu ROH yang kekal dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Betapa di saat pandemi covid-19 ini kita berpotensi mudah meninggal dunia, tetapi RIP (Rest In Peace), meninggal dengan tak takut sedikit pun karena kita meninggal dalam damai-Nya yang abadi.  Hikmat hari ini: Bagi pengikut Tuhan Yesus Kristus, kematian adalah pintu masuk menuju kemuliaan. Selamat memasuki hari baru hari ini, kematian adalah pintu gerbang elok menuju hidup kekal. Mari kita jalani protokol kesehatan dengan cermat sebagai bekal hidup bermakna di era New Normal hari ini. Jesus Christ bless you (sp).

DIA Tak Jauh Dari Kita

Bacaan Alkitab: Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka, “Damai sejahtera bagi kamu!” (Lukas 24:36) Kejutan! Kejutan! Kesebelas rasul berkumpul bersama pada hari kebangkitan Yesus Kristus. Mereka sedang membicarakan peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi hari-hari itu, dan baru saja mendengar sebuah laporan dari dua orang yang mengatakan telah melihat DIA. Lalu, tiba-tiba saja DIA hadir di situ! Sang Juruselamat berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” (Lukas 24:36). Tentu kita pun bertanya-tanya apakah kita sadar bahwa ketika berkumpul bersama teman-teman di sebuah perhimpunan, di rumah, di persekutuan doa, dan di berbagai pertemuan lainnya, sesungguhnya Yesus juga ada di sana. DIA bersabda, “Dan ketahuilah, AKU menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). Apakah kita sungguh-sungguh percaya DIA bersama kita, mendengarkan setiap ucapan kita, dan melihat semua yang kita lakukan? Beberapa pelajar membicarakan tentang pengarang-pengarang besar di masa lalu. Lalu seseorang bertanya, “Bagaimana jika Milton tiba-tiba masuk ruangan ini?” “Ah!” jawab yang lain. “Kita akan menghormatinya dan memberi perhatian lebih karena ia hanya menerima sedikit pengakuan semasa hidup.” Orang ketiga berkomentar, “Bagaimana jika Shakespeare yang datang? Tidakkah kita semua akan berdiri dan memproklamirkannya sebagai Raja Penyair?” Kemudian seseorang memberanikan diri berkata, “Dan, jika Tuhan Yesus Kristus yang datang?” Mereka terdiam cukup lama, sampai akhirnya seseorang berkata, “Tapi teman-teman, DIA kan ada di sini! Mari kita yakini bahwa DIA tak jauh dari kita” Ya, mari kita ingat bahwa Yesus Kristus ada di sini, karena DIA Tuhan! DIA melihat, DIA mendengar, dan DIA tahu segalanya! Hikmat hari ini: Keistimewaan kita yang terbesar adalah menikmati kehadiran Tuhan Yesus Kristus. Selamat memasuki awal hari di minggu ini. Selamat beraktivitas. Tetap jalani protokol kesehatan di era New Normal dengan setia dan tulus hati. Jesus Christ bless you (sp).

PERSEKUTUAN DOA PAGI SETIAP KAMIS

Selamat jumpa para Pendukung Kristus,  apa kabar? Sehat-sehat, tetap segar, tetap semangat dan tetap berbuah. Semoga kita semua benar-benar punya waktu khusus untuk bersaat teduh, waktu untuk datang kepada Tuhan, waktu untuk berdoa. Sudah 48 tahun Christopherus  melayani dan menjadi berkat bagi Gereja-Gereja dan masyarakat luas lainnya. Hal tersebut bisa terjadi karena salah satunya sudah sekitar 45 tahun hampir setiap Kamis pagi mereka mengadakan Persekutuan Doa. Ada anak-anak Tuhan yang tekun berdoa untuk menopang keberadaan dan pelayanan Christopherus. Maka pada pagi ini, Kamis 7 Mei 2020 Christopherus menyelenggarakan *Doa Syukur* online HUT ke-48. Doa menjadi sumber kekuatan bagi orang-orang percaya, terutama ketika kita sedang menghadapi situasi dan kondisi yang sulit dan menekan. Doa lahir karena kita menyadari akan kekuatan dan kemampuan kita yang sangat terbatas, sehingga kita sangat membutuhkan pertolongan dan campur tangan Tuhan. Doa adalah nafas hidup kita. Berdoa bukan hanya sebagai kegiatan rutin agamawi, bukan sekadar mengucapkan kalimat yang dihafalkan, tetapi yang menjadi gaya hidup sehari-hari. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kehidupan doa! Adakala doa memerlukan beberapa waktu lamanya sampai kita mendapatkan jawabannya. Oleh karena itu janganlah kita berhenti berdoa sampai Tuhan bekerja! Teruslah berdoa dan nantikanlah Tuhan, karena waktu-Nya adalah yang terbaik! Bacaan Alkitab pada hari ini diambil dari Lukas 18:1, “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?” Marilah kita jalani dan nikmati hidup pada hari ini dengan satu keyakinan bahwa Tuhan sama sekali tidak mengulur-ulur waktu, tapi kadang-kadang kita harus belajar bersabar untuk memperoleh segala sesuatu menurut rencana dan waktu Tuhan. Ingatlah! “… Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya …” (Efesus 6:18). GBU & Fam. (pg)

HUT KE-48 CHRISTOPHERUS

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Pagi ini, 3 Mei 2020 hatiku ber-bunga-bunga, penuh dengan syukur dan sukacita karena Yayasan Christopherus, tempat saya mengabdi saat ini, tepat berulang tahun yang ke-48. Benjamin Franklin menulis, “You may delay, but time will not.”  Waktu adalah sesuatu yang terus melaju, tak bisa dihentikan dan tidak akan kembali lagi. Karena itu sebagian besar dari kita berusaha untuk mengabadikan momen-momen tertentu yang dianggap paling berkesan dalam hidupnya dalam bentuk video atau foto: pernikahan, ulang tahun, wisata keluarga, reuni, dan lain-lain. Momen-momen seperti itu sungguh sangat berkesan dan berharga sekali! Ketika seseorang merayakan hari ulang tahun, orang-orang terdekatnya pasti memberikan ucapan selamat melalui berbagai cara dan sarana.  Dengan bertambahnya usia seseorang, diharapkan ia semakin dewasa pula. Hampir semua orang pasti berharap hidupnya mengalami peningkatkan demi peningkatkan dalam segala hal: keluarga makin harmonis, hidup makin diberkati, karir makin naik, pelayanan makin maju dan makin dipakai Tuhan, dan semakin dewasa secara rohani. Kedewasaan rohani seseorang berbicara tentang karakter dan buah-buah Roh  yang dihasilkan dalam hidupnya. Orang yang dewasa rohani memahami kehendak dan rencana Tuhan dalam hidupnya, serta menyadari bahwa jalan-jalan Tuhan bukanlah jalannya, waktu Tuhan, bukanlah waktunya. Oleh karena itu ia percaya bahwa Tuhan “… membuat segala sesuatu indah pada waktunya” (Pengkhotbah 3:11), sehingga ia pun mampu memandang segala sesuatu dari sudut pandang  Tuhan, bukan dari sudut pandang manusia. Dampaknya, selalu ada ucapan syukur, tidak mudah mengeluh dan mengomel meski harus melewati berbagai persoalan, karena ia tahu bahwa *TUHAN memegang kendali segenap hidupnya.* Bacaan Alkitab pada hari ini diambil dari 1 Samuel 2:26, “Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.” Marilah kita jalani dan nikmati hidup pada hari ini dengan satu keyakinan bahwa ketika seseorang berada dalam tahap dewasa rohani, ia layak menerima janji-janji Tuhan dalam hidupnya! Ingatlah! Hari ini, 3 Mei 2020 Yayasan Christopherus tepat berumur 48 tahun. Tuhan telah menaruhkan visi: “Terlaksananya Amanat Agung Tuhan di seluruh pelosok dunia”  kepada pak Andreas Christanday. Kita sebagai keluarga besar Christopherus, diminta untuk terus mengobarkan visi tersebut dalam perjalanan Christopherus ke depan. “TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, …” (Ulangan 28:13) GBU & Fam. (pg)