Mencapai Keberhasilan dan Menikmati Ketenangan

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan tetap semangat. Hampir setiap orang ingin dapat mencapai keberhasilan dalam hidupnya. Selain itu hampir setiap orang juga ingin dapat menikmati ketenangan dalam hidupnya, khususnya ketika kita sudah berusia lanjut. Nah, maka pada hari ini saya mengajak Saudara untuk belajar bagaimana supaya kita dapat menikmati hidup tenang. Coba kita simak apa yang ditulis oleh Yohanes  dalam suratnya yang pertama, “Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, …” (1 Yohanes 3:19). Ternyata kita berasal dari kebenaran. Sedangkan ciri hidup orang yang berasal dari kebenaran yaitu hidup dalam ketenangan.  Kalau kita berasal dari kebenaran dan hidup dalam kebenaran kita pasti akan tenang dalam menjalani hidup.  “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.”  (Yesaya 32:17).  Yang membuat orang tidak hidup tenang adalah ketika ia hidup dikuasai oleh dosa sehingga setiap saat selalu timbul rasa bersalah, karena iblis terus mendakwanya.  Selama kita hidup dalam kebenaran Tuhan pasti akan membela dan memberkati hidup kita.  Orang yang berasal dari kebenaran pasti memiliki kerinduan yang besar untuk tinggal dekat Tuhan, sebab ia menyadari bahwa  “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.”  (Mazmur 62:2).  Karena itu  “…lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.” (Mazmur 84:11).  Di mana pun kita berada dan seberat bagaimana pun tantangan, kita akan mampu melewatinya selama kita dekat dengan-Nya. Orang yang berasal dari kebenaran pasti taat melakukan perintah Tuhan dan berbuat apa yang berkenan kepada Tuhan,  “dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” (1 Yohanes 3:22).  Jaminan bagi orang yang taat melakukan perintah Tuhan dan berbuat apa yang berkenan adalah apa yang diminta dan didoakan pasti dikerjakan oleh Tuhan! Rick Warren berkata, “Tidak ada hal yang Tuhan tidak kerjakan bagi orang yang segenap keinginannya hanya untuk memperoleh perkenan-Nya.” Dari 1 Yohanes 3:22 dan pendapat Rick Warren kita bisa menyimpulkan jika segala keinginan dan perbuatan kita berkenan kepada Tuhan, maka segala yang kita minta akan dikerjakan oleh Tuhan. Ingatlah! Kerinduan kita untuk menjadi orang yang berhasil dan bisa menikmati hidup dengan tenang akan mewujud jika kita bisa semakin menyadari bahwa kita berasal dari kebenaran dan hidup dalam kebenaran. GBU & Fam. (pg).

KETIKA CORONA MELANDA

Selamat jumpa para pendukung Kristus, apa kabar? Sehat-sehat, tetap semangat dan kita senantiasa bisa bersyukur. Semoga  kita semua tetap yakin bahwa Yesus Kristus tetap sama. Ia Tuhan yang hidup dan Mahakuasa. Ia berkuasa atas alam semesta beserta sgenap isinya. Ia menjadi pemegang sejarah umat manusia. Dengan adanya pandemi virus Corona yang melanda seluruh dunia, banyak orang percaya yang bertanya-tanya, di mana Tuhan, mengapa Ia membiarkan virus Corona semakin meraja lela di mana-mana? Mengapa Tuhan tidak segera membasmi virus Corona supaya tidak semakin banyak manusia yang meninggal dunia dan semakin banyak manusia yang menderita? Kapan penderitaan, goncangan, kecemasan, kekalutan, dan tekanan karena virus Corona ini akan berakhir? Sampai kapan, Engkau membiarkan penderitaan umat manusia ini terus berlangsung? Keadaan manusia saat ini kian tertekan dan terjepit.  Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghadapi kondisi yang sangat sulit ini? Tentu  manusiawi jika banyak orang menjadi takut, khawatir dan tertekan.  Hari ini firman Tuhan menasihatkan agar kita bisa menjaga sikap hati dengan benar.  Jangan bersikap seperti orang dunia yang terus dihinggapi rasa takut dan khawatir karena Tuhan berjanji untuk menopang dan memlihara umat-Nya dari kesukaran yang ada.  Janji-Nya adalah ya dan amin, “Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.”  (Mazmur 12:7).  Mari kita belajar dari Daud.  Mazmur pasal 13  merupakan ungkapan isi hati Daud saat ia mengalami pergumulan yang sangat berat.  Hari-hari Daud penuh kegelisahan karena ia terus dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhya.  Bisa dibayangkan betapa tidak tenangnya perasaan Daud karena dihantui oleh bahaya kematian.  Selain itu Daud juga harus menghadapi bani Amalek, suatu bangsa yang menjadi musuh bangsa Israel.  Daud benar-benar dalam tekanan yang hebat.  Wajar bila Daud sempat putus asa dan mengeluh kepada Tuhan, “Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus?  Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?  Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?  Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?”  (Mazmur 13:2-3). Terlihat sekali, dari  berbagai tuntutan Daud bahwa ia merasa sangat tidak sabar menanti jawaban TUHAN.  Tuhan seakan-akan bertindak sangat lambat, sementara persoalan datang bertubi-tubi dan cepat.  Demikian juga dengan kita,  lebih senang minta agar TUHAN dengan segala kuasa-Nya menghentikan segala persoalan yang kita hadapi saat ini. Kita sering lupa bahwa TUHAN juga sanggup memberikan kekuatan pada kita untuk menghadapi dan menang atas persoalan yang sedang kita hadapi saat ini.  Sekarang kita simak dan renungkan apa yang dikatakan Daud dalam Mazmur 13:6, “Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.” Kasih setia Tuhan sangat terlihat di dalam diri  Daud, bayangkan saja, berbagai bahaya yang semestinya terjadi di dalam dirinya, namun ia senantiasa luput dari itu.  Daud mulai sadar, ia melihat, ternyata TUHAN Allah yang dia sembah itu adalah TUHAN yang penuh kasih setia-Nya. Untuk itu maka respons yang ditujukan pada TUHAN adalah ia harus bangkit dari permasalahan dan kesulitan, bukan tenggelam dan terbawa arus. Hidup manusia begitu rapuh , bukan hanya rapuh tetapi hidup kita sekaligus begitu lapuk. Gampang rusak. Ia ibarat mutiara yang harus dijaga setiap saat.  Itu sebabnya tanpa kasih setia Tuhan maka semua itu tidak akan terpelihara dengan baik.   Pemeliharaan Tuhan sangat nyata di dalam diri Daud. Itu sebabnya imannya mulai terstimulasi, ia menjadi percaya. Bukan hanya itu, ia juga bersorak-sorak; karena penyelamatan dari Tuhan itu jelas dan nyata.  Seorang penafsir mengatakan apabila engkau bagkit kembali di dalam Tuhan maka engkau pasti akan bangkit pula dari keputusasaan hidup ini. Inilah yang dimaksud dengan hidup yang berkemenangan itu. Berkat rohani yang kita peroleh dari Daud hari ini ada tiga tahap. Tahap pertama,  bahwa sebagai manusia kita begitu rapuh dan lapuk. Itu sebabnya bila ada tekanan, kesulitan, persoalan, sakit, dan keputusasaan yang menimpa, kita lebih gampang protes dan bahkan marah.  Namun Tuhan kadang membiarkan itu berjalan terus di dalam hidup kita, hingga memasuki tahap kedua yaitu: Bukan berarti Ia meninggalkan kita, Ia mau kita benar-benar sadar bahwa kita butuh pertolongan dari yang berkuasa, dalam hal ini Tuhan. Memasuki Tahap ke tiga, ini merupakan tahap penentuan, ternyata Tuhan yang disembah memang benar-benar memiliki kuasa yang dahsyat. Ia sanggup memberikan kita kekuasaan dan kekuatan menghadapi berbagai persoalan yang sulit, dan bukan hanya itu. Ia juga membawa kita menuju kemenangan. Ingatlah!  “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak;…”  (Mazmur 37:5). GBU & Fam.  (pg)

Bukti Menghargai Waktu dan Potensi

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Apakah Saudara terbiasa membuat rencana harian? Minimal setiap sore atau malam, Saudara membuat rencana apa saja yang ingin Saudara kerjakan besok dari pagi hingga malam. Orang bijak berkata, “You are what you believe” Artinya apa yang kita percayai akan menentukan bagaimana sikap dan perilaku kita. Sejak muda saya sudah memercayai bahwa jika kita tidak membuat rencana, maka kita merencanakan kegagalan. Saya bersyukur,  Tuhan beri kesempatan kepada saya untuk melayani di Sinode GKMI, GKMI Sola Gratia, dan Yayasan Christopherus. Saya dilatih dan diminta terus menerus untuk membuat rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang. Dengan demikian membuat rencana sudah menjadi gaya hidup. Perencanaan merupakan hal penting dalam menjalani sebuah kehidupan. Dengan perencanaan yang baik dan matang, langkah hidup seseorang akan semakin teratur dan semakin terarah kepada suatu sasaran yang hendak dituju. Hidup yang terencana adalah bukti bahwa seseorang sangat menghargai waktu dan semua potensi yang Tuhan berikan. Sebuah perencanaan hidup akan semakin sempurna apabila Tuhan terlibat di dalamnya. Yakobus.mengingatkan agar jangan pernah kita melupakan Tuhan dalam setiap perencanaan hidup, “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yakobus 4:15). Orang yang melupakan Tuhan dalam setiap rencana hidupnya sama artinya meremehkan Tuhan, mengabaikan kehadiran-Nya, menganggap seolah-olah Tuhan tidak ada dan tidak punya kuasa. Yang menjadi akar persoalan adalah kesombongan. Orang sombong dan angkuh meyakini bahwa ia mampu mengatasi semua persoalan hidupnya dengan kekuatan yang dimiliki, padahal banyak hal di dunia ini yang unpredictable. Apa yang akan terjadi esok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan? Tak seorang pun tahu, “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.” (Amsal 27:1). Ternyata kehidupan ini tidak selurus dan semulus yang kita bayangkan, terkadang ada “kejutan-kejutan” yang tidak pernah kita harapkan. Ingat-ingat, sebuah perencanaan jika tidak disertai tekad dan usaha mewujudkannya tidak akan lebih dari sekadar mimpi di siang hari dan angan-angan belaka. Orang yang berhasil adalah orang yang hidupnya terencana dengan baik serta punya semangat dan kemauan keras untuk mewujudkannya. Ingatlah! “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana.” GBU & Fam. (pg)

Belajar dari Burung Rajawali

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Semoga sehat-sehat dan tetap semangat. Ada ungkapan yang berkata bahwa belajar itu sepanjang hidup kita. Betul sekali, apalagi ketika ada pandemi Covid-19 dan memasuki “New Normal” kita harus mau belajar banyak hal baru kalau kita ingin bisa bertahan hidup. Saudara, sesungguhnya hidup itu adalah sebuah pembelajaran  (learning)   selama hidup. Selama kita hidup, kita takkan pernah berhenti untuk belajar dan  belajar.  Belajar itu tidak selamanya harus di ruang kelas,  ada guru, ada buku/diktat, dan perlengkapan belajar lainnya. Adakalanya kita harus belajar dari situasi-situasi yang ada di sekitar, belajar dari setiap kejadian atau peristiwa, belajar dari hewan, tumbuhan, dan alam, belajar dari pengalaman hidup orang lain, belajar dari kesalahan atau kegagalan masa lampau dan sebagainya.  Semakin kita belajar semakin kita mengerti banyak hal dan kita pun menjadi semakin bijaksana!  Dalam amsalnya, Agur bin Yake mengajak kita untuk belajar dari 4 hal:  “Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.” (Amsal 30:18-19). Hari ini kita akan khusus belajar dari burung rajawali.  Burung rajawali adalah salah satu jenis burung yang besar dan memiliki sayap yang sangat kuat.  Ia tidak pernah takut dan khawatir dengan badai sehebat bagaimana pun.  Justru ketika badai datang burung rajawali akan semakin mengembangkan sayapnya dan terbang semakin tinggi, kemudian dia terbang di atas badai itu.  Sebagaimana burung rajawali mampu terbang di atas badai, dia mampu mengatasi badai.  Orang percaya hendaknya memiliki mentalitas burung rajawali yang tidak takut menghadapi badai  hidup. .Selain itu burung rajawali menyukai tempat-tempat yang tinggi, bersarang di tempat-tempat yang tinggi atau di bukit-bukit batu yang sulit dijangkau.  Tempat yang tinggi berbicara tentang perkara-perkara rohani, perkara yang dari Tuhan.  Nasihat Rasul Paulus:  “…carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada,…Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”  (Kolose 3:1-2).  Orang yang senantiasa memikirkan perkara-perkara rohani atau perkara yang di atas tentunya adalah orang yang memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan.  Semakin kita dekat dengan Tuhan semakin kita beroleh kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi badai hidup ini;  dan melalui badai persoalan kita diajar untuk memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Pelajaran lain yang kita dapatkan dari burung rajawali adalah bergerak dengan kecepatan tinggi.  Ini berbicara tentang semangat hidup.  “Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?”  (Amsal 18:14).  Seberat bagaimana pun penderitaan, tekanan atau kesesakan yang kita alami, biarlah kita tetap memiliki semangat untuk menjalani hidup, karena kita tahu bahwa Tuhan selalu ada untuk kita, lengan-Nya yang kuat siap menopang.  “Punya-Mulah lengan yang perkasa, kuat tangan-Mu dan tinggi tangan kanan-Mu.”  (Mazmur 89:14). Ingatlah! Bagaikan seorang olahragawan yang sedang bertanding, semangat merupakan modal penting untuk bisa meraih kemenangan.  Rasul Paulus menasihati:  “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”  (Roma 12:11). GBU & Fam. (pg)

Kita Pun Boleh Percaya

Bacaan Alkitab, ”Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah” (Kisah Para Rasul 1:3) Hari ini, tepatnya pada 12 Juli 1947 adalah hari lahir Koperasi. Merupakan sejarah Hari Koperasi Indonesia. Istilah koperasi berasal dari kata bahasa Inggris co-operation yang berarti usaha bersama. Di Indonesia koperasi bukan merupakan sesuatu hal yang asing bagi masyarakat Indonesia, mengingat begitu banyak manfaat yang telah dirasakan oleh masyarakat dalam membantu perekonomian, telah teruji dan terbukti. Pada tahun 1957, Letnan David Steeves berjalan keluar dari Pegunungan Sierra di Nevada, Kalifornia, setelah 54 hari pesawat jet pelatih Air Force-nya menghilang. Ia menceritakan kisah yang tak masuk akal tentang bagaimana ia bertahan hidup di belantara bersalju setelah terjun dengan parasut dari pesawatnya yang mati mesin. Sebelum ia menunjukkan bahwa dirinya masih hidup, sebenarnya secara resmi ia dinyatakan telah mati. Saat penyelidikan selanjutnya gagal menemukan bangkai pesawat, Steeves dianggap berbohong dan ia dipaksa mengundurkan diri karena ceritanya diragukan. Lebih dari 20 tahun kemudian, kisahnya terbukti dengan ditemukannya bangkai pesawat oleh sebuah regu Pramuka. Kisah bertahan hidup lain yang terjadi berabad-abad lalu juga masih kontroversial sampai saat ini. Seorang lelaki bernama Yesus Kristus yang berjalan keluar dari padang gurun Yudea membuat banyak pernyataan yang sulit dipercaya. Lalu Dia dihukum mati dan dinyatakan mati. Namun, tiga hari kemudian Dia muncul dan menunjukkan bahwa diri-Nya hidup. Sejak itu muncul berbagai pandangan skeptis. Namun, renungkanlah kenyataan tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Integritas-Nya tidak diragukan lagi. Para nabi telah menubuatkan kedatangan-Nya. Mukjizat menjadi bukti keilahian-Nya. Para saksi mata membenarkan kebangkitan-Nya. Dan kini, kepada semua orang yang mencari kebenaran, Roh Kudus menegaskan bahwa Yesus Kristus hidup. Di akhir zaman ini, Dia adalah Hakim Yang Adil yang akan datang kembali. Sejarah telah teruji dan terbukti, tak perlu ragu bahwa kita, Anda dan saya pun boleh percaya. Ya, kita, Anda dan saya pun bisa dan boleh percaya! Mari kita tidak menundanya, menunda sama dengan tidak melakukan apa-apa, sia-sia. Hikmat hari ini: Kebangkitan Yesus Kristus adalah fakta sejarah yang perlu ditanggapi dengan iman. Selamat hari Minggu. Selamat beribadah baik online maupun offline, berjumpa Sang Juruselamat hari ini. Tetap jalani protokol kesehatan di era New Normal dengan setia dan tulus hati. Jesus Christ bless you (sp).

SYARAT MENJADI MURID TUHAN YESUS

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kaba? Semoga semakin sehat dan semakin segar. Salah satu aktivitas yang menyehatkan di usia lanjut adalah bercocok tanam. Saya dan istri senang bercocok tanam kecil-kecilan. Menanam biji-biji buah yang sering kami makan. Ada yang tumbuh dengan baik dan ada yang tidak. Nah, kalau kita menanam pohon buah-buahan, tentu kita sangat senang ketika pohon yang kita tanam itu berbuah, apalagi kalau berbuah lebat. Saudara, hampir setiap orang yang bercocok tanam tentunya berharap bahwa  benih yang ditanamnya itu bukan sekadar tumbuh dan berdaun lebat, melainkan dapat menghasilkan buah,  “Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. …”  (Lukas 6:44a).  Inilah kerinduan Tuhan bagi orang percaya yaitu kehidupan yang berbuah.  Apabila kita berbuah banyak, maka Bapa dipermuliakan di dalam hidup kita, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”  (Yohanes 15:8) Bagaimana caranya supaya kita bisa berbuah?  “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.”  (Yohanes 15:4).  Untuk menegaskan hal ini, kata tinggal  ditulis sampai sepuluh kali dalam sepuluh ayat pertama dari Yohanes pasal 15.  Tinggal di dalam Tuhan berarti taat melakukan firman-Nya.  Ketaatan kita melakukan firman Tuhan itu adalah buah-buah Roh.  Inilah yang dinilai dunia!  Orang percaya yang berbuah adalah yang hidupnya jadi kesaksian yang baik bagi orang-orang di luar Tuhan.  Kepada jemaat di Filipi, rasul Paulus berpesan  “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,“ (Filipi 2:15).  Inilah tugas yang harus kita emban sebagai orang percaya , yaitu memiliki kehidupan yang bercahaya di tengah dunia yang penuh kegelapan ini.Selain itu, untuk dapat bertumbuh dan berbuah, akar pohon juga harus merambat masuk ke dalam tanah, dan semakin dalam akar itu menembus tanah semakin memungkinkan untuk mencapai sumber air dan mendapatkan sari-sari makanan yang dibutuhkan. Begitu pula kerinduan rohani kita, untuk dapat bertumbuh dan berbuah, kita perlu berakar kuat secara mendalam di dalam firman Tuhan. Hal mendasar yang harus dilakukan untuk dapat berakar kuat di dalam firman Tuhan adalah miliki  hati yang  merespons dengan benar terhadap firman Tuhan,  “…terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, …”  (Yakobus 1:21).  Hati kita ini ibarat tanah yang siap ditaburi benih firman, karena itu kondisi hati kita sangat menentukan apakah benih firman itu dapat bertumbuh dengan baik atau tidak.  Hati yang lemah lembut adalah gambaran tanah yang gembur, mau dibentuk, dan selalu terbuka terhadap teguran:  “Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak.”  (Amsal 15:31). Ingatlah! Jerih lelah kita untuk melayani Tuhan dan sesama, apa pun bentuknya, tidak akan pernah sia-sia!“…Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang.”  (Ibrani 6:10). GBU & Fam. (pg)

Nobody’s Perfect

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Semoga kita bisa mensyukuri  keberadaan diri kita masing-masing. Semoga kita bisa berdamai dengan diri sendiri. Kita bisa menerima diri kita apa adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Kita juga bisa menerima dan memaklumi satu saat kita pasti berbuat salah. Pengalaman hidup saya bercerita walaupun saya sudah berusaha melangkah, bertutur, dan menulis dengan hati-hati, saya masih sering berbuat salah, apa lagi setelah usia saya di atas 60 tahun. Saya jadi teringat dengan pepatah lama, “Tak ada gading yang tak retak.” Tidak ada seorang pun yang luput atau kebal terhadap kesalahan. Rasul Paulus mengingatkan.”Tidak ada yang benar, seorangpun tidak” (Roma 3:10). Tidak ada seorang pun yang sempurna. Nobody’s perfect!  Sehebat bagaimana pun seseorang, pastilah pernah melakukan kesalahan.  Yang membedakan adalah  tidak semua orang mau mengakui kesalahan.  Mari jujur bahwa mengakui kesalahan bukanlah hal yang mudah dilakukan dan memerlukan keterbukaan serta kerendahan hati.  Karena gengsi, takut ditolak atau dianggap rendah, seringkali orang tidak berani mengakui kesalahannya, malah berusaha menutupinya.  Yang berjiwa besar pasti mau mengakui kesalahannya walaupun dibutuhkan suatu keberanian!Pagi ini saya mengajak Saudara untuk membaca satu cerita yang mungkin sudah sering kita baca dan kita dengar sejak kita masih berada di Sekolah Minggu, “Perumpamaan tentang anak yang hilang.” (Lukas 15:11-32). Ada seorang anak yang melakukan kesalahan besar dalam hidupnya:  meminta harta warisan dari ayahnya ketika ayahnya masih hidup, lalu menghamburkannya dengan hidup berfoya-foya sampai akhirnya melarat dan terlunta-lunta, bahkan  “…ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya.”  (Lukas 15:16).  Karena menderita si anak segera menyadari kesalahannya dan merasakan penyesalannya. Kesadaran merupakan langkah positif menuju kesembuhan!  Banyak orang pulang ke rumah setelah teringat bahwa kasih bapanya lebih besar dari pada segala kesalahannya, “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, …” (Lukas 15:18) Prinsip ini sangat penting:  kasih Tuhan selalu lebih besar dari segala kesalahan kita.  Namun ini bukanlah alasan melakukan dosa, melainkan pengharapan bahwa Tuhan tidak pernah menolak siapa pun yang datang kepada-Nya, betapa pun besar kesalahannya.  Ia tidak pernah memutuskan hubungan dengan kita, justru kitalah yang seringkali menolak dan meninggalkan-Nya.  Maka segeralah si bungsu bangkit dan pergi kepada bapanya dengan penuh pengharapan, “Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. …” (Lukas 15:20a) Ingatlah! Bila kita tidak segera menyadari kesalahan dan bangkit, pemulihan takkan pernah terjadi dalam hidup kita. Tuhan mengampuni setiap dosa dan pelanggaran yang kita akui dan Dia sanggup memulihkan keadaan kita, “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (Yesaya 1:18). GBU & Fam. (pg)

Sejarah adalah Bukti

Bacaan Alkitab: Ketika aku melihat DIA, tersungkurlah aku di depan kaki-NYA sama seperti orang yang mati; tetapi IA meletakkan tangan kanan-NYA di atasku, lalu berkata: “Jangan takut! AKU adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. AKU telah mati, namun lihatlah, AKU hidup, sampai selama-lamanya  dan AKU memegang segala kunci maut dan kerajaan maut” (Wahyu 1:17,18) Hari ini, 11 Juli 1405 yang lalu, Penjelajah asal Tiongkok, Cheng Ho, memulai pelayaran pertamanya ke daerah-daerah di Samudra Hindia atas perintah Kaisar Yongle. Dari pelayaran pertamanya itu, Cheng Ho sempat singgah di Pulau Jawa pada 1415. Saat mengarungi Laut Jawa, salah seorang awak kapal, Wang Jinghong, sakit keras dan harus diturunkan di kawasan yang kini dikenal dengan Simongan, Kota Semarang, dan menetap di sana. Salah satu bukti peninggalannya adalah Kelenteng Sam Po Kong. Sejarah adalah bukti. Para pengikut Kristus mula-mula menegaskan dengan penuh semangat dan segenap hati bahwa Yesus Kristus dari Nazaret adalah Juruselamat yang hidup, bukan guru atau filsuf yang mati karena membela ajaran-Nya. Mereka memegang kebenaran ini sedemikian kuat hingga rela menderita siksaan dan rela mati daripada meninggalkan keyakinan itu. Kabar yang mengejutkan ini semakin menguatkan pelayanan mereka sehingga kesaksian mereka menggemparkan seluruh dunia (Kisah Para Rasul 17:6). Hal itu masih berlaku sampai hari ini: Roh Kudus menghargai kesaksian mereka yang menyatakan bahwa Yesus Kristus sudah bangkit. Kesaksian mereka yang utama bukanlah tentang hukum moral, ritual keagamaan, atau pengakuan iman secara teologis saja, melainkan tentang BAPA Surgawi yang menjelma menjadi manusia, satu-satunya yang dapat menyelamatkan. Pada zaman ini, ketika kemurnian iman telah mati dan banyak terjadi kemurtadan rohani, kita seharusnya melihat hanya kepada DIA yang hidup untuk selamanya (Wahyu 1:18). Sejarah adalah bukti. Ada seorang profesor yang sombong berkata kepada seorang anak kecil yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, “Gadis kecilku, kamu tidak tahu kepada siapa kamu percaya. Ada banyak kristus di dunia ini. Kristus mana yang kamu percayai?” “Saya tahu siapa yang saya percayai,” sahut anak itu. “Saya percaya kepada Kristus yang bangkit dari antara orang mati!” Yesus hidup (Lukas 24:1-12). Hidup kekal, kita, Anda dan saya bergantung pada kenyataan ini. Hikmat hari ini: Kebangkitan Kristus meneguhkan jaminan salib di Bukit Kalvari. Selamat berakhir pecan. Keselamatan kita nanti tergantung pada pengakuan kita akan Tuhan Yesus Kristus hari ini. Selamat menjalani protokol kesehatan di era New Normal. Jesus Christ bless you (sp).

Bangkit Sebagai Yang Sulung

Bacaan Alkitab: ”Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.” (1 Korintus 15:20) Konrad Adenauer, mantan kanselir Jerman Barat, berkata, “Jika Yesus Kristus hidup, maka dunia memiliki harapan. Jika tidak, saya tidak dapat melihat seberkas pun sinar harapan bagi dunia.” Kemudian ia menambahkan, “Saya percaya kebangkitan Kristus merupakan salah satu fakta sejarah yang paling sahih.” Kebangkitan Kristus dan kebangkitan kita adalah satu. Demikianlah pemikiran Paulus dalam 1 Korintus 15. Dan jika Kristus tidak bangkit dari kubur, apa yang tersisa? Pengajaran yang kosong (1 Korintus 15:14), kesaksian palsu (1 Korintus 15:15), iman yang sia-sia (1 Korintus 15:17), dosa yang tidak terampuni (1 Korintus 15:17), tidak adanya kehidupan setelah kematian (1 Korintus 15:18), dan tidak adanya harapan (1 Korintus 15:19). Namun, Kristus benar-benar bangkit dari kubur. Paulus menegaskan bukti kebangkitan-NYA dalam ayat 1-11. Ia menyebutkan daftar para saksi terpercaya yang menyaksikan kebangkitan Tuhan: Petrus (ayat 5), 500 orang (ayat 6), semua murid (ayat 7), dan Paulus sendiri (ayat 8). Ketika filsuf Yunani Sokrates terbaring sekarat, teman-temannya bertanya, “Akankah kita hidup lagi?” Ia hanya bisa menjawab, “Saya harap demikian.” Sebaliknya, malam sebelum penulis dan penjelajah Sir Walter Raleigh dipenggal kepalanya, ia menulis dalam Alkitabnya, “Dari bumi ini, kubur ini, debu ini, TUHANku akan membangkitkan aku.” Jika kita memercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita tidak akan mengatakan, “Saya harap demikian” mengenai kebangkitan kita. Kebangkitan Kristus memberikan harapan yang pasti kepada kita, bukan semoga, bukan mudah-mudahan. Hikmat hari ini: Kebangkitan Kristus adalah jaminan bagi kebangkitan kita sendiri. Selamat memasuki hari baru hari ini, ”Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (1Korintus 11:1). Tetap jalani protokol kesehatan di era New Normal dengan setia dan tulus hati. Jesus Christ bless you (sp).

KERINDUAN KEPADA ALLAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Di kala fajar menyingsing, lihatlah ke arah Timur,  sang mentari menyapa kita penuh persahabatan sebagai pertanda hari baru telah datang. Sudahkah kita mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat, kasih, pemeliharaan dan perlindungan-Nya yang sempurna?  Pagi merupakan awal hari dan jika kita mengawali hari dengan benar, dengan mencari wajah Tuhan dan bersekutu dengan-Nya, sebelum memulai segala sesuatunya, kita akan mengalami sukacita, pertolongan, mukjizat dan kekuatan dari Tuhan sepanjang hari.  Pagi hari bisa diibaratkan sebuah fondasi bangunan;  jika kita memulai dengan fondasi yang benar maka bangunan itu akan tetap tegak berdiri dengan kokoh, meskipun ada hujan badai. Hari ini saya mengajak Saudara untuk belajar dari Mazmur 63:1-12. LAI memberi judul perikop tersebut: “Kerinduan kepada Allah.” Sesunggguhnya Mazmur 63  merupakan ungkapan kerinduan Daud kepada Tuhan ketika ia berada di padang gurun Yehuda.  Apa yang dikatakan Daud ini merupakan ungkapan yang benar-benar keluar dari lubuk hatinya yang terdalam.  Mengapa Daud sampai harus pergi ke padang gurun kalau hanya untuk mengungkapkan kerinduannya kepada Tuhan?  Bukankah ia seorang raja?  Tidak cukupkah ia mengungkapkan isi hatinya itu di istananya yang megah, tanpa harus bersusah payah pergi ke padang gurun?  Bagi Daud, kerinduannya kepada Tuhan tak ternilai harganya, tidak bisa diukur dengan materi atau kemewahan yang ia miliki.  Ia pergi ke padang gurun untuk mengingat-ingat bagaimana Allah menyertai dan memberkati nenek moyangnya saat perjalanan menuju ke tanah perjanjian.  “Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala.”  (Mazmur 77:12).  Daud belajar untuk menjadi orang yang tidak sombong walau ia memiliki kedudukan tertinggi di Israel;  ia sadar bahwa semua itu karena Tuhan. Bagaimana dengan kita, seberapa besar kerinduan hati kita kepada Tuhan?  Kerinduan Daud kepada Tuhan tidak hanya digambarkan seperti tanah yang tandus dan kering, tetapi dilukiskan pula seperti rusa yang merindukan aliran sungai (Mazmur 42:2).  Seekor rusa pasti tidak dapat menahan diri apabila ia sudah haus akan air.  Bahkan rusa-rusa itu tidak peduli terhadap bahaya yang mengancam (mungkin ada binatang buas yang hendak memangsanya) apabila ia sudah ingin menikmati kesejukan air sungai.  Begitu pula kerinduan hati Daud kepada Tuhan, tidak ada seorang pun yang dapat menahan atau menghalangi dia untuk bertemu dengan Tuhan.  Hal ini bukan karena kedudukan dia sebagai raja yang berkuasa, sehingga tak seorang pun bisa menghentikan niatnya, tetapi itu karena kekuatan cintanya yang luar biasa kepada Tuhan.  Marilah kita pun memiliki hati yang rindu, haus dan lapar kepada Tuhan.  Selagi ada kesempatan mari kita kejar hadirat Tuhan!  Yesaya berpesan, “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui;  berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” (Yesaya 55:6). Coba bertanya kepada diri kita masing-masing,  seberapa besar kerinduanku kepada Tuhan? Berikut ungkapan kerinduan Daud kepada Tuhan, “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.”(Mazmur 63:2). GBU & Fam. (pg).