Segala Sesuatu INDAH pada WAKTUNYA

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menikmati hidup. Hidup itu kesempatan karena itu selama kita masih hidup, pergunakanlah untuk melayani Tuhan dan sesama. Sahabat, orang percaya sama dengan orang tidak percaya. Keduanya tidak dapat mengendalikan apa yang akan mereka alami dalam hidup. Semua orang mengalami banyak hal yang menyukakan hati, tetapi juga banyak hal yang mendukakan hati. Segala sesuatu ada waktunya. Bagi saya ada waktu untuk menulis renungan setiap hari dan kemudian membagikannya setiap pagi. Tapi juga ada waktu untuk berhenti menulis renungan, Tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini. Semua ada waktu untuk memulai dan ada waktu untuk mengakhiri. Sahabat, dalam  renungan saya yang terakhir pada hari ini, mari kita merenungkan Pengkhotbah 3:1-15. Sehebat bagaimana pun,  manusia tidak dapat melawan atau menahan lajunya waktu. Apa pun yang terjadi, waktu akan terus berjalan tanpa mempedulikan sikap kita terhadapnya. Semua yang ada di dunia ini dan lamanya kita berada di dunia ini juga dibatasi oleh waktu. Jadi, Untuk segala sesuatu ada masanya (ayat 1). Sesungguhnya selama kita masih hidup di dunia, kita akan terus berpacu dengan waktu. Sangat menarik, bacaan renungan kita pada hari ini merupakan ungkapan yang berpasangan, “Ada waktu untuk…, ada waktu untuk…”, pengkhotbah menyatakan bahwa hidup adalah campuran antara kegembiraan dan kesedihan. Hal tersebut menekankan pada ketidakmampuan manusia mengendalikan berbagai peristiwa yang terjadi. Karena itu pengkhotbah bertanya, “Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?” (ayat 9). Namun, pengkhotbah juga menyadari bahwa tidak mungkin manusia tidak berjerih payah, karena Allah sudah menetapkan pekerjaan yang harus dilakukan manusia dengan bersusah payah (ayat 10) Sahabat, supaya kita tidak putus asa, pengkhotbah menegaskan bahwa Allah akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya (ayat 11). Jika kita perhatikan ungkapan berpasangan yang diberikan, ini dimulai dengan “ada waktu untuk lahir” (ayat 2) dan diakhiri dengan “ada waktu untuk damai” (ayat 8). Pengkhotbah menyatakan bahwa bagi orang percaya, walau harus melewati berbagai hal yang menyenangkan dan menyakitkan, kita dilahirkan untuk berakhir dengan damai bersama Allah. Sesungguhnya itulah arti segala sesuatu indah pada waktunya. Sahabat, meskipun kita juga mengalami pasang surut seperti orang yang tidak percaya, tetapi ada perbedaannya. Pada akhirnya, kita berdamai dengan Tuhan. Hebatnya, damai tersebut tidak dapat diubahkan oleh peristiwa apa pun dalam hidup kita. Karena itu, segala sesuatu menjadi indah pada waktunya. Ingatlah! Sahabat, dengan mengetahui bahwa pada akhirnya kita akan hidup kekal di dalam damai sejahtera bersama Tuhan, kiranya kita mampu menikmati kehidupan ini dan menjalaninya dengan lebih tenang. Waktu kita sangat berharga. Kita perlu memohon kepada Allah agar dimampukan untuk melihat indahnya hidup bersama-Nya. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

Mempercakapkan PERBUATAN ALLAH yang DAHSYAT

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh sukacita. Hati kita meluap dengan syukur dan sukacita ketika kita mengingat segala perbuatan Tuhan yang dahsyat dalam kehidupan kita. Sahabat, dalam kehidupan sehari-hari kita sering bertemu dan berhadapan dengan orang-orang yang memiliki sifat, karakter dan kebiasaan yang berbeda-beda.  Ada golongan orang yang setiap kali bertemu dengan sesama selalu mempercakapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan dirinya sendiri, menonjolkan diri sendiri, terlebih-lebih bagi mereka yang punya nilai plus, keunggulan atau prestasi yang bisa dibanggakan.  Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dengan sengaja menambahi dengan bumbu-bumbu yang sedap supaya orang yang mendengar semakin terkesima dan berdecak kagum dengan apa yang disampaikan. Pemazmur memberi nasihat agar kita senantiasa memfungsikan mulut kita untuk memuji dan memuliakan Tuhan, serta mempercakapkan perbuatan-Nya yang ajaib, “Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!”  (Mazmur 105:2). Sahabat, Jika langit dan cakrawala dapat menceritakan perbuatan Tuhan yang dahsyat  (Mazmur 19:2), maka kita sebagai  umat-Nya juga diminta untuk melakukan hal sama. Maka pada hari ini kita akan menggali pengalaman Pemazmur yang terdapat di kitab Mazmur 66:1-20. Dalam Mazmur 66, ada dua dasar pujian yang dinaikkan kepada Allah: Pertama, bangsa Israel memuji Allah karena Ia telah memimpin mereka keluar dari tanah Mesir (ayat 1-12). Pemazmur memberi dorongan, “Pergilah, pandanglah pekerjaan Tuhan” (ayat 5). Ini mengingatkan mereka akan peristiwa besar yang Allah lakukan pada waktu bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Ia membelah Laut Teberau menjadi tanah yang kering. Allah memerintah dengan perkasa (ayat 6-7). Sahabat, Allah telah memimpin umat Israel sedemikian rupa dalam penyertaan-Nya siang dan malam. Namun, di padang gurun umat Israel memberontak kepada Allah sehingga mereka dibuang ke Babel dan mengalami kesukaran. Mereka mengalami pengujian, ibarat seseorang memurnikan emas dan perak. Yang lulus ujian akan dibebaskan dari pembuangan. Mereka akan memperoleh tanah perjanjian (ayat 8-12). Sesungguhnya penyelamatan Israel merupakan bukti nyata agar bangsa-bangsa mengenal Tuhan dan memuji Dia. Sekalipun, umat itu tersebar ke seluruh bumi, hidupnya dipertahankan dan kakinya tidak goyah. Mereka tidak jatuh dan kehilangan identitas sebagai umat pilihan Allah karena Allah yang dahsyat menyertai mereka. Kedua, pujian syukur kepada Allah atas keluputan dan keselamatan yang dianugerahkan (ayat 13-20). Dalam kesulitan (ayat 14), Allah telah menolong dan menyelamatkan umat-Nya. Pemazmur berjanji akan memenuhi nazarnya, memuji-Nya dan memasyurkan perbuatan-Nya yang dahsyat (ayat 13-20). Ia akan masuk ke rumah Allah dan mempersembahkan kurban bakaran. Ingatlah! Sahabat, kita patut bersyukur mempunyai Allah yang dahsyat dalam hidup ini. Ucapan syukur itu sangat sakral dan bukan ucapan kosong tanpa dasar. Terlalu banyak hal dahsyat yang Allah telah lakukan. Hal itu membuat kita patut bersyukur dan mempercakapkan perbuatan-perbuatan-Nya yang dahsyat.  Maukah Sahabat dan saya melakukannya? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

BERDOA Sampai TUHAN MENJAWAB Pergumulan Kita

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena Tuhan telah memampukan kita untuk menjaga kehidupan doa kita. Sahabat, ternyata berdoa bukan semata-mata aktivitas fisik atau badani, melainkan suatu perbuatan rohani.  Bukan suatu tindakan yang digerakkan oleh tubuh kita, melainkan suatu gerakan yang dilakukan dan didasari oleh roh kita.  Sebenarnya tubuh kita hanyalah membantu  melaksanakan perbuatan roh kita;  jadi yang berdoa adalah roh kita (Roma 8:26)  Berdoa juga bukan hanya sebatas meminta atau memberi laporan terperinci tentang kebutuhan kita kepada Tuhan.  Tapi berdoa adalah sarana mempererat hubungan kita dengan Tuhan yang didalamnya terkandung pujian, penyembahan dan ucapan syukur.  Seorang rekan yang menjadi Guru Agama Kristen (GAK) di SD dan mendapat subsidi bantuan dari Departemen PBS Christopherus bercerita bahwa dia setiap hari pada sekitar jam 15.00 berdoa khusus untuk pergumulannya saat ini. Dia bergumul apakah akan melanjutkan sebagai GAK atau menjadi Gembala Jemaat di gerejanya. Dulu suaminya yang menjadi Gembala Jemaat, tapi beberapa bulan yang lalu suaminya dipanggil Tuhan, maka dia menggumuli hal tersebut. Dia berkomitmen untuk terus tekun berdoa sampai Tuhan secara jelas menjawab pergumulannya. Betapa pentingnya kita punya komitmen berdoa sampai sesuatu terjadi. Maka pada hari ini kita akan merenungkan pergumulan Daud yang terdapat di Mazmur 28:1-9. Sahabat, Mazmur 28  terdiri atas tiga bagian. Pertama,  seruan minta tolong (ayat 1-2), kedua, permohonan agar jangan dibinasakan bersama orang fasik (ayat 3-5), dan ketiga, ucapan syukur, pengakuan percaya, dan doa syafaat (ayat 6-9). Melalui Mazmur 28 kita dapat melihat pengalaman yang dialami oleh Daud ketika ia merasa ditinggalkan Allah. Sesaat ia merasa bahwa Allah tidak mendengar seruan doanya. Ia tidak tahu mengapa Allah diam. Daud merasa tidak ada lagi harapan. Daud berpikir bahwa TUHAN hendak menghukumnya seperti orang fasik. Namun, ia merasa tidak melakukan kesalahan apa pun (ayat 3-4). Dalam pengalaman doanya yang panjang, fajar harapan pun tiba. TUHAN menjawabnya. Karena itu ia bersyukur dan memuji TUHAN. Sebab TUHAN adalah perisai dan gunung batu tempat perlindungan yang aman dan dapat diandalkan. Sahabat, melalui Mazmur 28,  Daud  mengingatkan kita untuk tidak berhenti berdoa. Terkadang Allah memang terlihat begitu jauh sehingga doa kita pun sepertinya tidak pernah sampai ke telinga-Nya. Kalaupun Allah mendengar, mungkin Ia tidak mau menjawabnya. Pikiran kita mulai membentuk asumsi negatif. Misalnya, “Apakah aku dihukum oleh Tuhan atau apakah Tuhan itu memang ada?” Ingatlah! Sahabat,  dari Mazmur 28 kita tahu satu hal, yaitu Allah mendengar dan menjawab doa orang-orang yang berseru kepada-Nya, dari orang-orang yang berkeluh-kesah, dan dari orang-orang yang menggantungkan harapannya hanya kepada Allah. Maukah Sahabat dan saya  untuk tidak berhenti berdoa dan berharap hanya kepada Tuhan saja? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg).

Memiliki HATI yang KAYA

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena di tengah-tengah situasi yang serba sulit, kita dimampukan oleh Tuhan tetap dapat berbagi. Sahabat, ketika kita sedang menghadapi situasi yang sulit dan berkepanjangan, kita menjadi disibukan untuk mengatasi persoalan dan kesulitan yang sedang kita hadapi, sampai kita lupa dan tidak peduli bahwa di luar sana masih ada cukup  banyak orang yang lebih menderita dan membutuhkan pertolongan. Sesungguhnya sikap mengasihani diri sendri yang berlebihan, melumpuhkan rasa belas kasih kepada sesama. Sahabat, mari kita belajar dari Rasul Paulus, bagaimana caranya dia mendekati jemaat di Korintus agar berkenan membantu jemaat yang ada di Yerusalem melalui contoh jemaat di Makedonia yang sudah membantu jemaat di Yerusalem. Untuk itu hari ini kita akan merenungkan surat 2 Korintus 8:1-15. Berbagi adalah kata yang mudah untuk diucapkan, tetapi sulit untuk dilakukan. Dalam bacaan kita hari ini, Rasul Paulus menasihati jemaat Korintus untuk menandingi kemurahan hati jemaat Makedonia dalam menolong jemaat di Yerusalem yang menderita dan miskin (ayat 2). Jemaat Makedonia sendiri juga menderita, namun kasih Allah yang ada dalam hati mereka, membuat mereka tetap bersukacita dan peduli pada orang lain. Mereka tidak terjebak dalam sikap mengasihani diri sendiri. Mereka tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, tetapi memilih berbelas kasih dan menolong orang lain yang membutuhkan. Bahkan mereka memberi melampaui kemampuan, bukan karena mereka kaya, melainkan karena berlimpah dalam kasih (ayat 3). Sahabat, Paulus mendorong supaya jemaat di Korintus mau mendukung pelayanan jemaat di Yerusalem. Paulus terlebih dahulu memberikan contoh kondisi jemaat Makedonia, yang hidup menderita dan sangat miskin dalam harta, tetapi dalam hal kasih mereka sangat kaya. Mereka dapat memberikan bantuan yang melebihi kemampuan mereka (ayat 1-5). Kemudian Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa mereka adalah jemaat yang kaya dalam segala sesuatu maka seharusnya juga kaya dalam hal berbagi kasih (ayat 7). Sebenarnya jemaat Korintus sudah berkomitmen untuk membantu jemaat di Yerusalem, tetapi mereka lalai (ayat 10-11). Mengapa Paulus meminta mereka melakukan pelayanan kasih tersebut? Pertama, harta milik kita adalah karunia Tuhan. Jika kita mampu memberi, itu adalah anugerah karena belum tentu semua orang bisa memberi (ayat 1-5). Kedua, memberi harus belajar dari apa yang Tuhan telah lakukan, yaitu Kristus yang kaya menjadi miskin agar kita yang miskin menjadi kaya (ayat 9). Ketiga, memberi harus atas dorongan kasih, bukan karena perintah atau paksaan (ayat 11-12). Keempat, pemberian kita dimaksudkan supaya ada keseimbangan yaitu tidak berlebihan dan tidak kekurangan serta diantara sesama jemaat ada kerinduan untuk saling melengkapi (ayat 13-15). Sahabat, dari jemaat Makedonia, kita bisa belajar bahwa memberi bukan semata-mata karena kita kasihan kepada orang lain. Memberi juga bukan karena kita sudah merasa berlebihan, melainkan karena mengikuti teladan Kristus di dunia ini agar terjadi keseimbangan. Ingatlah! Sahabat, semangat berbagi dalam komunitas orang percaya adalah supaya ada keseimbangan hidup di antara para anggotanya. Kita tidak harus kaya dan berlebih untuk berbagi. Meskipun kita tidak berlebih, tapi kita bisa memiliki hati yang kaya; kaya dengan kemurahan, pengampunan, kebajikan, perhatian, bahkan kaya dengan sukacita dan semangat. Maukah Sahabat dan saya memiliki hati yang kaya? (pg).

MENGINGAT KEBAIKAN TUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh semangat. Hati kita meluap dengan syukur ketika kita mengingat segala kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Sahabat,  saat ini Pandemi Covid-19 gelombang kedua yang sangat dahsyat sedang menerjang Indonesia, maka kita menjadi takut dan gentar.   Tanpa sadar, kita hanya memperhatikan kesulitan dan penderitaan yang ada, sehingga lupa kepada kebaikan Tuhan. Kita terus mengeluh terhadap situasi yang serba sulit, hanya fokus pada itu dan lupa mengarahkan pandangan kepada Tuhan, melupakan segala kebaikan dan penyertaan-Nya yang sebenarnya masih bisa kita rasakan dan nikmati. Sesungguhnya itulah yang disadari oleh Daud, raja Israel,  yang sama seperti kita, manusia biasa juga. Daud meski terus menerus berada dalam situasi sulit, dia  tidak melupakan kebaikan Tuhan yang pernah ada dalam hidupnya, bahkan masih merasakannya meski sedang berada dalam situasi sulit. Itulah yang tergambar dalam Mazmur 34:1-23 yang menjadi perenungan kita pada hari ini. Daud  menulis Mazmur 34  bukan ketika ia sedang dalam keadaan baik. Tapi lihatlah apa yang ia katakan, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!” (ayat 9). Kecap dan lihat. Itu melibatkan dua panca indera yang bisa merasakan sesuatu secara nyata, bukan hanya sebatas wacana atau impian saja.  Sepanjang Mazmur 34 kita bisa melihat bagaimana mata Daud memandang kepada kebaikan Tuhan. Sahabat, kebaikan Allah dapat benar-benar dipahami melalui pengalaman di tengah penderitaan, setidaknya itulah yang dipahami oleh Daud. Dalam Mazmur 34. Mazmur tersebut ditulis ketika Daud berpura-pura gila di depan Abimelekh (ayat 1). Dalam 1 Samuel 21:10-15, dijelaskan bahwa Saul berusaha membunuhnya sehingga Daud harus melarikan diri ke Gat. Namun kehadirannya di Gat pun diketahui oleh Raja Gat, yaitu Akhis (nama sesungguhnya) atau Abimelekh (jabatannya, yang artinya ayah dari raja). Lengkap sudah kesulitan yang dihadapi Daud: lari dari Saul yang berusaha membunuhnya, berpisah dari Yonatan, sahabat karibnya, dan berjumpa dengan Akhis yang membencinya karena dia telah membunuh Goliat. Karena itu tidak heran jika Daud merasa gentar (ayat 5), malu (ayat 6), tertindas dan sesak (ayat 7). Ia merasa terjepit, dan tidak ada seorangpun yang dapat diandalkan, selain Tuhan Allahnya. Karena itu, Daud berseru kepada Tuhan (ayat 7). Sahabat, perhatikanlah bagaimana Daud mengalami kebaikan Tuhan dalam penderitaannya: “Aku mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku dan melepaskan aku dari segala kegentaranku” (ayat 5); “… berseru, dan Tuhan mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.” (ayat 7); “Malaikat Tuhan berkemah…, lalu meluputkan mereka” (ayat 8). Daud mengalami kasih Tuhan lebih mendalam justru di tengah penderitaannya. Ia merasakan Tuhan dekat dengan orang yang patah hati dan yang menyelamatkan orang yang remuk jiwanya (ayat 19). Karena itu, bukannya mengecam Tuhan atas kesusahan hidupnya, Daud justru memuji Tuhan (ayat 2-3), dan mengajak segenap umat membesarkan nama-Nya (ayat 4). Setelah mengalami kebaikan Tuhan, hati Daud tidak hanya dipenuhi oleh syukur dan pujian kepada Allah, tetapi juga diresponinya dengan takut akan Tuhan (ayat 10 dan 12), yang menunjuk pada ketaatan pada Allahnya. Ingatlah! Sahabat, Daud merespons penderitaan dengan pujian, dan merespons kebaikan Tuhan dengan ketaatan. Biarlah hal tersebut menjadi prinsip rohani bagi kita, dalam keadaan apapun, agar kita tetap dekat dan mengalami kasih-Nya senantiasa. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

DOA MINTA KESEMBUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat. Syukur kepada Tuhan kalau kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menikmati hidup di dunia sampai saat ini. Itu merupakan anugerah yang besar. Sahabat, saat ini ada cukup banyak kerabat, sahabat, teman sepelayanan, yang terinfeksi atau terpapar Covid-19. Ada cukup banyak anggota keluarga besar Christopherus yang terpapar Covid-19. Demikian Juga ada beberapa orang anggota Persekutuan Muria Wredatama (PMW) yang terpapar Covid-19. Selain itu ada juga yang sedang sakit, baik karena usia lanjut maupun yang menderita sakit tertentu, bahkan ada yang terpeleset. Mari kita terus mendoakan mereka supaya Tuhan memberikan kekuatan dan kesembuhan. Sesungguhnya tidak ada seorang pun di dunia ini yang kebal terhadap penyakit. Kita semua pernah mengalaminya. Sejak bayi hingga menjadi tua, tidak terhitung banyaknya penyakit yang pernah kita alami, dari penyakit ringan, seperti flu sampai penyakit berat dan kronis, seperti kanker. Cara dan sikap orang-orang pun berbeda dalam menghadapi penyakit. Ada yang menganggapnya biasa; ada yang berjuang untuk sembuh; tetapi ada juga yang pasrah. Sahabat, di hadapan umat pilihan Tuhan  (bangsa Israel), Tuhan sendiri menyatakan diri-Nya sebagai Jehova Rapha, Tuhan yang menyembuhkan,  “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah- Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku TUHANlah yang menyembuhkan engkau.”  (Keluaran 15:26). Mengingat cukup banyak teman-teman kita yang sedang sakit saat ini, maka hari ini bersama dengan Daud, saya ajak Sahabat untuk berdoa  minta kesembuhan, sebagaimana yang tercantum di kitab Mazmur 41:1-14. Dalam Mazmur 41, Daud juga sedang sakit. Entah penyakitnya apa, namun tampaknya bukanlah penyakit ringan. Parahnya, ada orang-orang justru menginginkan kematiannya dari penyakit itu (ayat 6). Para pembencinya menyusun rencana jahat terhadapnya (ayat 8), bahkan sahabat karibnya menghina dan melawannya (ayat 10). Daud merasakan dan mengakui bahwa penyakitnya begitu berat (jahanam) (ayat 9). Sahabat, bagaimana sikap Daud dan caranya menghadapi sakit penyakitnya? Ia tidak mengingkari bahwa dirinya sedang sakit dan butuh pertolongan. Namun mula-mula, ia menyerukan dirinya untuk berbahagia (ayat 2). Karena, ia percaya Tuhan pasti akan melindungi, memelihara nyawanya (ayat 3), dan menyembuhkan penyakitnya (ayat 4). Lalu dengan jujur, ia mengakui dosanya dan memohon belas kasihan Tuhan (ayat 5). Ia menutup mazmurnya dengan pujian kepada Allah (ayat 14) seolah-olah Allah telah menyembuhkannya. Ingatlah! Sahabat, adakah diantara pembaca “Karib Dengan Tuhan”  sedang menderita sakit? Berat maupun ringan, tetap saja itu sangat mengganggu aktivitas kita. Kita menjadi tidak bisa maksimal melakukan aktivitas kita. Syukur, dalam tangan  Tuhan ada kesembuhan.  Tuhan telah memberi kita akal budi sehingga dengan begitu kita berusaha untuk sembuh. Caranya bisa dengan menemui dokter, meminum obat, dan beristirahat. Tuhan juga memberi kita iman. Dengan iman itulah, kita percaya bahwa hanya dengan campur tangan Tuhan kita dapat sembuh. Dokter dan obat hanyalah alat di tangan-Nya untuk menyembuhkan kita. Tuhan menyembuhkan Sahabat-Sahabat yang sedang sakit. (pg)

TENANG dan BERDOALAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan tetap tenang. Kita butuh kesabaran yang tinggi untuk  melewati masa pandemi -19 yang berkepanjangan. Sahabat, ngeri!  Itulah  kesan pertama bila kita memerhatikan keadaan dunia saat ini, yang semakin hari semakin rawan dan semakin dipenuhi dengan goncangan karena adanya virus Corona varian Delta. Ternyata virus Corona varian Delta  lebih ganas dan lebih cepat penularannya. Selain itu bisa menembus masker kalau hanya satu lapis. Yang diserang bukan hanya orang dewasa dan kaum lansia, tapi justru yang diserang lebih banyak anak-anak, bahkan bayi.  Hal ini membuat banyak orang menjadi panik, takut, stres, frustasi, dan tidak lagi bisa tenang.  Sahabat, ketika kita merasa sedang dikepung oleh masalah atau situasi di sekitar kita semakin sulit dikendalikan, mari kita perhatikan nasihat dari Rasul Petrus, “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa” (1 Petrus 4:7) Dari nasihat Rasul Petrus tersebut, ada 3 hal yang perlu kita lakukan: Pertama, kuasailah dirimu. Sahabat, yang pertama dan utama, kita perlu menguasai diri kita terlebih dahulu. Kita tidak menjadi panik, kalang kabut, gugup, sehingga kita semakin tidak tahu apa yang harus kita perbuat. Kita harus dapat menguasai diri, sehingga kita dapat berpikir dengan jernih sehingga dengan pertolongan Tuhan kita dapat menemukan jalan keluar yang tepat. Kita perlu menguasai diri kita, supaya fokus kita tidak pada masalah yang sedang kita hadapi, tapi fokus kita dapat kita arahkan kepada Tuhan yang jauh lebih besar daripada segala permasalahan yang sedang kita hadapi. Kita harus dapat mengarahkan fokus kita kepada Tuhan yang menjadi sumber pertolongan yang sejati. Kedua, jadilah tenang. Tenang adalah kebutuhan semua orang. Tanpa ketenangan orang tidak akan mampu menjalani hidup ini dengan baik, sebaliknya ketika kita mampu untuk tenang maka kita dimampukan untuk menghadapi segala sesuatu dengan baik.  Dalam Yesaya 30:15-b dikatakan, “… dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu. …” Hal tersebut berarti bahwa ketika kita belajar untuk tenang maka ada kekuatan yang kita peroleh dari Tuhan untuk menghadapi setiap tantangan dan persoalan hidup yang terjadi saat ini. Sesungguhnya ketenangan bukanlah sebuah keadaan, tetapi sebuah keputusan, artinya walaupun situasi kelihatannya semakin sulit dan menakutkan, tetapi kita bisa membuat sebuah keputusan untuk tetap berlaku tenang.  Kita punya alasan kuat untuk tetap berlaku tenang apa pun situasinya, karena kita punya Tuhan yang tidak pernah mengecewakan, Ia selalu siap menolong tepat pada waktunya. Ketiga, berdoalah. Doa itu bukanlah perkara yang mudah, sebab sejatinya doa itu adalah bagaimana kita membangun hubungan dengan Tuhan. Karena itu jangan pernah berpikir bahwa berdoa itu hanya sebatas susunan kata-kata saja.  Oleh sebab itu dalam situasi yang sangat sulit seperti saat ini hal yang tidak kalah penting untuk selalu dibangun adalah bagaimana kita membangun hubungan yang intim dengan Tuhan setiap waktu. Ingatlah! Sahabat, orang yang tenang, dalam doanya bukan hanya menyampaikan apa yang ia mau kepada Tuhan, tetapi juga mendengar apa yang menjadi kehendak Tuhan. Sedangkan kunci untuk mengalami ketenangan adalah tinggal dekat Tuhan, karena Dialah sumber keselamatan bagi kita  (Mazmur 62:2). Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

PENDERITAAN yang Mendatangkan PENGHIBURAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena Tuhan berkenan mendampingi kita saat melewati penderitaan demi penderitaan. Sahabat, ada cukup banyak diantara kita berpikir bahwa hamba Tuhan atau setiap orang yang terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, baik itu penuh waktu atau separuh waktu, pasti akan terluput dari masalah atau kesulitan atau penderitaan, hidupnya akan lancar-lancar saja. Ternyata kenyataan hidup tidak seperti itu, bahkan yang terjadi sebaliknya. Tidak semua orang bisa menerima penderitaan dengan begitu saja. Ada yang mempertanyakan kebaikan Allah, ada juga yang mempertanyakan mengapa harus dirinya yang mengalami penderitaan itu dan bukan orang lain. Ada juga orang yang langsung menyelidiki dosa-dosa yang menjadi penyebab penderitaannya. Sahabat, bagaimana dengan Rasul Paulus ketika dia mengalami penderitaan demi penderitaan. Mari kita belajar dari Rasul Paulus dalam menyikapi penderitaan hidup yang terdapat dalam surat 2 Korintus 1:3-11. Rasul Paulus memuji Allah, “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan,” (ayat 3). Tuhan memakai ujian dan penderitaan kita untuk membuat kita semakin serupa dengan-Nya. Penghiburan-Nya dalam pergumulan kita memperlengkapi kita untuk menguatkan orang lain dengan bersaksi tentang pertolongan yang kita terima dari-Nya (ayat 4). Akan tetapi, Paulus melihat penderitaannya secara berbeda. Secara khusus, ia mengidentifikasi penderitaannya sebagai “kesengsaraan Kristus” (ayat 5). Penderitaan itu begitu besar dan begitu berat hingga membuat Paulus putus asa (ayat 8). Kita tidak tahu penderitaan apa yang sesungguhnya dihadapi Paulus, tetapi ia sampai merasa seolah dijatuhi hukuman mati (ayat 9). Dalam keadaan seperti itu, Paulus hanya dapat memercayakan dirinya kepada Allah, yang membangkitkan orang mati (ayat 10). Paulus berharap bahwa Allah akan menyelamatkannya. Meski demikian, Paulus menyadari bahwa penderitaan yang dia alami adalah untuk kepentingan jemaat di Korintus juga, yaitu untuk menjadi berkat bagi mereka. Karena melalui penghiburan yang dia terima dari Allah, Paulus menjadi sanggup untuk menghibur mereka yang sedang menghadapi penderitaan juga (ayat 4 dan 6). Penderitaan yang kita alami karena iman kepada Kristus bukanlah kutuk, melainkan berkat. Jika penderitaan Kristus adalah untuk kepentingan kita maka penderitaan kita bisa menjadi berkat yang dimaksudkan Allah agar kita dapat melayani orang lain. Di dalam penderitaan itu, kita bisa mengharapkan penghiburan yang berlimpah-limpah dari Allah. Namun bukan untuk kita simpan sendirian, tetapi agar kita dapat berbagi dengan orang lain yang mengalami penderitaan juga. Ingatlah! Sahabat, oleh karena itu, penderitaan seharusnya bukan menjauhkan kita dari Allah, melainkan membawa kita lebih dekat. Selain itu, akan membawa kita juga semakin dekat dengan saudara-saudara seiman di dalam Kristus. Penderitaan selalu datang dengan janji penghiburan Ilahi dan itu akan mendorong kita untuk memuji dan menyembah Dia, Sumber Penghiburan kita. Maukah Sahabat dan saya menghibur dan memberi kekuatan kepada teman-teman kita yang butuh pendampingan? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg).

SERAHKANLAH dan PERCAYALAH

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena Tuhan begitu setia memelihara hidup kita. Sahabat, di tengah-tengah situasi  Pandemi Covid-19 di Indonesia yang sedang mengganas, tentu kita merasa khawatir dengan keselamatan kita, keluarga kita, kerabat, sahabat dan jemaat kita. Sesungguhnya bukan hanya kita, sebagai manusia biasa, Rasul Paulus tentu juga pernah merasa khawatir di tengah ketidakpastian dan kesulitan. Ia pernah mengalami karam kapal. Ia pernah dipukuli. Ia pernah dipenjara. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus menguatkan para sahabatnya yang juga menghadapi ketidakpastian dan mengatakan kepada mereka, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Filipi 4:6).  Sahabat, pernyataan Rasul Paulus tersebut sangat menguatkan kita saat ini. Sesungguhnya hidup ini tidak mungkin lepas dari ketidakpastian, baik itu yang berkaitan dengan pandemi Covid-19, masalah keluarga, kesehatan yang memburuk, atau kesulitan keuangan yang sedang kita hadapi. Lalu, apa yang harus kita lakukan saat  kekhawatiran datang menghampiri? Sahabat, pertama, menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Tuhan (1 Petrus 5:7) Kekhawatiran merupakan celah bagi iblis untuk ia masuk mengintimidasi kita. Oleh karena itu tidak cukup hanya berdoa supaya kita tidak khawatir tapi juga harus menyerahkan segenap kekhawatiran yang ada. Kita harus percaya bahwa kuasa Allah bekerja sempurna dalam hidup kita dan Ia sanggup melakukan segala perkara yang ajaib bagi kita. Menyerahkan dan percaya adalah dua hal yang harus berjalan beriringan, “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;” (Mazmur 37:5) Kedua, lawan dengan iman yang teguh. Khawatir adalah hal yang manusiawi yang dialami oleh banyak orang. Namun Tuhan ingin agar kita melawan segala intimidasi rasa khawatir dengan iman yang teguh. Menghadapi dengan kekuatan Firman Tuhan yang berkuasa. Ketika Tuhan menciptakan kita, percayalah bahwa Allah telah merancangkan segala sesuatu yang terbaik bagi hidup kita dan menyediakan segala yang kita butuhkan. Mari kita pegang teguh sabda Tuhan Yesus, ”Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” (Matius 6:25) Ingatlah! Sahabat, mari kita terus belajar untuk memahami bahwa Allah peduli. Dia mengundang kita untuk melepaskan kekhawatiran kita akan segala hal yang tidak pasti dengan menyerahkan semua itu kepada-Nya. Saat kita melakukannya, Allah yang Mahatahu menjanjikan bahwa damai sejahtera-Nya yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus (Filipi 4:7). Maukah Sahabat dan saya melakukannya? Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)

ALLAH tempat PERLINDUNGAN yang AMAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita mempunyai Tuhan sebagai penolong kita. Sahabat, jika melihat situasi dunia saat ini yang sedang dilanda Pandemi Covid-19, ada cukup banyak orang berpikir bahwa dirinya selalu berada dalam ancaman bahaya. Saat ini  tidak ada tempat yang benar-benar aman di muka bumi ini. Jika seandainya kita bersembunyi di setiap sudut bumi sekali pun, maka bahaya virus Corona akan tetap mengintai di sana. Sahabat, Daud,  adalah manusia biasa seperti kita, tapi dia selalu kuat dan mampu bertahan di tengah badai hidup yang menderanya.  Apa rahasianya?  Karena ia menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan dan sumber pengharapan.  Daud mengalami sendiri bahwa Tuhan sebagai penolong dalam kesesakan  sangat terbukti.  Sejak dari muda Daud percaya bahwa satu-satunya pengharapan  adalah Tuhan  (Mazmur 71:5).  Maka dari itu ia mengambil sikap yang benar yaitu berdoa.  Berseru kepada Tuhan adalah langkah untuk memadamkan segala ketakutan dan kekhawatiran yang membelengu kita,  “Tetapi aku, aku berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, pada waktu Engkau berkenan, ya Allah; demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku dengan pertolongan-Mu yang setia!”  (Mazmur 69:14)  Sahabat, untuk itu hari ini kita akan belajar dari pengalaman Daud yang terdapat di Mazmur 27:1-14. Dalam Mazmur 27, Daud berdoa kepada TUHAN dengan penuh keyakinan bahwa Dia adalah terang dan keselamatan. Ia adalah benteng tempat berlindung (ayat 1). Keyakinan sekaligus pengakuan iman ini bukan tanpa alasan, sebab ada pengalaman pribadi Daud dengan Tuhan. Bukan juga karena hidup Daud selalu dalam keadaan aman, sebaliknya justru ia selalu berada dalam ancaman bahaya. Diserang oleh sepasukan musuh (ayat 2), dikepung oleh tentara (ayat 3), orang-orang berperang terhadapnya (ayat 3), ayah dan ibu meninggalkannya (ayat 10). Berbagai pengalaman itulah yang mungkin sedang atau pernah dialami oleh Daud. Tetapi yang luar biasa, bukan  ketakutan atau kalimat pesimistis yang keluar dari mulutnya, melainkan pujian dan permohonan kepada TUHAN. Daud percaya bahwa ketika ia berlindung kepada TUHAN, Dia akan membuat musuh-musuhnya tergelincir dan jatuh (ayat 2). Sahabat, kepercayaannya kepada TUHAN tidak luntur walaupun seberat apa pun tantangan yang dihadapi di depan matanya (ayat 3). Daud  tahu dengan pasti di mana tempat terbaik untuknya bisa melihat perlindungan TUHAN dan merasa aman, yaitu berada dalam hadirat TUHAN (ayat 4). Di sanalah ia dengan jujur mengakui kelemahannya dan betapa ia sangat memerlukan TUHAN (ayat 7-12). Ingatlah! Sahabat, satu-satunya tempat teraman dalam dunia adalah hadirat Allah,  karena Allah adalah perisai perlindungan yang dapat dipercaya. Bersama dengan Allah kita dapat merasakan ketenangan, kenyamanan, dan kekuatan baru. Maukah Sahabat dan saya semakin hari semakin dekat dengan Tuhan dan berserah penuh kepada-Nya? Dengan jalan itulah kita akan menikmati rasa  aman dan tenang yang sejati. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. (pg)