Bersukacita! Lebih Menguatkan!

Bacaan Alkitab: “Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita.” (Filipi 1:4) WFH (Work From Home) bisa membuat hidup ini seperti dipenjarakan bagi orang yang sudah terbiasa bekerja, beraktivitas di luar rumah. Kita mengucap syukur oleh adanya pandemi Covid-19 saat ini, kita mendapatkan kesempatan emas, masih hidup, memasuki ”Era baru, New Normal, bak Habis Gelap Terbitlah Terang, dari kebiasaan di hidup lama ke kebiasaan hidup baru”. Mari kita bersukacita karena ini hari bahagia (lagu). ”Bersukacita Dengan Tulus Ikhlas, Itu Pilihan! Lebih Menguatkan Antibodi!* Sebuah kutipan bijak mengatakan, “Pergumulan dan penderitaan tak dapat dihindari, tetapi kesedihan adalah pilihan.” Ya, ada banyak alasan yang membuat kita tidak dapat bersukacita, tetapi sebenarnya sukacita tidak ditentukan oleh kondisi di sekeliling kita, tetapi dari dalam hati nurani. Dalam situasi terburuk pun, sebenarnya kitatetap dapat bersukacita, tergantung apakah kita memilih untuk tetap bersukacita atau larut dalam kesedihan. Mengawali suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus berkata bahwa ia sedang bersukacita dalam doanya (Filipi 1:4). Apa yang membuat Paulus bersukacita? Hidup yang nyaman? Dalam kondisi apa ia berkata demikian? Bacaan kita menunjukkan bahwa Paulus mengatakan hal ini saat ia berada dalam penjara yang begitu gelap dan dingin! Penjara boleh memenjarakan tubuhnya, tetapi tidak dapat memenjarakansukacita dalam hatiinya! Andaikan Paulus memilih untuk bersedih hati, maka kekuatannya hilang, dan pengabaran Injil Tuhan Yesus Kristus pun akan berhenti. Namun, Paulus bersandar kepada kekuatan Tuhan Yesus Kristus yang menolongnya untuk tetap bersukacita; sehingga ia dapat melihat arti penderitaannya, terus memikirkan kemajuan pengabaran Injil-NYA, dan mendoakan kesetiaan rekan-rekannya di luar penjara (Filipi 1:9-11)! Apakah pergumulan dan penderitaan merebut sebagian besar sukacita kita? Apakah masalah dalam pekerjaan, pelayanan, studi, bahkan keluarga, telah membuat kita menjadi anak Tuhan yang lupa untuk tertawa karena sukacita? Pilihan untuk terus bersedih tak akan membantu sedikit pun, sebaliknya akan membuat kita pesimis dalam memandang hidup, bahkan memperpendek umur di hidup kita. Mari kita memohon pertolongan Tuhan untuk ”dapat bersukacita dalam segala keadaan!” Hikmat hari ini: ”Penderitaan boleh membuat kita seakan-akan dipenjarakan, namun sesungguhnya kesedihan tak dapat memenjara sukacita kita di dalam Tuhan Yesus Kristus” Selamat memasuki awal minggu ini, “Sukacita itu JOY (Jesus first, Others, Yourself)” Jesus Christ bless you (sp).

KISAH SI ULAT BULU

Di sebuah taman yang indah, banyak sekali bunga yang tumbuh dan mekar. Di sana ada serumpun mawar yang sangat indah. Setiap orang yang datang ke taman itu selalu memuji keindahan bunga-bunga mawar itu yang juga menebarkan aroma wangi. Suatu hari, ada seekor ulat bulu yang berjalan-jalan di taman bunga itu. Ia begitu kagum pada keindahan taman bunga itu. Ia sangat gembira ketika tiba di dekat rumpun mawar itu. Ia kagum melihat mawar yang sangat indah itu. Ulat itu berjalan mendekati mawar-mawar itu, tiba-tiba: ‘Hai siapa itu?’ seru salah satu mawar terkejut. ‘Aku…. aku ulat bulu’. ‘Hi… ulat bulu! Apa yang kau lakukan di sini? Jangan mendekat, nanti aku dan kami gatal semua!’ ‘Maaf ya, tapi aku hanya ingin mengagumi keindahan dan keharumanmu sebentar saja’, jawab ulat bulu. Dengan kepala tertunduk dan sangat sedih, ulat bulu pergi karena ditolak oleh sekuntum mawar itu. Beberapa minggu berlalu, musim semi tiba, bunga-bunga pun mulai bermekaran, memamerkan keindahan kelopak dan liukan tangkainya yang tertiup angin sepoi-sepoi. Mereka berlomba memenuhi udara dengan keharuman. Para kumbang dan kupu-kupu beterbangan dengan sayap yang begitu indah. Semua bunga jatuh cinta kepada kupu-kupu itu dan berusaha menyapanya. Tak ketinggalan rumpun bunga mawar di taman itu. ‘Hai lihat, indah sekali sayapnya! Seperti pelangi yang melambai-lambai’ kata salah satu bunga mawar itu. Para mawar pun berusaha menarik perhatian sang kupu-kupu bak kontes kecantikan, agar kupu-kupu berkenan singgah sebentar di mahkotanya. Kupu-kupu itu menjadi sangat bangga karena menjadi rebutan para mawar nan cantik jelita. ‘Mawar yang indah, bolehkah aku singgah sesaat di mahkotamu dan mengagumi kelopakmu yang begitu indah?’ kata kupu-kupu itu dengan santun. ‘Ya, tentu, tentu, ah betapa senangnya’. ‘Ingatkah kalian pada ulat bulu yang beberapa waktu lalu datang mengagumi keindahan kalian?’ Aih, ya, dia membuat kami geli dan jijik. ‘Tapi, jangan takut dia telah pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi’. ‘Tidak tahukah kalian bahwa ulat bulu itu sekarang sedang berada di taman ini? Dia sedang mengagumi keindahan kalian, akulah si ulat bulu itu. Sekarang aku adalah seekor kupu-kupu, Tuhan Maha Besar!’ jawab kupu-kupu sambil terbang meninggalkan rumpun bunga mawar tersebut. Pesan rohani buat kita: Kita tidak boleh menilai orang lain dari penampilannya saja, apalagi menghakiminya. Apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Orang buruk rupanya belum tentu buruk hatinya. Siapapun kita, apapun keadaan kita, Tuhan Yesus Kristus memandang kita berharga di mataNYA, itulah kata nabi Yesaya (43:4a (TB)): “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau”. Sudahkah kesaksian hidup kita menebarkan keharuman iman kita? Jesus Christ bless you (sp).

HIDUP INI KESEMPATAN

Hidup Ini Adalah Kesempatan’ sebuah lagu yang dipopulerkan lewat suara emas Herlin Pirena, liriknya dibuat oleh pendeta D. Surbakti, akhir-akhir ini amat ngetop. Hidup Ini Adalah KesempatanHidup Ini Untuk Melayani TuhanJangan Sia-siakan Waktu Yang Tuhan BeriHidup Ini Harus Jadi Berkat Chorus:Oh Tuhan Pakailah HidupkuSelagi Aku Masih KuatBila Saatnya NantiKu Tak Berdaya LagiHidup Ini Sudah Jadi Berkat Ingat kesempatan, mengingatkan saya akan ‘kisah nyata’ yang pernah terjadi di Amerika sbb: Seorang pria membawa pulang truk baru kebanggaannya, kemudian ia meninggalkan truk tersebut sejenak untuk melakukan kegiatan lain. Anak lelakinya yang berumur 3 tahun sangat gembira melihat ada truk baru, ia memukul-mukulkan palu ke truk baru tersebut. Akibatnya truk baru tersebut penyok dan catnya tergores. Pria tersebut berlari menghampiri anaknya dan memukulnya, memukul tangan anaknya dengan palu sebagai hukuman. Setelah sang ayah tenang kembali, dia segera membawa anaknya ke rumah sakit. Walaupun dokter telah mencoba segala usaha untuk menyelamatkan jari-jari anak yang hancur tersebut, tetapi ia tetap gagal. Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan amputasi semua jari pada kedua tangan anak kecil tersebut. Ketika anak kecil itu sadar dari operasi amputasi dan jarinya telah tidak ada dan dibungkus perban, dengan polos ia berkata: ‘Papa, aku minta maaf tentang trukmu ya’. Kemudian, ia bertanya: ‘Tetapi kapan jari- jariku akan tumbuh kembali yah?’ Ayahnya pulang ke rumah dan melakukan bunuh diri. Adakah makna dari kisah nyata tsb bagi kita? Lebih bijaksana kita berpikir dulu sebelum kita mengambil tindakan. Berpikir dulu sebelum kita kehilangan kesabaran hingga kita emosi bahkan emosional kepada seseorang, apalagi yang kita kasihi. Truk dapat diperbaiki. Tulang yang hancur dan hati yang disakiti seringkali tidak dapat diperbaiki. Tindakan suka menghakimi juga bisa membuat hancur hati. Betapa kita terlalu sering gagal untuk membedakan antara orang dan perbuatannya, kita sering lupa bahwa mengampuni lebih besar daripada membalas dendam. Orang bisa saja berbuat salah. Tetapi, tindakan yang kita ambil dalam kemarahan akan menghantui kita selamanya. Tahan, tunda dan pikirkan sebelum mengambil tindakan. Mengampuni dan melupakan, mengasihi satu dengan lainnya. Mari kita ingat, jika kita menghakimi orang, kita tidak akan ada waktu untuk mencintainya Waktu tidak dapat kembali….Hidup bukanlah sebuah VCD PLAYER, yang dapat di-Backward dan Forward…‘HIDUP hanya ada tombol PLAY dan STOP saja’. Firman Tuhan Yesus Kristus melalui Paulus di Efesus 5:16 (TB): “Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat”. (JAWA94): “Wektumu tanjakna sing becik, sebab jaman iki jaman ala”.