Karunia, Tak Dapat Dibeli

Bacaan Alkitab: Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia TUHAN dengan uang” (Kisah Para Rasul  8:20) Ada seorang misionaris di Filipina berusaha menjelaskan keselamatan kepada seorang wanita kaya. Akan tetapi, wanita tersebut tidak mengerti bahwa ia tak dapat membeli keselamatan. Karena itu, sang misionaris memberi sebuah gambaran kepadanya: “Kalau Anda ingin menghadiahkan sebuah rumah besar dan indah kepada anak gadis Anda, bagaimana perasaan Anda bila ia berkata, “Ibu, izinkan saya membantu Ibu membayar hadiah itu. Saya memang hanya bekerja di rumah sakit misi dan gaji saya tidak besar. Namun sepertinya saya dapat menyisihkan uang 8 dolar setiap bulan untuk itu.” Misionaris itu melanjutkan, “Seperti itulah yang Anda katakan kepada TUHAN. Anda ingin ikut membayar apa yang telah Yesus Kristus lunasi untuk Anda. Rumah di surga adalah hadiah. Tidak sepatutnya Anda berusaha ikut membayarnya.” Di seluruh dunia, orang-orang beriman, yang bermaksud baik: kaya, miskin, dan di antara kedua golongan itu, masih berusaha memahami bahwa Yesus Kristus telah melunasi semuanya. Karena mengira bahwa mereka harus melakukan sesuatu untuk memperoleh karunia TUHAN, mereka berusaha sedapat mungkin membayar keselamatan. Kita perlu memahami bahwa ketika TUHAN memberikan diri-Nya sebagai Yesus Kristus jadi kurban, hutang dosa kita sudah dibayar penuh. Apabila kita berusaha membayar hadiah TUHAN, ini tentu merupakan penghinaan bagi-Nya. Percaya dengan tulus hati, berarti beriman bahwa TUHAN sudah menyelesaikan pembayarannya. Kita tidak perlu membeli sesuatu yang sudah dibeli dengan kematian Yesus Kristus di kayu salib. Hikmat hari ini: Apabila kita dapat membeli keselamatan, Yesus Kristus tidak perlu mati untuk menyediakannya bagi kita. Selamat memasuki hari baru hari ini. Selamat beraktivitas, maju terus tetap semangat di era New Normal. Mari kita jalani protokol kesehatan dengan tulus hati. Jesus Christ bless you (sp).

BAGAI MAKAN BUAH SIMALAKAMA

Selamat jumpa  para Pendukung Kristus, apa kabar? Semoga pagi ini ketika kita bangun tidur, hati kita tenang dan senang, penuh keyakinan karena kita sudah mendapat  hikmat dari Tuhan tentang apa yang sebaiknya kita lakukan pada hari ini, di saat semakin banyak orang yang terinfeksi virus Corona ketika “New Normal” sudah mulai dijalankan. Saat ini banyak orang yang bingung, menjadi serba ragu, khususnya di kalangan pengambil keputusan. Mereka menghadapi dilema. Bagai makan buah Simalakama. Sesungguhnya kita semua, tanpa terkecuali, butuh hikmat Tuhan. Kitab Amsal merupakan salah satu kitab  yang paling sering saya baca. Kitab Amsal adalah kumpulan ajaran tentang cara menjalani hidup yang baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan.  Ajaran-ajaran itu diungkapkan dalam bentuk petuah, peribahasa atau pun pepatah;  kebanyakan berkaitan dengan persoalan hidup manusia sehari-hari.  Ada banyak hikmat yang diajarkan dalam kitab Amsal ini, dan kunci untuk memiliki hikmat itu adalah takut akan Tuhan,  “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.”  (Amsal 9:10). Bagaimana caranya untuk memiliki hati yang takut akan Tuhan? Tidak ada jalan lain, selain kita harus tinggal di dalam firman Tuhan.  Dari situlah kita akan mendapatkan fondasi yang kuat bagi kehidupan kita, sehingga kita dapat berdiri kuat dan tak tergoyahkan meski diterpa badai permasalahan seberat bagaimana pun.  Ketika kita memilih hidup di jalan Tuhan kita akan beroleh hikmat sehingga kita dapat membedakan manakah yang menjadi kehendak Tuhan:  apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.  Akhirnya dengan hikmat tersebut kita dapat berlaku seperti yang Tuhan mau dan inginkan.  Raja Salomo, ketika hidup mengandalkan Tuhan, dan senantiasa melibatkan Dia di setiap rencana hidupnya serta bergantung penuh kepada-Nya, maka hidup Salomo diberkati Tuhan secara luar biasa dan ia pun menjadi raja yang sangat terkenal di zamannya. Pengalaman hidup saya bercerita,  selama kita mau berjalan bersama Tuhan setiap hari dan tinggal dalam firman-Nya, maka  “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.” (Mazmur 16:11).  Untuk tetap tinggal dalam firman Tuhan kita harus berpegang pada perintah Tuhan dan menjaga-Nya seperti menjaga biji mata sendiri. Mari kita camkan dan laksanakan nasihat ini, “Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu.”  (Amsal 7:1) Ingatlah! “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. …”  (Mazmur 111:10). GBU & Fam. (pg)

Setia dan Taati Pemerintah

Bacaan Alkitab: ”Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap perkerjaan yang baik” (Titus 3:1) Desember 2020, tepatnya tanggal 9 akan terselenggara pilkada serentak di NKRI ini. Bila suatu pemilihan pimpinan daerah dilaksanakan dan diketahui hasilnya, akan ada warga negara yang senang atau sedih, tergantung pilihan politik mereka. Bagi para pendukung pimpinan terpilih mungkin akan tunduk pada otoritas pemerintah yang dibentuknya. Namun banyak juga yang akan tunduk, sekalipun dengan terpaksa. Para pengikut Kristus harus jadi teladan dalam menaati Firman Tuhan, tidak hanya harus tunduk dengan tulus ikhlas kepada pemerintah yang berkuasa dan menaati peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah yang sah, tetapi terlebih oleh karena Alkitab Firman Tuhan. Dalam suratnya kepada Titus, Paulus mengatakan bahwa kita juga harus hidup berdamai dan penuh perhatian, serta siap melakukan setiap pekerjaan yang baik, tanpa memfitnah orang lain (Titus 3:1,2). Titus melayani orang-orang percaya di Kreta, suatu daerah yang terkenal dengan penduduknya yang tidak patuh. Ada banyak alasan untuk mengungkapkan kejelekan para penduduk dan pemerintah di Kreta, tetapi Paulus mengingatkan para pengikut Kristus agar tidak melakukan hal itu karena berlawanan dengan sabda Tuhan. Kenyataannya, dalam surat singkatnya kepada Titus, Rasul Paulus mengatakan sampai tujuh kali tentang pentingnya melakukan pekerjaan yang baik: suka terhadap hal yang baik (Titus 1:8), mengajarkan hal-hal yang baik (Titus 2:3), melakukan perbuatan baik (Titus 2:7,14; 3:1, 2,8,14). Surat Paulus ini merupakan peringatan yang tepat pada waktunya, yakni bahwa sebagai hamba Tuhan Yesus Kristus kita harus berbuat baik kepada orang lain, tak peduli apakah kita menyetujui norma dan kebijakan mereka. Memang tidak mudah, tetapi ini merupakan hal yang benar untuk dilakukan.    Hikmat hari ini: Para pengikut Kristus dapat menjadi pembangun, bila mereka menolak untuk menjadi perusak. Selamat memasuki awal minggu ini, Selamat beraktivitas, tetap menjadi pembangun semangat di era New Normal ini. Tetap setia dan taat kepada protokol kesehatan dari pemerintah NKRI dan WHO.  Jesus Christ bless you (sp).

CERITAKANKANLAH PERBUATAN TUHAN YANG AJAIB

Selamat jumpa para pendukung Kristus, apa kabar? Mari kita syukuri akhir pekan pada hari ini yang Tuhan sediakan bagi kita. Semoga hari ini  hati kita benar-benar meluap dengan syukur karena kita merasakan pertolongan dan pemeliharaan Tuhan dalam sepanjang hidup. Di akhir pekan ini saya mengajak pembaca RH ini untuk bersukacita dan bersukaria karena Tuhan. Saya mengajak pembaca untuk sejenak menyimak kehidupan Daud. Sungguh luar biasa, di sepanjang hidupnya,  Daud senantiasa merasakan dan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan.  Bukan hanya berkat jasmani yang dirasakan, tapi berkat-berkat rohani juga Tuhan limpahkan dalam kehidupannya sehingga ia berkata,  “…aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi,”  (Mazmur 9:3). Maka kita tidak perlu heran, ketika Daud berkata,  “Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.”  (Mazmur 23:5).  Hidangan berbicara tentang berkat-berkat jasmani.   Sedangkan urapan berbicara tentang berkat rohani.  Urapan adalah tanda penyertaan, perlindungan, dan penjagaan dari Tuhan.  Adapun  piala berbicara tentang suatu kemenangan, kebesaran dan kejayaan.  Karena itu, sekalipun  harus diperhadapkan dengan berbagai masalah dan besarnya tantangan, Daud sangat percaya bahwa ia tidak menghadapinya seorang diri, ada Tuhan yang selalu menyertai dan berada di pihaknya.  Ketika berhadapan dengan Goliat, raksasa Filistin yang  “Tingginya enam hasta sejengkal.”  (1 Samuel 17:4), lengkap dengan  “Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini lima ribu syikal tembaga.”  (1 Samuel 17:5), Daud tidak gentar dan tawar hati.  Secara akal manusia Goliat bukanlah lawan yang sepadan, namun Daud percaya jika Tuhan beserta,  maka tidak ada perkara yang mustahil.  “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam…Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu;” (1 Samuel 17:45-46).  Daud begitu yakin dapat mengalahkan Goliat, bukan dengan kehebatan dan kekuatan manusia, tapi dengan nama Tuhan.  Daud menggunakan bahasa iman! Pengalaman hidup Daud bercerita bahwa  Tuhan benar-benar memelihara hidupnya, sehingga ia dapat berkata,  “…tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;”  (Mazmur 37:25). Karena itu, mari bersama dengan Daud, kita ikrarkan kerinduan kita, “Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;”  (Mazmur 9:2). GBU & Fam. Enjoy your weekend. (pg)

Saya Senang di Christopherus

Suatu kali teman-teman yang sering berkumpul di tempat bapak Agus Suwantoro, jalan dr. Cipto 44 Pav. datang dan mengajak saya untuk bergabung mendirikan yayasan. Anggota persekutuan ini dari beberapa gereja antara lain dari: GKMI, GIA dan GKI; yang saya ingat yang darang antara lain: Adi Sutjipta; alm. Tan Kiem Gwan dan Agus Suwantoro. Waktu itu saya belum bersedia karena belum terbiasa dengan organisasi, saya hanya berjanji untuk mendukung walaupun bukan sebagai pengurus. Ternyata yayasan yang dimaksud adalah Christopherus. Setelah cukup lama saya mengikuti pelayanannya, lama-lama saya jatuh hati, bahkan pernah menjadi pengurus, sampai sekarang saya masih aktif di dalam kegiatannya. Pada awalnya Yayasan Christopherus sangat kecil; kantor dan tempat tinggal fulltimer-nya kontrak rumah papan separuh tembok di jalan Pringggading Dalam 2 (belakang restoran Pringgading). Saya setia mengikuti persekutuan doanya di tempat itu setiap Kamis pagi pukul 06.00 dan masih mengikuti sampai sekarang. Di samping saya mendukung pelayanan Christopherus dengan doa, juga saya sendiri banyak diberkati melalui Firman Tuhan dan sharing yang berlangsung. Waktu Christopherus mendirikan band, dengan senang hati saya dan keluarga bapak Nadi dan ibu Lena (Kecap Lombok waktu itu) menyediakan konsumsi dan tempat untuk berlatih; di jalan dr. Cipto 229 dan jalan Imam Bonjol Semarang. Kalau Band Christopherus ada pelayanan ke luar kota saya meminjamkan kendaraan dan saudara. Andreas Kristianto yang mengemudikannya. Pada waktu itu saudara Kristianto anggota jemaat Gereja Bethel Tabernakel Kudus; tertarik lewat pelayanan ini akhirnya ia terpanggil menjadi hamba Tuhan dan diusahakan mendapat beasiswa untuk bisa kuliah di STT Abdiel sampai lulus. Puji Tuhan! Saya senang di Christopherus bukan karena eksekutifnya, Andreas Christanday adalah adik saya, tetapi karena sifatnya yang interdenominasi, tidak mendirikan gereja tetapi berafiliasi dengan gereja-gereja; sungguh sangat indah dan saling memperkaya. Sejak berdirinya sampai sekarang pengurusnya dari berbagai gereja, banyak anggota tapi satu tubuh Kristus. Kerukunan dan kesatuan di Yayasan Christopherus yang saya senangi. Harapan saya Christopherus tetap pada visi dan misinya serta sifatnya interdenominasi dan tidak akan berubah menjadi gereja. Harapan lainnya adalah terus berkembang dan menjadi alat kemuliaan bagi Nama Tuhan Yesus Kristus. Amin ! Semarang, 20 Maret 2007 Yonathan Christano (Sudah terlibat dalam pelayanan dan kepengurusan Yayasan Christopherus sejak awal sampai sekarang) Catatan: Kesaksian ini disampaikan dalam Perayaan HUT ke-35 Yayasan Christopherus pada tahun 2007.

Iman = Dari Yang Tidak Ada Menjadi Ada

Saya mulai bergabung dan bekerjasama dengan Christopherus sejak tahun 1974, saat itu masih berkantor di jalan Pringgading Dalam 2 Semarang. hingga sekarang. Pada tahun delapan puluhan Christopherus selalu mendapat jadwal di berbagai gereja, khususnya di GGKMI pada setiap Minggu ketiga. Di suatu hari Minggu di tahun 1981,  saya mendapat tugas menyampaikan Firman Tuhan di Jepara, dalam persekutuan para medis yang dikoordinir oleh dr. Pariyani. Saya diantar oleh seorang pengusaha tetapi sangat aktif di Christopherus, bapak Adi Sutjipta, yang sekarang sudah menjadi pendeta. Beliau yang menghantar saya dan ikut mendengarkan Firman Tuhan yang saya sampaikan. Dalam perjalanan pulang menuju Semarang, beliau menyatakan: terkena Firman Tuhan dan tergerak untuk membantu Gereja yang saya layani, waktu itu kami masih kontrak rumah kecil di jalan Wonodri Krajan 687, supaya tidak terus kontrak. Demikianlah akhirnya kami mendapat sebidang tanah di jalan Wonodri Kebon Dalam ! A yang selanjutnya dapat dibangun gedung gereja yang mungil sekarang ini. Gedung tersebut dibangun tanpa kami menggalang dana dengan menjalankan les. Tetapi Tuhan menggerakkan orang-orang untuk menjadi donatur. Jadi GPSI di jalan Wonodri Kebon dalem 1A itu merupakan saksi bisu bahwa Firman Tuhan adalah Firman Pencipta yang menjadikan dari yang tidak ada menjadi ada “Firman itu telah kami dengar, telah kami lihat, dan telah kami saksikan serta telah kami raba dengan tangan kami” (1Yoh. 1:1). Itulah salah satu kesaksian dan pengalaman saya di Christopherus. Kesan: Salah satu kesan mendalam yang tak terlupakan adalah pada satu ketika di tahun 1979 dengan peralatan yang sederhana kami, satu tim melawat ke kota Salatiga di STM Kristen. Bapak Lawalata dengan dua potong bambu (15 cm) di antara jari-jemarinya memuji Tuhan dengan bunyi yang uniek, telah menarik perhatian dan menjadi berkat. Ternyata dengan mengumpulkan orang-­orang dari berbagai denominasi dengan potensi dan peralatan yang sederhana, Christopherus sudah menjadi berkat di mana-mana. Karena kasih yang mula-mula yang membara di sanubari, dikobarkan oleh Roh Kudus menggairahkan kami. Pesan: Kini Christopherus telah berkembang pesat, dengan fasilitas dan sarana yang jauh lebih memadai dan canggih. “bagikan biji sesawi, kini telah menjadi pohon” saya sangat bangga dan mengagumi kasih karunia Tuhan yang dianugerahkan kepada Christopherus. Pesan saya: Semoga Christopherus semakin maju dan berkembang; tetapi biarlah tetap kecil dalam arti setia dengan yang sederhana, biarlah segala kebanggaan, kehormatan dan puji-pujian dipersembahkan kepada Tuhan saja yang berhak dan yang layak menerimanya. Amin. Tuhan memberkati! (pg) Semarang, 20 Maret 2007 Pdt. Timotheus S. Sarpo (Sudah terlibat dalam pelayanan dan kepengurusan Yayasan Christopherus sejak 1974) Catatan:Kesaksian ini disampaikan dalam Perayaan HUT ke-35 Yayasan Christopherus pada tahun 2007.

MENUMBUHKAN POLA PIKIR LINTAS GEREJA DAN SUKU

Syukur kepada TUHAN Yesus Kristus yang telah memimpin jalannya Yayasan ini, sehingga bukan sekadar masih ada dalam kurun waktu 35 tahun, tapi terus berakar makin dalam dan bertumbuh, berbuah kedewasaan dalam memenuhi panggilan-Nya di tengah masyarakat yang terus berkembang dan berubah . Saya adalah salah seorang dari beberapa saudara yang “beruntung” dapat terlibat pada awal lahirnya Yayasan Christopherus, kemudian bersama-sama berjuang dalam tahun-tahun pelayanan sebagai pengurus, dan yang sekarang masih mengikuti dari tempat yang jauh dan memberikan dukungan dalam doa. Ada beberapa hal yang menarik dalam rentang waktu pelayanan Christopherus ini: Yayasan ini menumbuhkan pola pikir lintas gereja dan suku, sehingga menolong saya dalam kehidupan ini, belajar mengerti dan menghargai orang lain yang berbeda dengan kita, memperkaya kehidupan dalam bermasyarakat. TUHAN itu adalah Tuhan yang hidup dan nyata, ketika lingkungan masyarakat berkembang, nila-nilai berubah, Tuhan sendiri yang menjaga, melindungi dan membesarkan Yayasan ini melewati berbagai hambatan dan bertumbuh menjadi garam dan terang di tengah-tengah lingkungn masyarakat, selama 35 tahun. Karena itu pada hari yang berbahagia ini, saya menyampaikan selamat kepada segenap pengurus, serta semua saudara-saudara yang terlibat dan berpartisipasi dalam pelayanan Christopherus sebagai pendukung dalam doa, dana, waktu, tenaga atau apapun. Mari pada ulang tahun yang ke 35, kita terus mengarahkan pandangan kita ke depan, bersama kita memandang ladang di sekitar kita yang menguning, berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kita tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan. jerih payah pelayanan yang telah kita lakukan dalam yayasan Christopherus tidak sia-sia, sebab Ia juga yang akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari hari Tuhan kita Yesus Kristus. Dirgahayu Christopherus. Amin. (pg) Batam, 27 Maret 2007 Agus Suwantoro (Wakil Ketua dalam Pengurus Pertama Yayasan Christopherus) Catatan:Kesaksian ini disampaikan dalam Perayaan HUT ke-35 Yayasan Christopherus pada tahun 2007

PELOPOR PELAYANAN INTERDENOMINASI

Sepanjang pengetahuan dan pengalaman saya melayani di Christopherus, sungguh sangat banyak manfaatnya, baik di bidang organisasi maupun persekutuan, khususnya dalam ber- Pl. Mengapa? Christopherus bersifat interdenominasi dan mempunyai komitmen yang kuat untuk mengabarkan Injil melalui pemberitaan firman, musik, pemutaran film dan lain-lain. Memang perjuangannya yang mula-mula memerlukan kerja keras. Tidak sedikit hambatan dan tantangan, dianggap membuat gereja dalam gereja. Puji Tuhan, para pendiri Christopherus tidak mudah berputus asa, tetap bersemangat. Banyak kali kami berkumpul untuk berdoa, mencari kehendak Tuhan. Seingat saya pada waktu itu yang banyak terlibat antara lain The Kiem Gwan (alm), Markus Hendra Kusuma (alm), Pdt. Chrismanto Jonatan, Soendjojo (alm), dan Agus Suwantoro. Saya akui dalam hal ini Ev. Andreas Christanday banyak berperan. Dia punya visi, misi dan komitmen yang kuat (Ev. Andreas Christanday had hier von veelgedaan). Harapan saya periode demi periode Pengurus Yayasan Christopherus terus menerus diremajakan demi masa yang akan datang. Banyak sekali kenangan manis ketika melayani dalam wadah Christopherus. Harapan saya Christopehrus dapat terus berkembang dan terus menjadi pelopor dalam pelayanan yang bersifat persaudaraan antar gereja. Selamat HUT yang ke-35. Selamat melayani. Tuhan Yesus memberkati. (pg) Jepara, 11 Maret 2007 Atno Stefanas (Anggota dalam Pengurus Pertama Yayasan Christopherus) Catatan:Kesaksian ini disampaikan dalam Perayaan HUT ke-35 Yayasan Christopherus pada tahun 2007.

Warisan Iman: Suka Bekerja

Bacaan Alkitab: Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku” (Yakobus 2:18) Hari ini, Jumat 3 Juli 2020 adalah Hari Bebas Kantong Plastik Sedunia atau International Plastic Bag Free Day. Kantong plastik yang dibuang sembarangan dapat mencemari lingkungan. Kantong plastik bisa mengganggu kelancaran aliran air dan mengakibatkan banjir. Kantong plastik tidak mudah terurai di alam, tidak dapat membusuk. Perlu waktu ratusan tahun untuk membuat bahan ini dapat terurai menjadi tanah. Walaupun sudah ada teknologi plastik biodegradable, plastik tetap memerlukan waktu yang cukup lama untuk terurai. Pemprov DKI Jakarta menetapkan bahwa sejak 1 Juli 2020 Jakarta bebas kantong platik!  Saat Dave Thomas meninggal dunia 2002, ia tidak hanya mewariskan ribuan restoran Wendy’s-nya, tetapi juga mewariskan pengalaman kerja kerasnya yang terkenal itu.  Dave Thomas, sang wiraswastawan yang murah senyum ini memberi pandangan bagaimana seharusnya pengikut Kristus mengisi hidupnya. Dia yang di masa mudanya banyak dipengaruhi neneknya mengenal Kristus, mengatakan bahwa orang percaya harus jadi teladan yang tulus ikhlas menyingsingkan lengan baju. Itulah: “Warisan Iman: Suka Bekerja.”  Dalam bukunya ”Well Done (Bagus Sekali!), Dave Thomas berkata, “Pengikut Yesus Kristus yang mau menyingsingkan lengan bajunya adalah orang yang melihat kekristenan sebagai iman dan perbuatan, sebagai wujud relasi dengan Tuhan Yang Hidup. Walau tetap tak dikenal, tetapi terkenal sebagai orang yang gemar melakukan lebih banyak kebaikan daripada semua orang beriman termasyhur mana pun”. Pernyataan itu lebih berisi daripada burger Wendy’s yang berlapis tiga. Dave Thomas tidak hanya sadar bahwa kerja keras diperlukan untuk menjalankan bisnis restorannya, tetapi juga penting untuk kehidupan rohaninya. Dalam Yakobus 2:17, dapat kita baca bahwa iman tanpa perbuatan akan membuat iman kita mati. Marilah kita singsingkan lengan baju kita dan mulai bekerja dengan tulus. Ada banyak hal yang bisa dikerjakan saat ini, mari kita belajar tidak menunda. Menunda sama dengan tidak melakukan apa-apa, sia-sia. Hikmat hari ini: Iman yang hidup adalah iman yang mau bekerja keras dengan Segenap hati, bukan setengah hati. Selamat memasuki hari baru hari ini, Tetap semangat jadi berkat bagi sesama di era New Normal Ini”.  Jesus Christ bless you (sp).

MASIH ADA HARAPAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus,  apa kabar? Semoga sehat-sehat dan tetap semangat menyambut setiap kesempatan yang masih Tuhan bukakan bagi kita. Sesungguhnya menjadi tua merupakan suatu keniscayaan. Kita perlu menyadari bahwa manusia tidak selamanya muda dan perkasa.  Semua pasti akan mengalami perubahan seiring berjalannya waktu:  yang muda menjadi tua, yang kuat dan gagah lambat laun akan melemah kekuatannya.  Tentu saja proses menjadi tua bukan untuk kita sesali apalagi kita ratapi, tapi justru harus kita syukuri karena Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk menjadi tua dan boleh menikmati masa tua. Saudara, dalam Perjanjian Lama, ada satu kitab yang bernama Ratapan. Mengapa diberi nama Ratapan? Karena Yeremia menulis kitab tersebut sebagai ungkapan kepedihan hatinya yang mendalam atas kehancuran Yerusalem:  tembok-tembok kota yang runtuh dan pembuangan orang-orang ke Babel.  Sambil duduk ia menangis dan meratapi Yerusalem:  “Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang jandalah ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan. Yehuda telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang berat; … Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya, …” (Ratapan 1:1, 3, 4). Yang menarik walaupun kitab tersebut memang dimulai dengan ratapan, tapi isinya tidak semuanya ratapan,  ada pengharapan untuk dipulihkan.  Ada janji pemulihan bagi setiap orang yang berharap kepada Tuhan!  “Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.” (Ratapan 3:26).  Janji pemulihan disediakan bagi orang-orang yang senantiasa bertekun menanti-nantikan Tuhan.  Yeremia mengingatkan kepada kita mengapa kita  berharap kepada Tuhan dan menantikan-Nya?  Karena  “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”  (Ratapan 3:22-23).  Menantikan Tuhan berarti menaruh harap dan memercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan, serta memandang Dia sebagai satu-satunya sumber pertolongan, bukan yang lain.  “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya…orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”  (Yesaya 40:29, 31).  Orang yang menati-nantikan Tuhan akan beroleh kekuatan baru, kemampuan untuk mengatasi masalah dan kesanggupan untuk terus berjalan maju melewati badai. Ingatlah! Senada dengan isi kitab Ratapan, kita tidak hanya ikut meratapi pertumbuhan ekonomi di negara kita yang turun sangat tajam pada tahun ini, bahkan ada kecenderungan menjadi minus, namun bersama Yeremia, kita juga tetap menaruh pengharapan kepada Tuhan karena  “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” (Yeremia 17:7-8). GBU & Fam. (pg)