KESAKSIAN SENIOR
Jikalau mau peka, setiap kita bisa mendapatkan banyak makna dalam setiap peristiwa di dalam kehidupan ini, ermasuk dalam kehidupan bergereja. Apakah dalam kebaktian kita menerima berkat Tuhan? Iya dan pasti. Entah melalui pujian, entah pula dalam penyampaian Firman Tuhan. Ataupun melalui berbagai sisi interaksi di sana. Nah di GKMI Gloria Patri aku kerap kali menerima berkat surgawi melalui para orang lanjut usia. Para seniors. Ketika dalam ibadah Minggu (maupun aktivitas gerejawi lainnya), kulihat ada orang lanjut usia yang jalannya pelan-pelan,entah berjalan sendiri ataupun digandeng anak atau cucunya, saat memandangnya hati rasanya mak nyes. Adem. Apalagi ketika melihat sepasang lansia yang bergandeng tangan ke gereja. Membawa Alkitab, dengan wajah gembira. Ada aura terpancar dari mereka. Yang lebih keren itu ketika melihat opa atau oma yang naik kursi roda, Yang rajin dan setia beribadah dan tak pernah terlambat. Memandang mereka dalam peribadahan itu, seakan Tuhan menyapa, ”Lihatlah mereka! Mereka setia sampai masa tua. Dalam kondisi sakit mereka pun tetap memuliakan pencipta-Nya! Apakah kamu akan juga setia sampai masa tuamu seperti mereka?” Di GKMI Gloria Patri sempat ada beberapa lansia yang dalam kondisi seperti ini. * Bisa jadi empatiku terhadap para lansia juga didukung dengan pengalaman merawat ibu mertua. Selama empat tahun lebih, Ibu mertua beribadah ke GKMI Gloria Patri dengan kursi roda. Persiapan anggota keluarga yang mendampingi tentu lebih ekstra waktu dibandingkan dengan keluarga yang tidak ada lansianya. Ketika persiapan berangkat, orang-orang yang belum pernah merawat lansia sakit mungkin tidak banyak tahu bahwa pekerjaan-pekerjaan yang dipersiapkan untuk ke gereja cukup banyak. Misalnya melayani mandi, melayani ganti baju, melayani makan, minum obat dan sebagainya sampai bila nanti telah siap semua, menggendongnya atau menggandengnya masuk ke mobil. Lalu mengangkat kursi roda ke mobil. Dan ketika sudah sampai gereja, butuh waktu untuk menurunkan, duduk ke kursi roda dan kemudian mendorong masuk ke gereja. Sehingga jikalau Anda menjumpai lansia ke gereja, ambilah makna spiritualitas dari kehadiran mereka. * Aku pun kagum dengan hamba Tuhan yang sudah sangat senior tetapi tetap produktif melayani Tuhan. Bersemangat, dan selalu bersukacita. Aku melihat itu pada diri Ev. Andreas Christanday. Seorang yang konsisten, tetap tidak mau menjadi pendeta. Tetap berkomitmen tidak akan mendirikan gereja (melalui Yayasan Christopherus). Barangkali banyak orang yang tidak tahu bahwa, nama “Gloria Patri” yang melekat pada GKMI yang beralamat di Sumber Mas Raya ini adalah dari idenya. Ev. Andreas Christanday banyak berperan dalam proses persiapan pendewasaan GKMI Semarang Tanah Mas yang kemudian menjadi GKMI Gloria Patri tersebut. Karena Pak Andreas menjadi gembala konsulen di jemaat ini selama beberapa tahun (1987-1990). Selama tiga puluhan tahun mengenal Pak Andreas, kulihat semangatnya dalam melayani Tuhan tak berubah. Dengan lentur Pak Andreas bisa menyesuaikan zaman beserta teknologinya bagi kemuliaan Tuhan Yesus. Aku mulai banyak mengenal Pak Andreas ketika mengikuti Pendalaman Alkitab di GKMI Semarang cabang Tanah Mas (sekitar tahun 1989). Pengetahuan yang luas dan teologianya yang sejuk membuat yang disampaikannya menarik. Pak Andreas adalah seorang pendidik yang sangat baik. Seorang praktisi yang mempunyai banyak tulisan dan buku karyanya. Pak Andreas pula yang mengajakku untuk membantu redaksional naskah di majalah Reflecta. Dari sanalah kelak kemudian aku dilibatkan dalam penerbitan buletin di Yayasan Christopherus. Dari seorang hamba Tuhan senior ( sekarang berusia 76 tahun) , aku mendapatkan pelajaran kesetiaan, keseriusan dan sukacita dalam melayani Tuhan Yesus. Sampai sekarang Pak Andreas dan istri tetap setia beribadah di GKMI Gloria Patri. Sebagai penutup tulisan hari ini, aku mau sampaikan ada 2 ucapan Pak Andreas yang terekam di kepalaku, yang otentik darinya. Pertama, “ Manusia mengerti awalnya setelah semua berakhir. Sedangkan Allah tahu akhir sejak dari awal!” Kedua, “ Aku ingin hidup dalam sukacita Tuhan dalam segala keadaan. Ingatkanlah aku bila tampak tidak bersukacita!” Setio Boedi
MENGAPA SAYA SAKIT TUHAN
KEJUJURAN itu Beda dengan KETERBUKAAN
Barangkali isu yang paling tua dalam kehidupan orang-orang yang pengin masuk bilangan sebagai makhluk saleh, adalah tentang kejujuran. Bagaimana mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pagi-pagi, Guru kehidupan mengajarkan, “Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati!” mengisyaratkan bahwa semua keputusan dalam kehidupan (tentu termasuk keputusan etis) yang mengait perihal ini tidak mudah. Bahkan masih banyak pula orang yang mengalami kekacauan pemahaman antara kejujuran dan keterbukaan. * Kejujuran itu beda dengan keterbukaan. Kejujuran itu berpijak pada kebenaran yang diucapkan oleh seseorang. Sedangkan keterbukaan mengait keutuhan kisah (baik peristiwa yang terjadi maupun suasana hati dan pikiran) yang disampaikan. Kejujuran yang disampaikan secara parsial hanya melahirkan kebenaran yang separuh. Contoh: Seorang istri menyampaikan secara jujur kepada suaminya bahwa dia positif hamil. Tapi dia tidak menceritakan bahwa benih di rahimnya bukan berasal dari suaminya. Kejujuran parsial melahirkan kebenaran yang separuh. Dan kebenaran separuh adalah sama saja dengan dusta. * Kejujuran itu beda dengan keterbukaan. Ucapan kejujuran muncul setelah ada pertanyaan. Misal ditanya, “Apakah hari ini kamu sudah sarapan?” Dijawab, “Belum!” Keterbukaan tak harus menanti pertanyaan. Dia akan keluar tanpa ditanya. Contoh: Seorang perempuan yang telah berpacaran 3 tahun, suatu sore menyampaikan isi hatinya kepada kekasihnya. “ Mas, aku mau cerita sesuatu yang penting . Bahwa sebelum aku mengenalmu, aku pernah berpacaran dengan orang lain. Dan mohon maaf sekali, dalam pacaran tersebut kami telah melakukan perbuatan yang seharusnya tak boleh kami lakukan dalam berpacaran. Saya menyerahkan keputusan Mas selanjutnya, bebas… hubungan kita mau dilanjutkan atau tidak, terserah Mas!” * Kejujuran itu beda dengan keterbukaan. Karena kejujuran diberlakukan kepada semua orang dalam berelasi. Keterbukaan tak bisa disampaikan kepada semua orang. * Kejujuran itu mengait karakter. Keterbukaan membutuhkan hikmat. Tepat orangkah? Tepat saatnya kah? Keterbukaan yang diucapkan tepat waktu bagaikan buah apel emas di pinggan perak. Yesus pun di awal masa pelayanan-Nya di dunia, pernah beberapa kali melarang orang-orang menceritakan perbuatan-Nya. Ini menunjukkan bahwa tak semua keterbukaan bisa diungkap di sembarang waktu. Tak semua orang pula siap menerima keterbukaan. * Kejujuran memang kemutlakan, tapi harus diiringi kecerdikan. Keterbukaan lebih membutuhkan persiapan daripada sebuah kejujuran. * Banyak orang yang jujur kepada pasangannya. Tapi tak mau atau tak bisa terbuka kepadanya. Soal begini, pisau benar salah tak dapat dipergunakan. Karena beda pasangan, beda pula pemetaan. * Oh betapa indahnya bila kita bisa jujur kepada semua orang. Oh betapa nyamannya jika kita bisa terbuka kepada orang-orang yang sepatutnya kita terbuka. Kesalahan yang kerap terjadi, kita terbuka justru kepada orang yang tidak tepat. * Nyatalah, bahwa kejujuran itu beda dengan keterbukaan. Semarang, 1 September 2020 Setio Boedi
Kasih
Dengan sadar saat hendak menulis tema ini, ada peluang kemungkinan aku terperosok pada ungkapan-ungkapan alias penuturan-penuturan klise yang pernah Anda baca atau dengar tentang kasih. Karena tema ini sudah sangat banyak disampaikan dan oleh para pakarnya lagi. Entah itu dari Teologi maupun dari Psikologi, dan saya bukan keduanya. Tapi kalau Anda tetap mau melanjutkan baca, silakan. * Ada begitu banyak layer di dalam kasih yang bisa diungkap dan perbincangkan. Kali ini aku hanya pengin menyampaikan 3 hal dari yang banyak itu. 1. Kasih bukan hanya berani mengampuni tetapi juga meminta maaf Dua puluh tahun lalu suatu permasalahan pelik terjadi padaku. Bukan dengan orang yang jauh, tetapi justru dengan orang dekat. Senior dalam kerabat. “Kalau Boedi nggak meminta maaf kepadaku, aku nggak mendukung kegiatannya!” Kira-kira dia mengatakan itu. Apa sih kesalahanku saat itu? Sampai sekarang pun aku nggak tahu persis. Dengan usia yang masih muda, ketika itu aku sempat termanguAku konsultasi dengan sahabat rohaniku atau bisa dibilang guru rohaniku. “Apakah aku harus meminta maaf, yang nuraniku sendiri merasa tak melakukan kesalahan?” Kalau itu terjadi mengait orang yang jauh, saat itu mungkin kuabaikan. Tapi ini bersinggungan dengan orang dekat. Dan yang menarik guru rohaniku itu merespons,” Minta maaflah Boedi!” “Meski aku tidak bersalah guru?” “Iya, meski kamu tidak bersalah! Permintaan maaf itu sejatinya bukan semata pengakuan bersalah, tetapi mengait pula pada disalah pahami yang merusak suasana relasi! Beri kesempatan dia melihat kasihmu kepadanya!” Dengan sangat berat hati aku melakukan pesan guruku ini. Meminta maaf yang aku sendiri tak tahu kesalahanku sebenarnya. Tapi ternyata yang dulu terasa menyesakkan, kalau kutengok saat ini menjadi hal yang melegakan. Dan itu menjadi kenangan indah bagi perjalanan spiritualku. Membuka sudut pandangku, bahwa kasih itu memang harus siap mengampuni tanpa syarat kepada orang yang bersalah kepada kita. Tetapi kasih pun harus berani meminta maaf, apalagi kalau memang kita bersalah. Berapa banyak di antara kita yang gengsi untuk meminta maaf? Terutama kepada sesama yang dianggap tidak perlu kita melakukan permintaan maaf (walau kita bersalah). 2. Kasih itu bukan hanya memberi tetapi juga menerima Sesungguhnya menerima pemberian orang lain dengan lapang dan gembira hati pun bagian dari sikap hati yang mengasihi. Apalagi bila itu pemberian dari orang yang kita anggap lebih sederhana dari kita. Aku sangat berterima kasih dan menikmati masakan ataupun snack pemberian PRT yang bila kebetulan dia bawa sepulang dari rumah di desa, meskipun barangkali kadang berbeda dengan cita rasa lidahku. Hatiku juga senang ketika suatu saat asistenku membawa sebuah mangga dari pohon mangganya di pekarangan. “Maaf Pak cuman satu ya…” “Nggak apa-apa. Terima kasih banyak. Aku senang kok!” Orang yang memberi sesuatu kepada kita, dan kita antusias meresponinya dengan gembira. Akan membikin hatinya bahagia. Kasih memang memberi. Tapi jangan lupa kasih pun rela menerima dari orang lain. Bukan hanya barang, tetapi juga diri. 3. Kasih itu bukan hanya kepada yang layak menerima Kalau pengin menguji kasih seseorang (termasuk nurani kita sendiri) kepada orang lain adalah kasih nyatanya (kita) kepada orang-orang yang sepertinya tak layak menerima kasih itu. Orang-orang yang seperti apa itu? Orang-orang yang selama ini seakan mengabaikan kasih kita. Orang-orang yang bukan hanya tidak berterima kasih kepada perbuatan kita kepadanya, tetapi justru membalasnya dengan keburukan. Bikin memeras hati. Kepada orang-orang yang seperti inilah, kemurnian kasih kita diuji. * Kasih yang besar itu ternyata mengalahkan: Cengli-cenglian, adil-adilan, ijir-ijiran bahkan pada tahap tertentu, pun mengalahkan bener-beneran. Apa jadinya, andai Tuhan sebelum melimpahkan kasih-Nya kepada kita, Dia memakai aturan cengli-cenglian terlebih dulu? Selamat pagi. Semarang, 30 Agustus 2020 Setio Boedi
Tiara, Mengapa Kau Menangis?
Tiara termangu. Dia berdiri di dekat pembaringan suaminya. Ranjang di ruang ICU yang paling jauh dari meja para dokter dan suster. Oleh Linda, Tantenya, dia dipeluk. Dirangkul. Diusap kepalanya. Sambil berbisik, “Yang kuat ya Tiara!” Baru saja dia melihat perjuangan para perawat untuk menyelamatkan David, suaminya dengan alat kejut jantung, ketika detak jantungnya berhenti. Tapi gagal. David akhirnya meninggal dunia. Sementara para perawat membereskan selang-selang monitor, ventilator, selang makanan, infus dan kateter yang masih melekat di tubuh David, Tiara diajak Linda melangkah menjauhi ranjang itu. Mengurus apa-apa yang perlu ditanda tangani dan diselesaikan guna proses keluarnya jenazah David. Usai tanda tangan beberapa lembar kertas, jasad David sudah siap dibawa ke kamar jenazah. * Dalam perjalanan ke ruang jenazah itulah, memori Tiara membongkar ingatan masa lalu. David adalah cinta pertamanya sejak SMA. Dan mereka pun sepakat untuk kuliah di kota yang sama, Jakarta. Betapa indahnya saat itu, bukan hanya menikmati kehangatan cinta tetapi juga bersama-sama melakukan kesepakatan-kesepakatan demi masa depan mereka bersama. Meski mereka belum menikah, mereka belajar mengelola keuangan bersama. Mengangsur rumah. Mencicil mobil. Semua untuk rencana berkeluarga. Meski orangtua termasuk orang berada, mereka pengin tidak terlalu menganggu orangtua. Tapi hidup memang tak bisa diduga. Tak lama dari pernikahan mereka di tahun 2007, tepatnya setelah bayi Sammy hadir di awal tahun 2009, David kepincut dengan perempuan lain. Kelak Tiara tahu nama perempuan itu, Nia! Akhirnya mereka minggat berdua. Kabarnya saat itu ke Kalimantan. Entah di kota apa. Sedang Tiara mengisi hari-harinya tetap di sini dengan air mata. Dia rawat dan besarkan Sammy sendirian, tanpa kehadiran Papanya. * Tekanan hidup sungguh sangat besar bagi Tiara. Memang biaya hidup tak masalah bagi Tiara, karena ditolong oleh orangtuanya, tetapi tatapan mata teman-teman, tetangga, di mal bahkan juga di gereja kadang membuat dia risih di hari-hari itu. Seakan mereka berkata, “Kenapa lelaki loe sampai pergi?” Bertahun-tahun dia menjalani hari-hari buruk. Yang entah tidak tahu berhentinya kapan…. Saat itulah dia berjumpa dengan seorang seorang guru spiritual yang baik. Yang banyak terjun melayani masyarakat marjinal. Suatu saat guru, yang dia panggil Pak Tua itu berkata, “Tiara hidup itu sejatinya belum tentu sesuai yang kita pikirkan. Kalau ada orang sehat, banyak duit dan semuanya lancar itu katanya berhasil! Belum tentu! Kalau ada orang sakit, miskin, menderita katanya hidupnya gagal! Belum tentu! Kalau ada orang kaya, hidupnya mewah katanya diberkati Tuhan! Belum tentu! Kalau ada orang yang terkena musibah, sengsara tiada henti katanya dilaknat Tuhan! Juga belum tentu! Di dunia ini hanya sebagian dari perjalanan. Belum selesai. Keberhasilan atau kegagagalan hidup orang, baru kelihatan jelas ketika masuk dalam alam kekekalan. Jusru itu dalam kefanaan dunia ini, jangan buru-buru berpikir bahwa orang yang selamanya pendosa akan jadi pendosa terus. Yang selama ini hidup benar, akan seterusnya dia menjauhi kejahatan! Semuanya itu belum tentu. Jadi yakinlah Tiara atas hidupmu. Jangan berpikir kamu sedang kena murka Allah sehingga kamu menjalaninya dengan berat. Kamu memang menderita ditinggal suami, tapi ini bukan akhir segalanya. Di depan kita semua belum tahu!” “Sepertinya ini Tiara!” ujar Linda membuyarkan lamunan Tiara. Tangan Linda menunjuk kamar jenazah. Di sana sudah hadir beberapa saudara Tiara. Baik saudara kandung dan saudara sepupu. Sementara kakak paling besar dari Tiara, yang banyak mengatur semua. Dengan handphone-nya dia menghubungi pelayanan jasa kematian yang akan menolong proses kedukaan. Dia juga menghubungi pihak gereja. * Sementara menanti kedatangan mobil jenazah yang akan membawa tubuh David ke rumah duka, Tiara termangu kembali. Merenungi kehidupannya. Apakah karena dia flegmatik dan David kholerik, sehingga bisa terjadi pernikahan seperti ini? Dia nrimo saja atas apa yang dilakukan David kepadanya. Ataukah karena terlampau besarnya cinta Tiara kepada David? Ah, nggak tahulah. Tapi memang ternyata cinta itu buta. Atau bahkan cinta itu bodoh? Tiara mengingat, ketika suatu pagi di tahun 2019 kemarin, David pulang. Tepatnya dipulangkan oleh Nia. Tiara ketemu Nia. Entah kenapa Tiara tak ada dorongan marah atau memaki, saat Nia berkata, “Kak mohon maaf. Ini Pak David minta pulang! Badannya memang kurang sehat. Di tas ini, ada semua rekaman semua pemeriksaannya dan obat-obatnya!” Setelah Nia balik, dia bingung mau ngomong dan bersikap bagaimana kepada David. Sudah sepuluh tahun berpisah, tanpa kabar sama sekali. Wajah David kurus sekali. Dan sangat tampak tidak sehat. Dia buka tas dan baca dokumen-dokumen yang ada. Hasil laborat, rontgen juga obat-obat yang ada dibaca dengan teliti. Ternyata sakit David sudah parah. Gula darahnya menjadi masalah pertama dan utama, lalu merembet ke ginjal, jantung dan paru. Esok harinya dia langsung membawa David ke rumah sakit. (Sammy bingung Mamanya pergi dengan siapa) Dan sejak hari itulah, David dirawat dengan intensif di rumah sakit. Diinfus! Pun sempat beberapa kali cuci darah. Yang mengejutkan, Tiara mau dan sempat beberapa kali memberi makan David. Sayang, seminggu terakhir kondisi David menurun sehingga harus masuk ICU. Dan hari ini dia berpulang. Hampir satu bulan dia dirawat di rumah sakit. Tak terasa air bening menetes dari kedua sudut mata Tiara. Dalam hati, dia berkata, “Ya Tuhan kenapa Engkau hanya memberi aku kesempatan sebentar bersama David?” Benarlah yang menyatakan bahwa cinta sejati itu menutupi segala sesuatu. Menutupi kesalahan. Air mata Tiara kian deras. Dia mengambil tisu dan mengelapnya. Linda berkata kepadanya, “Tiara, mengapa kau menangis? David bertahun-tahun membuat derita panjangmu bersama Sammy!” Tiara menjawab di tengah isak tangisnya, “Karena David tetap suamiku Tante! Seburuk-buruknya dia, David merupakan belahan jiwaku dan Papa dari Sammy!” Mobil jenazah datang. Air mata Tiara kian deras. Semarang, 20 Agustus 2020 Setio Boedi
BAK MELEMPAR BATU KE LAUTAN
Nyaris Purnama Nyaris purnama, bulan datang di langitku. Memancar terang di langit yang gelap. Berbinar ceria bak wajah perempuan pujaanku. Jangan keindahan bentuk dan sinarmu membuatmu lupa diri. Tengoklah benda kecil yang kelap-kelip di belakangmu. Bintang…, jauh… jauh sekali di angkasa, jauh dari kata pujian asmara. Sesungguhnya dia lebih besar darimu. Jangan hakimi dia hanya dari pancaran kelap-kelip cahayanya. Disepelekan “Anak kecil, masuk sana.” Masih terngiang di alam mayaku ucapan itu. Padahal sudah lima puluh lima tahun yang lalu. Seorang teman pernah menulis pernyataan kekecewaannya, “Menyakiti seseorang itu ibarat kamu melempar batu ke lautan, gampang banget… Tapi kamu pernah berpikir nggak? Seberapa dalam batu itu akan tenggelam di lautan?” Jawabku: “lima puluh lima tahun++.” Koko dan teman-temannya sepulang sekolah singgah di rumah papa. Tertawa terbahak-bahak, rasa ingin tahuku muncul dan ikut bergabung. Seorang teman koko mengatakan “penyepéléan” itu padaku karena aku masih kecil. Jangan Mau Direndahkan Paulus menasihati Timotius yang muda, agar jangan sampai karena kemudaannya Timotius direndahkan. Timotius mempunyai tugas berat, menghadapi pengajar sesat. Menjadi pelayan Kristus Yesus yang mengingatkan, memberitakan dan mengajarkan pokok-pokok iman dan ajaran sehat yang telah dihidupi Timotius selama ini. Lansia pun Tak Mau Direndahkan Saat ini aku sudah tidak muda lagi, tapi “penyepéléan” tetap masih bisa terjadi. Untuk itu aku akan berusaha menjadi teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam kesetiaan dan dalam kesucian, seperti nasihat Paulus pada Timotius yang muda, .”Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12) – (Simon NHK)
HASIL KERJA BERSAMA
Kemarin saya sempat melihat pekerja bangunan yang sedang bekerja di sebuah kompleks perumahan.Dari pembantu tukang, tukang dan mandor tukang, berjajar rapi walau tidak sama tinggi. Seorang mengisi èmbèr dengan adonan, diambil seorang tukang yang lain, kemudian dia mengoperkan ke rekannya yang berdiri di tangga, diterima rekan lain lagi yang berdiri di tengah-tengah antara tanah dan tujuan akhir. Yang di atas menerima dan menuang ke lubang kolom bangunan yang nantinya akan jadi salah satu penyangga bangunan rumah. Bekerjasama Tidak akan ada adonan bila tak ada yang menyiapkan dari bahan bangunan mentah menjadi siap dipakai. Yang menyiapkan tak bisa tinggi hati, karena tanpa teman-teman perantara adonan itu tak akan sampai ke atas. Yang mengeksekusi adonan di atas, yamg menuang ke lubang kolompun tak bisa meninggikan diri. Tanpa orang bawah dan orang tengah, dia hanya akan kelelahan dan kepanasan berdiri di atas. Bawah, tengah, atas, tak bisa mengatakan ini hasil kerjaku, karena memang ini hasil kerja bersama. Aduh … Sementara di sudut yang lain seorang pekerja berteriak kesakitan memegang tangannya yang berdarah. Rupanya akibat kurangnya kesepakatan diantara mereka berdua saat akan mengangkat anyaman besi untuk dirakit. Yang terjepit belum siap, yang mengangkat tanpa perasaan dengan sekuat tenaga: aduh … Organisasi Sebuah organisasi biasanya dikelola oleh beberapa orang yang menyandang jabatan berbeda: Ketua, sekretaris, bendahara, anggota. Akan ada yang mengaduh jika salah seorang diantara mereka bekerja tanpa memerhatikan yang lain. Sebaliknya akan mencapai hasil yang baik jika berjajar rapi walau tidak sama tinggi di jabatan maupun tugasnya. Bila hasil baik tercapai, penyiap adonan maupun si pengeksekusi tak dapat meninggikan diri, karena secara keseluruhan adalah hasil kerja bersama. Setelah rumah jadi, pemilik akan menikmati kenyamanan rumah, menikmati pujian dari para penikmat, “wih cekli tapi bakoh,” “wih tampak gagah,” dan “wèlèh apik nemen…” Pekerja Di mana pekerjanya? Di mana yang berdarah-darah? Mereka telah pergi mengerjakan rumah lain lagi, siap dilupakan dan memberikan pujian pada yang memiliki. Demikian juga dengan sebuah organisasi. Pemiliknyalah yang akhirnya memiliki pujian dan kebanggaan: “Kerja organisasimu, apik” Badan Pelayanan Siapa yang dilayani oleh badan ini? Kepada dialah badan memberikan yang terbaik agar kepada siapa badan melayani, dialah yang mendapat pujian. Aku sebagai salah seorang anggota pengurus Badan Pelayanan yang melayani Penyelamat jiwaku, Tuhan Yesus. Berusaha bekerjasama dan sama-sama bekerja dengan anggota pengurus yang lain untuk mencapai pelayanan yang menyenangkan-Nya. Tapi aku kadang tergoda merasa lebih penting dari anggota badan yang lain, mengklaim ini hasil kerjaku dan meninggikan diri. Tapi aku kadang juga tergoda kerja serampangan dan membuat anggota pengurus yang lain berdarah-darah, sakit hati, marah, … Dan parahnya aku kadang juga tergoda mengambil alih pujian yang harusnya bagi Dia yang kulayani. Ampuni aku Juruselamat jiwaku, Tuhan Yesus. (Simon NHK)
Pemeliharaan Tuhan
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Sehat-sehat dan tetap semangat. Syukur kepada Tuhan, kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memasuki dan menikmati hari terakhir di bulan Juli 2020. Hanya karena anugerah Tuhan semata, perjalanan hidup yang penuh warna di sepanjang bulan Juli 2020 telah mampu kita lewati dan esok kita akan memasuki hari baru di bulan Agustus 2020. Penyertaan Tuhan di hari-hari lalu kiranya semakin meneguhkan iman kita bahwa janji firman-Nya adalah ya dan amin, “… Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5b). Tuhan tidak hanya menyertai kita, tapi Ia juga memelihara hidup kita, karena Dia adalah Jehovah Jireh yaitu Tuhan yang menyediakan kebutuhan kita dan memelihara kehidupan kita seutuhnya; tidak hanya memenuhi kebutuhan rohani tetapi juga kebutuhan jasmani, karena Dia tahu bahwa kita memerlukan keduanya. Hanya kita harus ingat firman-Nya yang berkata, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33). Ketika Elia berada di sungai Kerit dalam masa kekeringan dan kelaparan, dengan cara-Nya yang ajaib Tuhan memelihara hidup nabi-Nya itu. “Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu.” (1 Raja-Raja 17:6). Coba kita simak Matius 6:11, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Ayat tersebut merupakan bagian dari Doa Bapa Kami. Sesungguhnya Tuhan Yesus hendak mengajarkan supaya kita tidak khawatir akan kebutuhan kita hari ini, apalagi mencemaskan apa yang akan kita butuhkan pada hari esok. “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:34). Ingatlah selalu kisah perjalanan hidup bangsa Israel ketika berada di padang gurun, bukankah mereka dipelihara Tuhan setiap hari dengan manna, roti dari surga yang disediakan bagi umat-Nya. Oleh karena itu “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6). Tuhan adalah sumber berkat, sumber segala-galanya bagi kita, maka dari itu marilah kita bergantung penuh kepada Tuhan hari demi hari. Yakinlah, jika Tuhan sudah membuka pintu berkat bagi kita tak seorang pun dapat menutupnya. Ingatlah! “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3:22-23). GBU & Fam. Better days are coming. (pg).
Terang Itu Bercahaya
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Sehat-sehat dan tetap semangat menjalani dan menikmati hidup yang Tuhan karuniakan kepada kita sampai hari ini. Tuhan memanggil kita untuk menjadi garam dan TERANG dunia. Saya sangat terkesan dengan sambutan dan kesaksian bapak Christopher Christanday (ayah alm.Giona dan Joel) dalam kebaktian Pemberangkatan Jenazah pada Rabu pagi 29 Juli 2020 di Tiong Hwa Ie Wan. Dia membaca dari Yohanes 1:1-5. Dia sangat menekankan agar kita sebagai orang percaya dapat bercahaya di dunia yang gelap. Tuhan berbicara kepadanya tentang cahaya dan bercahaya. Sesungguhnya sebagai orang percaya di dalam diri kita ada terang ilahi yang harus terpancar. Tugas kita bercahaya di tengah dunia yang diliputi kegelapan. Itulah panggilan hidup kita! “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” (Yohanes 1:5). Nah, sekarang coba bayangkan bila dunia ini gelap gulita, tanpa secercah cahaya sedikit pun. Pasti tidak akan ada kehidupan karena manusia tidak bisa melakukan apa-apa, dan tidak ada makhluk yang dapat hidup. Karena itu berfirmanlah Tuhan, “Jadilah terang. Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam.” (Kejadian 1:3-5a). Tuhan pun melengkapi dengan benda-benda langit: matahari, bulan dan bintang. Dengan adanya terang, makhluk hidup dapat bertumbuh dan ada kehidupan, manusia pun dapat melakukan aktivitasnya. Sungguh, semua orang membutuhkan terang atau cahaya. Memang, kita memiliki mata yang berfungsi untuk melihat, tetapi apabila tidak ada terang atau cahaya, mata kita pun tidak dapat berfungsi untuk melihat. Saat ini dunia masih diliputi oleh kegelapan rohani karena dunia telah dipenuhi oleh segala macam kejahatan dan dosa. Akibatnya banyak orang mata rohaninya menjadi buta sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran. Kegelapan inilah yang menuntun manusia kepada kematian kekal. Itulah sebabnya dunia sangat membutuhkan terang sejati. Adapun terang sejati itu adalah Tuhan Yesus kristus: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”(Yohanes 8:12). Dua ribu tahun silam Yesus menyinari dunia ini dengan terang-Nya yang ajaib. Segenap waktu, tenaga dan hidupnya Dia curahkan untuk melayani jiwa-jiwa dengan penuh kasih: mengajar, menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan orang mati. Bukan hanya itu, Ia pun rela menyerahkan nyawa-Nya, mati di atas kayu salib untuk menebus dosa segenap umat manusia. Kini Tuhan Yesus menyerahkan tongkat estafet itu kepada kita, anak-anak-Nya, untuk melanjutkan tugas-Nya menyinari dunia ini dengan terang surgawi. Tuhan Yesus bersabda, “Kamu adalah terang dunia. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:14, 16). Ingatlah! Tuhan Yesus adalah Terang Sejati bagi dunia! Saat ini Dia menyerahkan tugas-Nya sebagai TERANG kepada anak-anak-Nya, kepada kita semua. Kita diminta menjadi terang untuk bangsa-bangsa, “Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa,” (Yesaya 42:6). GBU & Fam. Better days are coming. (pg)