Sahabat, di Zaman Now, ketika sosial media menjadi raja, maka STATUS menjadi SESUATU, menjadi WOUW!. Maka tidak heran orang-orang yang mengutamakan kekinian dalam hidupnya akan memberlakukan filosofi bahwa kekayaan, status, dan jabatan adalah syarat untuk memperoleh kebahagiaan. Maka tidaklah mengherankan jika cukup banyak orang menghalalkan segala cara untuk memperoleh ketiganya.
Untuk lebih memahami topik tentang: “BUKAN Kekayaan, Status, dan Jabatan”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 49:1-21 dengan penekanan pada ayat 16. Sahabat, ada cukup banyak orang yang beranggapan bahwa kebahagiaan diperoleh ketika seseorang kaya raya, atau punya status sosial yang baik atau punya kedudukan tinggi. Namun tidaklah demikian menurut bani Korah dalam Mazmur 49.
Dalam Mazmur 49, Pemazmur mengungkapkan pemahamannya tentang kehidupan (ayat 2-5). Pertama, status semua orang itu sederajat di hadapan Tuhan (ayat 2-3). Orang yang hina, yang mulia, yang kaya, yang miskin, semuanya dipanggil untuk memperhatikan pesan dari firman Tuhan.
Kedua, semua orang tidak dapat menyelamatkan diri mereka sendiri dengan harta atau pun kekuatannya sendiri (ayat 8-10).
Ketiga, semua orang pada akhirnya akan mengalami kematian (ayat 11-15, 17-20).
Karena itulah, kekayaan sebesar apapun tidak dapat menghindarkan seseorang dari kematian.
Jika semua tampak sama saja dan harta kekayaan tidak dapat berdampak banyak bagi hidup kita, lalu apa yang dapat membuat kita berbahagia? Pemazmur menjawabnya di ayat 16, “Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku.” Itu artinya, kebahagiaan sejati tidak terletak pada banyaknya harta, bukan pula pada umur yang panjang, melainkan di dalam Tuhan yang menyelamatkan kita dari cengkeraman maut.
Pertanyaannya adalah, sudahkah Sahabat mengenal dan mengalami keselamatan yang terdapat di dalam Tuhan Yesus, Juruselamat dunia? Carilah kebahagiaan hidupmu bukan pada kekayaan materi atau kedudukan tinggi, melainkan di dalam Dia yang menyelamatkanmu jiwamu. Sesungguhnya, kebahagiaan sejati hanya ada di dalam Dia.
Sahabat, mulai sekarang, kita jangan lagi memfokuskan diri hanya untuk mencari kekayaan, status, dan jabatan. Apabila hal tersebut masih terjadi, kekayaan fisik kita mungkin saja semakin bertambah, namun pada saat yang sama, jiwa kita semakin miskin akan kehadiran dan relasi dengan Allah. Sadarilah bahwa Allah sajalah satu-satunya tempat kita bersandar.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Apa pernyataan Pemazmur dalam ayat 2-3?
- Apa pernyataan Pemazmur dalam ayat 8-10?
- Apa pernyataan Pemazmur dalam ayat 11-15?
- Apa makna pernyataan Pemazmur dalam ayat 16?
Selamat sejenak merenung. Sahabat, marilah kita berdoa, “Tuhan, mampukan aku untuk menyandarkan hidupku hanya kepada-Mu saja.” (pg)