Saudaraku, ada banyak kisah tentang orang-orang yang berjuang dalam iman percaya saat mereka memilih mengikut Yesus. Kadang mereka harus bertaruh nyawa dan juga kehilangan kepercayaan dari orang sekitarnya. Ternyata Kristus sudah memberikan perhatian terhadap situasi ini dan bahkan Injil Yohanes mencatatnya dengan sangat indah sehingga para pengikut-Nya dapat belajar dari-Nya, mari kita renungkan Yohanes 16:1-15.
Injil Yohanes memiliki keistimewaan dimana sang penulis memberikan fokus khusus kepada mandat-mandat terakhir Yesus, yang tidak terdapat di Injil yang lain. Wejangan Yesus di akhir hidup-Nya sengaja dituliskan lebih detail oleh penulis Injil Yohanes agar para pembaca Injil ini bertahan di tengah tantangan yang hampir sama dengan situasi para murid yaitu ketidak percayaan terhadap kemesiasan Yesus yang pada akhirnya berdampak buruk pada para pengikut-Nya.
Pesan-pesan terakhir itu sangat relevan bagi para pengikut Yesus dari masa ke masa, bahkan di era digital ini. Sejak dulu ada begitu banyak orang yang meragukan kemesiasan Yesus hingga berdampak pada pengikut-Nya dan memaksa mereka berhadapan dengan pemerintah dan orang yang tak sejalan.
Pesan Yesus membuka sebuah kenyataan bahwa ada konsekuensi saat mengikut-Nya sebagaimana sejak awal dikatakan bahwa setiap orang yang yang mau menjadi pengikut harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus (Matius 16:24). Maka Yesus hendak menyatakan sebuah realitas bahwa mengikut Dia jauh dari jaminan kenyamanan sebagaimana banyak diajarkan pada masa kini (Injil Kemakmuran).
Namun demikian Yesus tidak melulu memberikan berita yang pahit dan tak menyenangkan. Dia menyatakan pada para murid bahwa akan datang Sang Penolong yang mendampingi para murid. Penolong ini akan menyatakan kebenaran pada dunia dan membuat mereka menyadari kesalahan mereka. tidak hanya itu saja Sang Penolong akan meneguhkan para murid tentang Yesus dan kebenaran yang disandang-Nya, yang menjadi hakikat-Nya. Yesus tak akan pernah membiarkan para murid sendirian dan menghadapi setiap konsekuensi pilihan imannya tanpa bimbingan dan dukungan dari-Nya.
Di masa digital yang makin terbuka dan penuh dengan tantangan, setiap umat Tuhan diminta untuk tetap berjuang dalam iman percayanya walau harus menghadapi diskriminasi dan sikap intoleran dari orang-orang yang tak memercayai kemesiasan-Nya. Dari kata-kata yang pedas hingga intimidasi fisik akan dialami umat Allah karena iman percayanya, namun janji Yesus jelas dan nyata: ada damai dalam tantangan yang dihadapi, karena Dia sudah mengalahkan tantangan itu (Yohanes 16:33).
Saudaraku, MARI TETAP BERTAHAN DALAM IMAN kepada Kristus dan TERUS BERJUANG dengan penuh percaya akan kekuatan-Nya. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)