Belajar dari Bunda MARIA

Belajar dari Bunda MARIA

Sahabat, ketika saya sedang menulis “Sejenak Merenung” ini, istri saya sedang bersiap-siap untuk menghadiri acara peringatan Hari Ibu tingkat RW.  Hari Ibu di Indonesia diperingati setiap tahun pada tanggal 22 Desember. 

Sejarah Hari Ibutidak terlepas dari Kongres Perempuan Indonesia. Penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu merupakan hasil dari Kongres Perempuan Indonesia ke-1 yang digelar pada 22-25 Desember 1928 di Ndalem Joyodipuran, Yogyakarta. Kegiatan tersebut diikuti oleh sebanyak 600 orang perempuan dari puluhan perhimpunan perempuan.

Untuk lebih memahami topik tentang: “Belajar dari Bunda MARIA”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Injil Lukas 1:26-38 dengan penekanan pada ayat 38. Sahabat, sejak dahulu orang yang hamil tanpa status pernikahan itu dianggap aib. Karena itu, siapa pun perempuan yang mengalaminya akan berusaha untuk menutupinya.  Bila ketahuan pasti mendapatkan sanksi sosial, dikucilkan, dan harus menanggung malu. Dalam budaya Yahudi tempat Bunda Maria hidup, hukumannya dirajam batu karena dianggap berzina. 

Karena itulah, ketika malaikat Gabriel datang kepadanya memberitahukan bahwa ia akan mengandung, Bunda Maria berkata, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi karena aku belum bersuami?”(ayat 34).  Ia pasti membayangkan betapa dahsyat hukuman yang akan diperolehnya. Ia pasti mengalami pergumulan yang berat. Tetapi ia tetap memilih taat atas berita tersebut. Simaklah responsnya, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (ayat 38).  Ia tidak menolak, tetapi menerima  sepenuhnya. Bunda Maria yakin bahwa Allah, yang kepada-Nya ia percaya, berkuasa menolong dan melindunginya.

Sahabat, setiap hari kita diperhadapkan pada pencobaan yang menuntut keteguhan iman. Kehormatan dan kehidupan dipertaruhkan. Tak sedikit orang yang ketika mengalaminya, imannya gugur dan meragukan Tuhan. Mereka takut direndahkan, takut kehilangan pekerjaan, takut dihukum, dan lain-lain. Karena itu, belajarlah dari kesetiaan Bunda Maria. Ia dengan keteguhan hati memilih taat kepada Allah walaupun terbayang risiko hukuman rajam yang harus diterimanya. Walaupun gentar, ia tetap memilih taat kepada Allah.

Orang yang setia kepada Allah akan memilih taat walaupun harus menanggung risiko yang dahsyat.

Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikan pengalaman hidupmu bersama Tuhan ketika Sahabat harus merespons panggilan hidup dari Tuhan. Selamat sejenak merenung. Selamat menyambut natal dengan penuh syukur dan pengharapan. Selamat memasuki dan menjalani tahun baru 2022. Tuhan memberkati. (pg)

Renungan Lainnya