NAZIR ALLAH. Sahabat, nazir berasal dari kata Ibrani nazir yang berarti ditahbiskan, yaitu orang yang dikhususkan untuk membaktikan diri bagi pelayanan Allah. Oleh sebab itu, seorang nazir diasuh dengan latihan rohani khusus. Sejak di dalam kandungan, baik ibu maupun si anak berpantang minum anggur atau minuman yang memabukkan, berpantang memakan makanan yang diharamkan, dan harus melakukan semua perintah Allah. Semua instruksi ini harus dilakukan demi menjaga integritas dan kekudusannya di hadapan Allah.
Pernyataan Yesus Kristus untuk berpantang minuman dari anggur (Matius 26:29, Markus 14:25, Lukas 22:18), menyebabkan adanya pandangan bahwa Yesus Kristus merupakan seorang Nazir.
Jadi, nazir adalah sebutan untuk orang-orang yang bersumpah hidup kudus untuk Tuhan, Allahnya. Hidup berpantang pada minuman berefek memabukkan, hidup berpantang pada makanan yang diharamkan, dan taat beribadat kepada Tuhan, Allahnya.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Hakim-Hakim dengan topik: Becoming A Nazarite of God in the Digital Age (Menjadi Nazir Allah di Era Digital). Bacaan Sabda diambil dari Hakim-hakim 13:1-25. Sahabat, bangsa Israel telah memasuki Kanaan. Namun, masuklah juga pendatang lain ke situ, yaitu orang-orang Filistin atau “orang-orang laut”. Dalam waktu singkat mereka menjadi ancaman bagi suku-suku Israel. Akhirnya, mereka pun menyerbu Israel dan memaksa agar Israel menyerahkan tanah mereka.
Masa sengsara itu dipandang sebagai teguran Allah atas kejahatan Israel. Meski begitu, Allah tetap peduli kepada umat-Nya. Ia membangkitkan seorang hakim yang akan membebaskan mereka, yaitu Simson. Malaikat Allah datang kepada seorang perempuan mandul dari suku Dan. Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan menjadi nazir Allah (Ayat 2-5)
Seorang Nazir pada masa itu terikat kepada sumpah untuk tidak meminum anggur. Sahabat, anggur berbicara tentang sesuatu yang nikmat. Seorang nazir, ia dengan sukarela menyangkali dirinya dari kenikmatan-kenikmatan hidup ini demi mengalami secara penuh kenikmatan sesungguhnya dari pengenalan akan Tuhan. Hal yang sama di dalam Perjanjian Baru ditemukan di dalam Efesus 5:18: “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.”
Yohanes Pembaptis merupakan seorang nazir di dalam Perjanjian Baru. Ia penuh Roh Kudus sejak dari kandungan ibunya. Ia tidak menjamah apa yang najis. Makanannya ialah belalang dan madu. Ia berjalan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang benar dan dengan demikian menyiapkan jalan bagi Tuhan (Lukas 1:17).
Sahabat, kisah kelahiran Simson membangkitkan harapan bahwa Allah akan membebaskan umat-Nya dari penindasan. Sejak dalam kandungan, banyak pengorbanan yang dilakukan olehnya dan keluarganya dalam menolak kenikmatan dan menjaga laku hidup.
Seperti halnya Simson pada zaman itu, saya percaya hari-hari ini pun Tuhan sedang membangkitkan suatu “generasi nazir” untuk maksud penyelamatan; suatu generasi yang akan menyelamatkan jutaan jiwa dari kalangan milenial di era digital.
Sahabat, mari kita bersyukur saat banyak orang hidup hanya untuk mengejar kesuksesan pribadi, masih ada orang-orang yang mempersembahkan hidup mereka bagi Allah, demi kepentingan umat-Nya dan dunia.
Mari kita bersyukur untuk orang tua yang mempersembahkan anaknya bagi gereja dan bagi mereka yang mendedikasikan hidupnya bagi kepentingan banyak orang.
Sahabat, menepati janji kita kepada Allah adalah kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan tersebut hanya bisa didapat karena relasi yang begitu dekat dengan Allah. Kita semakin mengasihi Allah, demikian pula sebaliknya. Kita mesti mengupayakan yang terbaik ketika menjalin relasi dengan-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenungan dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
Apa yang Sahabat pahami tentang nazir Allah?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Dari awal Tuhan sudah mempersiapkan kita untuk dipakai menjadi alat bagi kemuliaan-Nya. Tuhan mau kita menjadi terang dan garam bagi jiwa-jiwa. Kehidupan kita membawa dampak sehingga banyak jiwa dimenangkan. (pg)