Becoming A House of Prayer

Becoming A House of Prayer

RUMAH DOA. Orang percaya seharusnya menjadikan doa sebagai gaya hidup, karena doa itu ibarat nafas hidup orang percaya.  Apa yang terjadi bila kita tak lagi bernafas?  Tak bernafas berarti mati.  Orang yang tidak lagi berdoa berarti mengalami kematian rohani. 

Sahabat, luar biasa, Kristus bertindak tegas menguduskan Bait Suci karena Ia melihat Bait Suci telah disalahgunakan.  Bait Suci yang seharusnya menjadi tempat untuk beribadah dan berdoa malah dijadikan tempat untuk berjual beli.  Karena itu Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Suci, membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati  (Markus 11:15).  Kristus menegaskan,  “… Rumah-Ku akan disebut rumah doa …”  (Markus 11:17), tempat Roh Kudus hadir, tempat umat mempersembahkan segenap keberadaan hidupnya sebagai persembahan kepada Tuhan  (Roma 12:1). 

 
Sesungguhnya setiap orang percaya adalah bait Tuhan dan bait Roh Kudus  (1 Korintus 3:16).  Ketika orang percaya mendisiplinkan diri dalam hal berdoa ia akan semakin dibersihkan dan dikuduskan oleh Tuhan, dan semakin dipakai Tuhan untuk menjadi rumah doa. Becoming a house of prayer.

Hari kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “Becoming A House of Prayer”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 56:1-8 dengan penekanan pada ayat 7. Sahabat, dalam Markus 11:15-19,  Tuhan Yesus mengangkat nubuat nabi Yesaya untuk menekankan dan mengingatkan orang-orang yang ada di Bait Allah pada waktu itu: “… mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.” (ayat 7)

Dalam nubuatan tersebut, nabi Yesaya menyatakan bahwa Allah akan membawa mereka ke gunung Tuhan yang suci. Mereka akan dibawa ke gunung Allah yang kudus. Di rumah-Nya, di rumah doa-Nya, Tuhan akan memberi mereka kesukaan yang ceria. Di rumah-Nya, Allah akan memberi mereka kegembiraan dan sukacita.

Di sana, menurut nubuat nabi Yesaya, Tuhan Allah kita akan berkenan kepada korban-korban bakaran mereka yang dipersembahkan kepada-Nya. Di sana, Allah Bapa berkenan menerima persembahan korban-korban sembelihan yang mereka tujukan kepada Allah. Allah Bapa berkenan pada persembahan korban yang mereka persembahkan di atas mezbah-Nya. Pada waktu itu, Dia, Tuhan kita Yesus Kristus, menyatakan: “rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.”

Sejatinya, melalui Firman Tuhan Yesus ini tersirat maksud untuk memberi kita sebuah contoh bahwa rumah kita adalah rumah doa. Rumah tempat tinggal kita adalah tempat bagi kita untuk mengucapkan syukur, menyembah, memuji, memuliakan, memohon dan mengharapkan segala sesuatu kepada Allah.

Sahabat, kata rumah  tidak hanya berbicara tentang gedung atau bangunan secara fisik, tapi gambaran dari umat Tuhan itu sendiri atau keberadaan orang percaya. Tuhan menghendaki agar kita menjadi rumah doa.   Orang percaya  yang disebut sebagai rumah doa adalah orang oercaya yang kesukaannya berdoa, memuji dan menyembah Tuhan;  seorang yang memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan setiap waktu. Orang percaya yang kesukaannya bersyafaat bagi keluarga, gereja, tetangga, teman-teman, serta bangsa dan negaranya, bahkan dunia. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari Markus 11:15-17?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Punya hubungan yang karib dengan Tuhan berarti bukan hanya berbicara kepada Tuhan, tetapi kita juga harus bisa mendengar suara Tuhan. (pg)

Renungan Lainnya