Be Silent Before God

Be Silent Before God

BERDIAM DIRI DI HADAPAN TUHAN. Sahabat, berdiam diri di hadapan Tuhan akan membuat kita lebih mampu mendengarkan suara Allah. Pendengaran yang baik itu akan membuat kita sungguh mampu mengetahui kehendak-Nya. Persoalan manusia adalah begitu disibukkan dengan banyak suara sehingga tidak mampu lagi mendengarkan suara Allah. dan akhirnya terus bertanya-tanya dalam hatinya: ”Apa yang menjadi panggilan hidup saya?” 

Dengan berdiam diri di hadapan Tuhan, kita bisa memercayai-Nya dengan segenap hati. Dia tak perlu teriakan kita  supaya Dia bertindak membereskan kekacauan di bumi. Dia hanya butuh hati kita dan iman kita untuk menggerakkan surga terbuka. 

Saat kita datang dengan segenap hati kepada Tuhan, Dia akan menyatakan diri-Nya dan hadirat-Nya akan kita rasakan. Meskipun kondisi dunia saat ini seperti api yang menghaguskan dan menghancurkan, tapi mereka yang hidup di dalam-Nya  tidak akan terbakar. Tuhan itu ibarat aliran air hidup yang menyegarkan. Kita akan mengalami kelegaan di dalam Dia kalau kita datang, berseru dan fokus kepada hadirat-Nya.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Zakharia dengan topik: “Be Silent Before God (Berdiam Diri di Hadapan Tuhan)”. Bacaan Sabda diambil dari Zakharia 2:6-13 dengan penekanan pada ayat 13. Sahabat, ayat ke-13 dari bacaan kita pada hari ini mengajak kita untuk berdiam diri di hadapan TUHAN.  Pertanyaan kita sekarang adalah mengapa Zakharia mengajarkan kita untuk berdiam diri di hadapan Tuhan? Ada beberapa alasan mengapa kita harus berdiam diri di hadapan TUHAN, yakni: 

Pertama, untuk mengikuti teladan Kristus. Misalnya seperti dalam Matius 14:23, “Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ”. Markus pun mencatat hal senada, “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” (Markus 1:35)

Kedua, untuk mendengarkan suara Tuhan seperti yang dilakukan oleh Nabi Elia kala bertemu dengan Tuhan.Dalam kitab Habakuk 2:1 dituliskan juga hal serupa, “… aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku.” 

Ketiga, sebagai ekspresi penyembahan kita kepada Tuhan. Seperti yang tertulis: “Berdiam dirilah di hadapan Tuhan ALLAH! Sebab hari TUHAN sudah dekat….” (Zefanya 1:7). 

Keempat, sebagai ekspresi iman kepada Tuhan. Pemazmur menyatakannya sebagai berikut: “Hanya dekat Allah saja aku tenang dari pada-Nyalah keselamatanku” (Mazmur 62:2). 

Kelima, untuk mencari keselamatan dan pertolongan dari Tuhan. Seperti yang tertulis: “TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN” (Ratapan 3:25-26). 

Keenam, untuk memulihkan kekuatan jasmani dan rohani. Seperti yang tertulis: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian dan beristirahatlah seketika!” (Markus 6:31). 

Ketujuh, untuk belajar mengontrol diri. Seperti yang tertulis: “Jikalau ada seorang menanggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya” (Yakobus 1:26). 

Sahabat, karena itu, marilah kita berdiam diri di hadapan TUHAN sehingga kita dengar-dengaran panggilan suara-Nya sehingga kita dapat semakin hidup sesuai dengan panggilan kita masing-masing. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 11?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kita menjadi orang percaya hanya karena Tuhan telah memanggil. (pg).

Renungan Lainnya