Sahabat, siapakah di antara kita yang tidak menginginkan kelimpahan harta duniawi selama menumpang hidup di dunia ini? Sesungguhnya. Tuhan tidak melarang umat yang dikasihi-Nya untuk bekerja dan berusaha agar mendapatkan berkat kasih setia, kasih karunia dan anugerah-Nya. Tuhan juga tidak melarang umat-Nya bekerja dan berusaha untuk mengumpulkan uang. Tuhan juga tidak melarang kita untuk menjadi orang kaya.
Sesungguhnya yang perlu kita perhatikan dan cermati: Bagaimana CARA KITA MENDAPATKAN dan bagaimana CARA MENGGUNAKAN harta atau kekayaan kita? Demikian juga dengan masalah keberhasilan atau kesuksesan hidup. Kesuksesan hidup itu memang hak semua orang, tapi BAGAIMANA Kita Mendapatkannhya?
Untuk lebih memahami topik tentang: “BAGAIMANA Kita Mendapatkannya?” , Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 27:1-40 dengan penekanan pada ayat 30-38. Sahabat, sesungguhnya berkat Tuhan yang dapat dirasakan di sekitar kita berasal dari orangtua. Orangtua yang pertama kali melatih bagaimana kita berjalan, naik sepeda, berbahasa, berkomunikasi, dan sebagainya. Waktu kita sakit, merekalah yang merawat kita. Mereka membesarkan dan membiayai pendidikan kita agar kelak kita dapat mandiri dan dewasa.
Sahabat, Esau dan Yakub juga merasakan berkat Allah yang sama dengan manusia pada umumnya. Melalui Ishak dan Ribka, Esau dan Yakub tumbuh menjadi dewasa dengan bakat dan talenta masing-masing. Esau gemar berburu, sementara Yakub memilih di rumah untuk bercocok tanam dan beternak. Mestinya mereka berdua bisa saling melengkapi, namun sangat disayangkan Esau dan Yakub memiliki persaingan dalam hal ingin memiliki berkat yang paling banyak.
Kisah Esau dan Yakub penuh intrik dan dramatis. Setidaknya ada dua pertikaian yang terjadi di antara keduanya. Pertama, ketika Yakub dengan licik meminta hak kesulungan Esau dan menukarnya hanya dengan roti dan semangkuk kacang merah. Kedua, ketika Esau dipanggil Ishak dan akan diberkati sebagai anak sulung, sebelum Ishak mati. Namun, Yakub dengan bantuan ibunya, Ribka mendahului semua permintaan Ishak kepada Esau sehingga Yakublah yang diberkati Ishak, bukan Esau.
Perlu kita catat, dua kali Yakub mendapatkan keinginannya dengan cara curang; dengan tipu daya. Akan tetapi, akibat dari perbuatannya itu, Yakub harus pergi jauh dari rumahnya dan hidup dalam pelarian agar tidak dibunuh oleh Esau.
Sahabat, harta, jabatan, kesuksesan, dan banyak hal lain di dunia ini bisa membuat kita tergoda dan lupa diri, sehingga kita tidak lagi memakai akal sehat untuk memperolehnya. Sesungguhnya, setiap orang diberkati oleh Tuhan; berkat Tuhan tersedia bagi semua orang sehingga semestinya tidak ada yang berebut dan berbuat curang untuk mendapat berkat.
Raih dan nikmatilah berkat Tuhan dengan cara-cara yang Tuhan perkenan. Jauhkan diri dari perbuatan jahat, tipu daya dan kecurangan, sebab hanya akan mendatangkan celaka.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pelajaran apa yang Sahabat petik dari perenungan kita pada hari ini?
- Mengapa Yakub berani dan berhasil menipu Ishak, ayahnya? (Ayat 5-17 dan Kejadian 25:28)
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati kita: Jauhkanlah diri dari cara-cara curang, sebab hanya akan membawa kesenangan sesaat, tetapi bencana yang berkepanjangan. (pg).