KEKUASAAN. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan jika kekuasaan merupakan kemampuan individu atau sekelompok orang untuk menguasai individu atau kelompok lainnya yang didasarkan pada wibawa, wewenang, kharisma atau kekuatan fisik.
Sedangkan menurut Miriam Budiardjo dalam buku Pengantar Ilmu Politik (2015), kekuasaan merupakan kemampuan individu atau sekelompok orang untuk memengaruhi perilaku individu atau kelompok lainnya sesuai dengan yang diinginkan.
Dewasa ini, berbicara kekuasaan memang tak hanya terdapat pada satu sektor saja, tetapi terdapat pada banyak sektor, seperti sektor politik, sektor ekonomi, sektor suatu lingkungan, dan lain-lain. Kekuasaan itu secara umum diartikan sebagai sebuah kewenangan yang sudah dimiliki oleh individu atau kelompok untuk menjalankan sesuatu, baik yang bersifat wajib atau hanya hak saja. Oleh sebab itu, kekuasaan hanya sebagai pengertian atau pemahaman saja, jika tidak diterapkan atau dijalankan.
Kekuasaan yang telah dijalani oleh individu atau kelompok bisa ada yang memiliki dampak baik untuk lingkungan dan orang lain, serta ada juga yang memiliki dampak buruk terhadap lingkungan dan orang lain. Dengan kata lain, kekuasaan yang berada di tangan individu atau kelompok yang baik akan menghasilkan dampak yang baik juga, bahkan bisa memberikan manfaat untuk individu atau kelompok yang tidak memiliki kuasa. Semakin banyak orang yang memiliki kuasa tergerak hatinya untuk membantu orang lain, maka akan memberikan perubahan bagi kehidupannya.
Sahabaat, kekuasaan itu sendiri bisa berasal dari jabatan pribadi atau dari garis keturunan. Dalam hal ini, jabatan pribadi bisa didapatkan ketika menjabat suatu organisasi atau lembaga yang di mana seseorang itu menjabat sebagai ketua. Ketika menjabat sebagai ketua, sudah seharusnya untuk memikirkan bagaimana caranya untuk memajukan sebuah organisasi atau lembaga tersebut. Maka dari itu, seorang ketua atau pemegang kuasa harus memiliki wawasan yang luas, sehingga bisa menemukan berbagai macam cara agar organisasi atau lembaga yang dipimpinnya dapat berkembang.
Syukur kepada Tuhan, hari ini kita dapat belajar dari pasal terakhir dari kitab 1 Samuel dengan topik: “Authority Blinds Many People (Kekuasaan Membutakan Banyak Orang)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Samuel 31:1-13. Sahabat, kekuasaan adalah salah satu momok yang membuat seseorang dapat melakukan hal yang tidak diperkenan Allah. Persis, hal itulah yang terjadi pada Saul. Roh Allah sudah undur darinya dan membuatnya menjadi musuh Allah (1Samuel 28:16). Ia bahkan mencoba membunuh Daud, Raja Israel yang diurapi Allah (1Samuel 19:1). Ia masih terus berperang melawan bangsa Filistin sampai akhir hidupnya. Seolah-olah, ia masih merasa sebagai orang nomor satu di Israel.
Saul telah dibutakan kekuasaan. Ia tidak lagi peduli bahwa Roh Allah sudah pergi darinya. Ia beserta tiga orang anaknya (Yonatan, Abinadab, dan Malkisua) bersikeras untuk tetap maju berperang mengepung orang Filistin (Ayat 2). Saul lupa bahwa kekuasaan di Israel adalah milik Allah. Akibatnya, ia tidak berdaya melawan bangsa Filistin.
Sahabat, itulah yang terjadi dalam 1 Samuel 31. Pasukan Israel banyak yang akhirnya mati terbunuh (Ayat 1). Saul dan anak-anaknya dikejar (Ayat 2). Pertempuran semakin berat dan Saul pun terluka (Ayat 3). Akhirnya Saul terdesak. Perasaan frustrasi mendorongnya untuk meminta pembawa pedangnya agar menikamkan pedang kepadanya. Namun, si pembawa pedang tidak mau melakukannya. Saul pun memilih mengakhiri hidupnya dengan menjatuhkan diri ke atas pedangnya (Ayat 4). Saul, anak-anaknya, dan seluruh pasukannya mati terbunuh.
Orang-orang Filistin pun berpesta atas kematian Saul dan memenggal kepalanya. Sebuah akhir yang tragis bagi seorang Raja Israel yang telah dibutakan oleh kekuasaan.
Kekuasaan adalah salah satu cobaan yang tidak mudah bagi manusia. Sepanjang sejarah umat manusia, kekuasaan membuat banyak orang menjadi buta. Mereka rela membunuh satu dengan yang lainnya demi kekuasaan. Kita sampai lupa bahwa sumber kekuasaan datang dari Allah.
Sahabat, marilah kita bertekat agar jangan sampai dibutakan oleh kekuasaan. Kekuasaan yang Allah berikan hendaklah menjadi kesempatan bagi kita untuk melayani sesama dengan baik. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami tentang kekuasaan?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kekuasaan bukan untuk memuaskan ambisi kita, melainkan untuk mempermuliakan nama Tuhan. (pg).