Harga Bukan Dari Penampilan

Bacaan Alkitab: “Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: ’Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab AKU telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat TUHAN; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati’”. (1 Samuel 16:7) Bila ditanya tentang pelayanan yang paling berharga bagi TUHAN, kebanyakan kita akan langsung berpikir tentang pelayanan rohani di tempat ibadah yang biasa dilakukan; misalnya memimpin pujian, menyanyi dalam paduan suara, pemberitaan kabar baik pribadi, pelawatan, dan sebagainya. Padahal, sesungguhnya pelayanan yang dilakukan bagi TUHAN bisa lebih banyak bentuk dan luas cakupannya. Cerita tentang Dorkas membukakan wawasan kita tentang arti sebuah pelayanan. Alkitab Firman TUHAN tidak terlalu banyak memberi keterangan mengenai Dorkas. Ia hanya disebut sebagai seorang murid perempuan dari Yope (Kis. 9:36), yang memiliki nama lain Tabita. Namun, Alkitab mencatat bahwa ia adalah wanita yang banyak berbuat baik dan memberi sedekah, khususnya menjahit pakaian bagi para janda (Kis. 9:39). Jika dibandingkan dengan Petrus atau Paulus, nama Dorkas memang kurang populer. Pekerjaan yang dilakukannya pun tak sehebat murid TUHAN Yesus Kristus yang lain. Namun, apa yang telah dilakukannya berharga bagi TUHAN. Ya, inilah pelayanan yang berharga di mata TUHAN. TUHAN tidak menilai pelayanan dari seberapa banyak pelayanan yang telah dilakukan, tetapi dari sikap hati sang pelayan (1 Samuel 16:7). Melayani TUHAN, sekecil apa pun, bila diiringi motivasi untuk memuliakan TUHAN dan dilakukan dengan tulus hati, maka pelayanan itu berharga bagi-Nya. Sebaliknya, meski pelayanan kita tampak luar biasa tetapi tidak dilakukan dengan tulus atau didasari motivasi memuliakan diri sendiri, maka hasilnya tak akan berarti di hadapan TUHAN. Sudahkah pelayanan kita didasari motivasi yang murni dan dikerjakan dengan tulus ikhlas? ”Harga Bukan Dari Penampilan” Hikmat hari ini: Perbuatan sederhana yang dilakukan dengan tulus ikhlas, pasti menjadi berkat yang berharga di mata TUHAN dan sesama. Selamat memasuki hari baru hari ini, ”Sesepele bagaimana pun dilakukan dengan tulus ikhlas bagi TUHAN dan sesama memuliakan nama TUHAN.” Jesus Christ bless you (sp).

TIDAK MENURUNKAN PAMOR

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Bersyukurlah bila masih tersedia hari yang baru bagi kita. Semoga kita termasuk bilangan orang yang rendah hati, sebab Daud berkata orang-orang yang rendah hati akan makan dan kenyang serta Tuhan akan memahkotai mereka dengan keselamatan. Secara naluriah manusia ingin dipuji, diperhatikan, diprioritaskan, dihargai dan tidak mau direndahkan atau disepelekan.  Karena itu manusia cenderung meninggikan diri dan sulit merendahkan hati.  Di zaman  yang persaingan di segala bidang begitu ketat,  sangat sulit menemukan orang yang rendah hati, karena kebanyakan orang berpikir bahwa kerendahan hati itu identik dengan kelemahan, serta menurunkan pamor. Maka tidak mengejutkan  jika seseorang yang berhasil seringkali ia menjadi  lupa diri.  Ia merasa bahwa keberhasilan yang diraihnya itu merupakan hasil usahanya sendiri, karena kekuatan dan kehebatannya.  Bahkan para hamba Tuhan pun merasa bahwa keberhasilannya dalam pelayanan adalah buah dari kerja kerasnya sendiri, bukan karena campur tangan Tuhan.  Mereka lupa dengan ayat berikut ini:  “…di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”  (Yohanes 15:5b).  Alangkah baiknya memiliki pola pikir seperti Rasul Paulus yang menyadari bahwa dalam keadaan apa pun ia dapat bertahan karena kasih karunia Tuhan.  “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1 Korintus 15:10).  Pengakuan Paulus ini merupakan suatu kebenaran, bahwa setiap keberhasilan yang diraihnya bukan karena kesanggupan, kekuatan dan kemampuan yang ia miliki, tapi karena kasih karunia Tuhan yang menyertainya.  Karena itu tidak ada alasan bagi siapa pun untuk bermegah dan menyombongkan diri apabila saat ini berhasil dalam apa saja yang dikerjakan.  Roh Tuhan lah yang berperan besar dalam hidup manusia sebagaimana tertulis:  “… Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.”  (Zakharia 4:6).  Tidak ada yang patut dibanggakan dalam diri manusia, kita ini  “…tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?” (Yesaya 2:22). Jangan pernah membanggakan diri karena merasa kuat, pintar, gagah, kaya atau hebat! Coba kita renungkan pernyataan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.”  (2 Korintus 4:7) Ingatlah! Mata Tuhan senantiasa terarah kepada mereka yang rendah hati.  Sesungguhnya jika kita berhasil, itu bukan karena siapa kita, tapi karena Tuhan berkenan memakai kita. GBU & Fam. (pg)

Pilkada 2020

Bacaan Alkitab: ”Sesudah IA mengatakan demikian, terangkatlah IA disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-NYA dari pandangan mereka.” (Kis. 1:9) Komisi Pemilihan Umum (KPU) memastikan tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 telah dimulai sejak 15 Juni yang lalu. Untuk diketahui, Pilkada 2020 akan digelar di 270 wilayah di Indonesia meliputi 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Semula, hari pemungutan suara Pilkada akan digelar pada 23 September, namun akibat wabah Covid-19, tahapan Pilkada sempat dihentikan sementara. Tahap pemungutan suara akan jatuh pada 9 Desember 2020. Yang pasti terjadi, menjelang pemilihan umum, para juru kampanye beramai-ramai memaparkan janji politik calon pejabat yang diusungnya. Namun setelah terpilih, tidak sedikit pejabat yang ingkar. Alih-alih bekerja keras untuk mewujudkan janji kampanye, mereka malah mendayagunakan kekuasaan untuk memuaskan ambisi pribadi. Berbeda dengan Yesus Kristus, kenaikan-Nya ke surga membuktikan bahwa Ia menepati janji. Jika Ia tidak bangkit dari kematian, murid-murid punya alasan kuat untuk terus bersedih dan ketakutan setelah Guru mereka meninggal. Jika Yesus Kristus bangkit tetapi kemudian meninggal lagi, seperti Lazarus atau anak janda dari Nain, berarti Yesus Kristus hanya menunjukkan mukjizat ekstra (tambahan). Kenyataannya? Setelah bangkit dari kematian, Yesus Kristus naik ke surga disaksikan para murid-Nya (Kisah 1:9). Dengan demikian para pengikut-Nya tanpa ragu lagi mengetahui bahwa Ia sungguh-sungguh TUHAN yang hidup, Ia itu Penguasa atas kematian dan kehidupan (Kis. 1:11). Tak perlu kita ragu akan ke-Maha Kuasaan-Nya. Lalu, apabila Ia telah naik ke surga dan membuktikan bahwa Ia tidak sekadar mengobral janji, bagaimana sepatutnya kita menanggapi firman-Nya? Para malaikat yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus Kristus akan datang kembali, mengingatkan para pengikut-Nya untuk tidak hanya diam menatap langit (Kis. 1:10,11). Sebaliknya, mereka harus senantiasa siap sedia menyambut kedatangan-Nya dengan bertekun memberitakan kabar baik ini, Injil-Nya, dalam perkataan dan tindakan kasih yang nyata, supaya orang lain ikut mengalami janji-janji-Nya. Panggilan kita, sebagai orang percaya, adalah turut mengambil bagian dalam kelompok para pengikut-Nya yang terus-menerus bekerja dengan tekun, sampai Ia datang kembali sebagai Hakim Yang Adil. Hikmat hari ini: Jangan takut! Dia yang mengutus, Dia juga yang menyertai (Matius 28:20) Selamat memasuki hari baru hari ini. Tanda-tanda zaman sudah jelas bahwa Sang Hakim Yang Adil akan datang kembali, mari kita percayai-Nya. Jesus Christ bless you (sp).

SELALU DIINGAT OLEH TUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Semoga hari ini kita semua tersenyum lebar ketika Sang Mentari menyapa karena kita yakin bahwa HIDUP itu jauh lebih berharga daripada apa pun yang ada di dunia ini. Zaman terus berubah, pada waktu saya masih balita, para olahragawan, seniman dan para profesional  lainnya sudah sangat bangga dan senang kalau prestasi mereka dihargai hanya dengan medali, piala, dan atau piagam (sertifikat). Apalagi kalau bisa tercatat di Guinness World Records. Saat ini hal semacam itu sudah bukan zamannya lagi. Semua dinilai dengan uang. Yang diinginkan, diharapkan, dan dinantikan oleh mereka adalah “uang pembinaan”, “Hadiah Bagi Peraih Medali”, atau apa pun juga istilahnya, yang penting berupa uang. Semoga fenomena seperti itu tidak  melanda para pelayan Tuhan.  Kita mau melayani asalkan ada upah yang memadai atau beroleh penghargaan yang memadai.  Adalah tidak salah dan sah-sah saja menerima upah dan penghargaan karena jerih payah yang telah kita lakukan.  Namun jangan sampai besar/kecilnya upah yang kita terima menjadi tolak ukur kita dalam melayani Tuhan.  Jika upahnya besar kita akan bersungguh-sungguh, tapi jika upahnya sedikit (menurut ukuran kita) kita pun akan mengerjakannya dengan setengah hati.   Bukankah firman Tuhan menasihati,  “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”  (Kolose 3:23).  Ini berbicara tentang pekerjaan yang kita lakukan di segala bidang kehidupan, apa pun bentuknya, baik itu di rumah sakit, kantor, pabrik, sekolah, terlebih-lebih di ladang Tuhan. Ingatlah, Tuhan itu bukan manusia yang bisa saja lupa, menutup mata dan mengecewakan sesamanya, tapi Tuhan adalah satu Pribadi yang tidak pernah lupa dan menutup mata  terhadap apa yang telah kita kerjakan dan berikan.  Pelayanan, pekerjaan dan perbuatan kasih yang kita lakukan demi kemuliaan nama Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama tidak ada yang luput di pemandangan mata-Nya dan tidak ada yang tidak Ia perhitungkan.  Tidak ada yang sia-sia!  Rasul Paulus mengingatkan kita semua pada hari ini, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”  (1 Korintus 15:58).  Dalam hal ini rasul Paulus tidak hanya berteori tapi ia telah memberikan teladan hidup bagi kita semua.  Dalam melayani Tuhan ia tidak pernah mengeluh, bersungut-sungut, apalagi sampai hitung-hitungan untung-rugi.  Meski diperhadapkan dengan banyak ujian ia tetap memiliki roh yang menyala-nyala bagi Tuhan.  Inilah komitmennya,  “…bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.  Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah…” (Filipi 1:21-22). Pengalaman hidup saya bercerita bahwa Tuhan itu TIDAK MAU BERHUTANG KEPADA KITA. Tuhan itu tidak pernah lalai dan Tuhan itu tidak pernah tidur. Terlalu sedikit dan terlalu kecil apa yang telah saya  berikan dan kerjakan untuk Tuhan, jika dibandingkan dengan apa yang telah Tuhan anugerahkan kepada saya dan keluarga. Nah, apa yang dipercayakan Tuhan kepada Saudara saat ini?  Lakukanlah itu dengan setia.   Tujuan hidup kita adalah untuk memuliakan nama Tuhan.  Maka dari itu apa pun yang kita perbuat saat ini janganlah untuk menyenangkan hati manusia, namun untuk menyenangkan hati Tuhan.  Jangan sekali-kali berharap kepada manusia, tapi berharaplah hanya kepada Tuhan karena manusia sewaktu-waktu bisa mengecewakan, meninggalkan dan tidak menghargai apa yang telah kita kerjakan, tetapi Tuhan sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan kita. Ingatlah! “Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang.”  (Ibrani 6:10). GBU & Fam. (pg)

Harta Karun Terpendam

Bacaan Alkitab: “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu.” (Ulangan 6:6,7a) Beberapa hari lalu, saya membaca permenungan seorang sahabat dari grup sebelah, pak TAS, dan saya diberkati. Demikianlah kalimat berkatnya: ”Untuk menghadapi sebuah kontes piano, Roy berlatih dengan tekun selama enam bulan. Ternyata perjuangannya belum membuahkan hasil, ia kalah. Namun, hal itu tidak membuatnya kecewa. Karena sebelum mengikuti kontes, Roy memersiapkan diri bukan hanya untuk menerima kemenangan, tetapi juga siap gagal. Kebanyakan orang hanya bicara soal menang, menang dan menang, sehingga tidak siap gagal. Maka ketika kenyataannya gagal, terasa tidak menyakitkan, kegagalan bukan sebuah mimpi buruk”. Itulah sebuah ”Harta Karun Terpendam!” dapat menerima apa adanya dengan penuh rasa syukur tulus ikhlas! Setelah miliuner J.P. Morgan (pendiri General Electric) meninggal dunia, segenap keluarga berkumpul untuk membuka wasiatnya. Sebagian besar dari mereka mengira  isinya mengenai uang. Namun mereka salah. Berikut petikan wasiatnya: “Saya menyerahkan jiwa saya ke tangan Sang Juru Selamat (Tuhan Yesus Kristus, red). Saya telah ditebus dan disucikan oleh darah-NYA, sehingga DIA akan membawa jiwa saya tanpa cacat cela kepada BAPA SURGAWI. Karena itu saya minta agar anak-anak terus memertahankan dan menjalankan pengajaran mengenai penebusan sempurna oleh darah Kristus yang tercurah; dengan segala tantangan, risiko, maupun pengorbanan pribadi yang menyertainya.” Kebanyakan orangtua berpikir keras hendak mewariskan sebanyak mungkin uang bagi anak-anaknya. Namun, J.P. Morgan memberi kita pandangan yang berbeda. Sebagai warisan terutama dan termahal, Morgan lebih memilih mewariskan iman kepada Kristus bagi anak-anaknya. Segala bentuk harta benda-sebaik apa pun kita menyimpannya, dapat habis dan lenyap sekejap. Namun, iman kepada Kristus memberi hidup yang takkan layu. Mari kita mulai mewariskan iman semacam itu kepada anak-anak kita, mulai hari ini, yakni melalui pembicaraan yang berulang-ulang tentang firman Tuhan (Ulangan 6:7). Tentang Kristus yang menanggung hukuman dosa kita di kayu salib, agar kita memiliki hak untuk hidup kekal bersama-Nya. Itulah harta karun terpendam tak ternilai!” Niscaya warisan itu akan menjadi harta paling berharga, kapan pun anak-anak akan membuka surat wasiat kita. Di saat pandemi covid-19 seperti ini, tak tahu kapan kita berpulang, apa yang SUDAH kita wariskan? Hikmat hari ini: Uang dan harta memang berguna di dunia, namun hanya iman kepada Tuhan Yesus Kristus yang berguna di surga. Selamat memasuki hari baru hari ini, walau tetap kecil wujud fisik kita, tetapi beriman besar kepada Sang Juruselamat dunia. Jesus Christ bless you (sp).

KETIKA CORONA MELANDA

Selamat jumpa para pendukung Kristus, apa kabar? Sehat-sehat, tetap semangat dan kita senantiasa bisa bersyukur. Semoga  kita semua tetap yakin bahwa Yesus Kristus tetap sama. Ia Tuhan yang hidup dan Mahakuasa. Ia berkuasa atas alam semesta beserta sgenap isinya. Ia menjadi pemegang sejarah umat manusia. Dengan adanya pandemi virus Corona yang melanda seluruh dunia, banyak orang percaya yang bertanya-tanya, di mana Tuhan, mengapa Ia membiarkan virus Corona semakin meraja lela di mana-mana? Mengapa Tuhan tidak segera membasmi virus Corona supaya tidak semakin banyak manusia yang meninggal dunia dan semakin banyak manusia yang menderita? Kapan penderitaan, goncangan, kecemasan, kekalutan, dan tekanan karena virus Corona ini akan berakhir? Sampai kapan, Engkau membiarkan penderitaan umat manusia ini terus berlangsung? Keadaan manusia saat ini kian tertekan dan terjepit.  Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghadapi kondisi yang sangat sulit ini? Tentu  manusiawi jika banyak orang menjadi takut, khawatir dan tertekan.  Hari ini firman Tuhan menasihatkan agar kita bisa menjaga sikap hati dengan benar.  Jangan bersikap seperti orang dunia yang terus dihinggapi rasa takut dan khawatir karena Tuhan berjanji untuk menopang dan memlihara umat-Nya dari kesukaran yang ada.  Janji-Nya adalah ya dan amin, “Janji Tuhan adalah janji yag murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.”  (Mazmur 12:7).  Mari kita belajar dari Daud.  Mazmur pasal 13  merupakan ungkapan isi hati Daud saat ia mengalami pergumulan yang sangat berat.  Hari-hari Daud penuh kegelisahan karena ia terus dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhya.  Bisa dibayangkan betapa tidak tenangnya perasaan Daud karena dihantui oleh bahaya kematian.  Selain itu Daud juga harus menghadapi bani Amalek, suatu bangsa yang menjadi musuh bangsa Israel.  Daud benar-benar dalam tekanan yang hebat.  Wajar bila Daud sempat putus asa dan mengeluh kepada Tuhan, “Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus?  Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?  Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?  Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?”  (Mazmur 13:2-3). Terlihat sekali, dari  berbagai tuntutan Daud bahwa ia merasa sangat tidak sabar menanti jawaban TUHAN.  Tuhan seakan-akan bertindak sangat lambat, sementara persoalan datang bertubi-tubi dan cepat.  Demikian juga dengan kita,  lebih senang minta agar TUHAN dengan segala kuasa-Nya menghentikan segala persoalan yang kita hadapi saat ini. Kita sering lupa bahwa TUHAN juga sanggup memberikan kekuatan pada kita untuk menghadapi dan menang atas persoalan yang sedang kita hadapi saat ini.  Sekarang kita simak dan renungkan apa yang dikatakan Daud dalam Mazmur 13:6, “Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.” Kasih setia Tuhan sangat terlihat di dalam diri  Daud, bayangkan saja, berbagai bahaya yang semestinya terjadi di dalam dirinya, namun ia senantiasa luput dari itu.  Daud mulai sadar, ia melihat, ternyata TUHAN Allah yang dia sembah itu adalah TUHAN yang penuh kasih setia-Nya. Untuk itu maka respons yang ditujukan pada TUHAN adalah ia harus bangkit dari permasalahan dan kesulitan, bukan tenggelam dan terbawa arus. Hidup manusia begitu rapuh , bukan hanya rapuh tetapi hidup kita sekaligus begitu lapuk. Gampang rusak. Ia ibarat mutiara yang harus dijaga setiap saat.  Itu sebabnya tanpa kasih setia Tuhan maka semua itu tidak akan terpelihara dengan baik.   Pemeliharaan Tuhan sangat nyata di dalam diri Daud. Itu sebabnya imannya mulai terstimulasi, ia menjadi percaya. Bukan hanya itu, ia juga bersorak-sorak; karena penyelamatan dari Tuhan itu jelas dan nyata.  Seorang penafsir mengatakan apabila engkau bagkit kembali di dalam Tuhan maka engkau pasti akan bangkit pula dari keputusasaan hidup ini. Inilah yang dimaksud dengan hidup yang berkemenangan itu. Berkat rohani yang kita peroleh dari Daud hari ini ada tiga tahap. Tahap pertama,  bahwa sebagai manusia kita begitu rapuh dan lapuk. Itu sebabnya bila ada tekanan, kesulitan, persoalan, sakit, dan keputusasaan yang menimpa, kita lebih gampang protes dan bahkan marah.  Namun Tuhan kadang membiarkan itu berjalan terus di dalam hidup kita, hingga memasuki tahap kedua yaitu: Bukan berarti Ia meninggalkan kita, Ia mau kita benar-benar sadar bahwa kita butuh pertolongan dari yang berkuasa, dalam hal ini Tuhan. Memasuki Tahap ke tiga, ini merupakan tahap penentuan, ternyata Tuhan yang disembah memang benar-benar memiliki kuasa yang dahsyat. Ia sanggup memberikan kita kekuasaan dan kekuatan menghadapi berbagai persoalan yang sulit, dan bukan hanya itu. Ia juga membawa kita menuju kemenangan. Ingatlah!  “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak;…”  (Mazmur 37:5). GBU & Fam.  (pg)

BERSIKAPLAH SEBAGAI LAKI-LAKI

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Semoga sehat-sehat saja, semakin segar dan tetap antusias menyambut hari yang baru. Charles R. Swindoll berkata, “Kehidupan ini terdiri dari 10% apa yangterjadi dalam kehidupan kita dan 90% bagaimana reaksi kita terhadapkejadian itu.” Sebenarnya Swindoll mau berbicara bahwa respons yangpositif menjadikan kita dapat melakukan segala sesuatu dengan lebih baikdibandingkan dengan respons yang negatif. Hari ini saya mau mengajak Saudara untuk merenungkan seruan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, “Berjaga-jagalah! Berdirilah denganteguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!” Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!” (1 Korintus 16:13).  Sejak dulu laki-laki selalu diidentikkan sebagai makhluk yang kuat.  Secaraumum laki-laki memiliki sifat pemberani, tegas dan suka sekali tantangan, bahkan banyak laki-laki berprinsip pantang menangis supaya tidak dikatakan cengeng dan seperti perempuan.  Oleh karena itu rasul Paulus menyerukan agar setiap orang percaya bersikap sebagai laki-laki.” Apakah seruan Paulus tersebut hanya ditujukan kepada jemaat laki-laki?Apakah Rasul Paulus bersifat diskriminasi? Tidak! Seruan Paulus itu ditujukan kepada semua orang percaya tanpa terkecuali, baik itu laki-laki maupun perempuan.  “kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.”  (1 Korintus 1:2). Ada hal-hal positif yang dapat kita pelajari dari sikap seorang laki-lakiyang layak untuk diterapkan dalam kehidupan rohani.  Salah satunyaadalah hal keberanian.  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata berani memiliki arti sikap hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan dan sebagainya;  berani juga berarti tidak takut, tidak gentar dan tidak kecut hati.  Bukan hanya Paulus yang menasihati kita untuk bersikap sebagai laki-laki. Daud sebelum meninggal juga berpesan kepada Salomo, yang menerimatongkat estafet kepemimpinan, demikian,  “…kuatkanlah hatimudan berlakulah seperti laki-laki.” (1 Raja-Raja 2:2) Selain keberanian, sikap yang harus dimiliki oleh orang percaya adalah berjaga-jaga.  Berjaga-jaga berarti memiliki kewaspadaan, siap menghadapi suatu keadaan yang datang secara tiba-tiba atau di luar perkiraan.  Alkitab menggambarkan sikap berjaga-jaga ini seperti seorangpetugas jaga malam atau ronda, ia jharus punya keberanian karena sewaktu- waktu bisa datang pencuri atau orang jahat.  Bisa dibayangkan bila seorang penjaga malam memiliki sikap penakut, ia pasti lari tunggang-langgang untukmenyelamatkan diri sendiri atau bersembunyi ketika ada musuh datang! Seorang penjaga juga rela tidak tidur semalam suntuk agar situasi tetap amandan terkendali.  Sikap berjaga-jaga ini berbicara tentang kewaspadaan rohani, kesiapan untuk menghadapi segala kemungkinan terburuk sekalipun, ataucepat tanggap terhadap apapun.  Laki-laki juga identik dengan kekuatan.  Kata kuat berarti punya daya tahan, tidak mudah patah, tidak mudah goyah, tidak mudah terpengaruh, teguh dalam pendirian, teguh dalam iman.  Di tengah situasi yang tidak mendukung sekalipun setiap orang percaya diharapkan mampu bertahan, berdiri teguh dalam iman, tidak toleran atau kompromi dengan hal-hal yang menyimpang dari kebenaran Injil.  Karena itu  “…hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.”  (Efesus 6:10).  Ingatlah! Senantiasa berjaga-jaga dan mengandalkan Tuhan adalah kunci kekuatan bagi orang percaya! GBU & Fam. (pg)

APAKAH SAYA BOLEH MELIHAT KACA SPION?

Selamat jumpa para pendukung Kristus, apa kabar? Semoga sehat-sehat, semakin segar dan tetap semangat menyambut hari yang baru yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Saya yakin setiap orang punya momen-momen yang indah dalam hidupnya yang tidak mudah untuk dilupakan. Seindah bagaimana pun juga itu sudah menjadi masa lalu. Sesekali kita boleh mengingatnya, tapi jangan terlalu lama, karena konsentrasi kita harus tertuju kepada perjalanan ke masa depan. Ingatlah, kaca depan mobil itu jauh lebih besar ketimbang kaca spion. Waktu kita lebih banyak untuk melihat ke depan, hanya sesekali dan sebentar saja kita melihat ke belakang melalui kaca spion. Kita memang harus melupakan masa lalu, tetapi kita tidak boleh melupakan Tuhan. Mari kita ingat-ingat nasihat Rasul Paulus pada hari ini, “…tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,”   (Filipi 3:13). Seringkali manusia begitu gampang melupakan Tuhan, apalagi saat keadaan mereka baik dan menyenangkan, seperti yang dikatakan:  “…umatKu melupakan Aku, sejak waktu yang tidak terbilang lamanya.”  (Yeremia 2:32b).  Namun sesungguhnya yang harus kita lupakan adalah pengalaman pahit, kegagalan dan juga kesalahan-kesalahan di masa lalu.  Kita bisa belajar dari Rasul Paulus yang memiliki masa lalu yang hendak ia lupakan.  Sebelum “ditangkap” oleh Tuhan Yesus, Paulus yang sebelumnya bernama Saulus adalah penganiaya jemaat; ia sangat antipati terhadap orang-orang Kristen.  Namun sejak bertemu Yesus, hidup Paulus diubahkan.  Alkitab menyatakan;  “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:  yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”  (2 Korintus 5:17).  Itulah sebabnya Paulus bertekad untuk melupakan masa lalunya yang kelam. Sebagai orang percaya kita pun harus melakukan hal yang sama:  mengunci pintu masa lalu dan tidak mengingatnya lagi.  Adalah percuma memersalahkan diri dan terus-menerus, menyesali semua keadaan yang sudah terjadi.  Yang perlu kita lakukan adalah belajar dari keadaan itu dan bertekad untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Belajarlah dari keledai, dia tidak akan jatuh untuk kedua kali di lubang yang sama. Mari gunakan segenap kekuatan kita menuju keberhasilan bersama Tuhan.  Mungkin kita gagal di masa lalu, lupakan itu.  Pikirkanlah langkah di depan kita.  Jika kita senantiasa mengarahkan tujuan kepada Kristus, kita akan mengalami kemuliaan bersama-Nya.  Paulus telah melakukan banyak hal bagi Tuhan, tetapi dia tak menganggap dirinya telah mencapai semuanya.  Saat di penjara pun dia tetap ingin lebih mengenal Tuhan dan mengerjakan segala yang Tuhan ingin ia lakukan.  Ia tak pernah menghiraukan situasi dalam hidupnya, sekalipun penderitaan dan aniaya karena nama Tuhan harus dialaminya.  Mungkin ada diantara kita yang berkata,  “Aku bukan Paulus.  Aku tidak bisa seperti dia.”  Kita tidak perlu menjadi seperti Paulus! Tuhan ingin kita melakukan apa yang masih dapat kita lakukan bagi kemuliaan-Nya, jangan terpaku pada masa lalu! Hidup itu adalah kesempatan, tidak selamanya kesempatan itu tersedia bagi kita. Ingatlah! “…aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.”  (Galatia 2:20a). GBU & Fam. (pg)

Bersukacita! Lebih Menguatkan!

Bacaan Alkitab: “Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita.” (Filipi 1:4) WFH (Work From Home) bisa membuat hidup ini seperti dipenjarakan bagi orang yang sudah terbiasa bekerja, beraktivitas di luar rumah. Kita mengucap syukur oleh adanya pandemi Covid-19 saat ini, kita mendapatkan kesempatan emas, masih hidup, memasuki ”Era baru, New Normal, bak Habis Gelap Terbitlah Terang, dari kebiasaan di hidup lama ke kebiasaan hidup baru”. Mari kita bersukacita karena ini hari bahagia (lagu). ”Bersukacita Dengan Tulus Ikhlas, Itu Pilihan! Lebih Menguatkan Antibodi!* Sebuah kutipan bijak mengatakan, “Pergumulan dan penderitaan tak dapat dihindari, tetapi kesedihan adalah pilihan.” Ya, ada banyak alasan yang membuat kita tidak dapat bersukacita, tetapi sebenarnya sukacita tidak ditentukan oleh kondisi di sekeliling kita, tetapi dari dalam hati nurani. Dalam situasi terburuk pun, sebenarnya kitatetap dapat bersukacita, tergantung apakah kita memilih untuk tetap bersukacita atau larut dalam kesedihan. Mengawali suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus berkata bahwa ia sedang bersukacita dalam doanya (Filipi 1:4). Apa yang membuat Paulus bersukacita? Hidup yang nyaman? Dalam kondisi apa ia berkata demikian? Bacaan kita menunjukkan bahwa Paulus mengatakan hal ini saat ia berada dalam penjara yang begitu gelap dan dingin! Penjara boleh memenjarakan tubuhnya, tetapi tidak dapat memenjarakansukacita dalam hatiinya! Andaikan Paulus memilih untuk bersedih hati, maka kekuatannya hilang, dan pengabaran Injil Tuhan Yesus Kristus pun akan berhenti. Namun, Paulus bersandar kepada kekuatan Tuhan Yesus Kristus yang menolongnya untuk tetap bersukacita; sehingga ia dapat melihat arti penderitaannya, terus memikirkan kemajuan pengabaran Injil-NYA, dan mendoakan kesetiaan rekan-rekannya di luar penjara (Filipi 1:9-11)! Apakah pergumulan dan penderitaan merebut sebagian besar sukacita kita? Apakah masalah dalam pekerjaan, pelayanan, studi, bahkan keluarga, telah membuat kita menjadi anak Tuhan yang lupa untuk tertawa karena sukacita? Pilihan untuk terus bersedih tak akan membantu sedikit pun, sebaliknya akan membuat kita pesimis dalam memandang hidup, bahkan memperpendek umur di hidup kita. Mari kita memohon pertolongan Tuhan untuk ”dapat bersukacita dalam segala keadaan!” Hikmat hari ini: ”Penderitaan boleh membuat kita seakan-akan dipenjarakan, namun sesungguhnya kesedihan tak dapat memenjara sukacita kita di dalam Tuhan Yesus Kristus” Selamat memasuki awal minggu ini, “Sukacita itu JOY (Jesus first, Others, Yourself)” Jesus Christ bless you (sp).