DOA DI WAKTU PAGI

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena Tuhan telah memberikan pagi yang baru kepada kita. Sahabat, pada waktu saya masih anak-anak, untuk membangunkan saya di pagi hari, mami sering berkata, “Ayo bangun! Jangan kesiangan! Kalau kamu malas dan bangunnya kesiangan nanti rezekimu akan dipatok ayam!” Kalau ingat ucapan tersebut, kadang saya tersenyum sendiri. Tapi saya bersyukur, saya menjadi terbiasa bangun pagi sampai saat ini. Sahabat, berdoa adalah hal terpenting dalam kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus!  Sebelum menyatakan diri-Nya dan menjalankan misi yang dipercayakan Bapa kepada-Nya, Tuhan Yesus terlebih dahulu menarik diri di padang gurun untuk berdoa dan berpuasa selama 40 hari 40 malam lamanya.  Karena Dia mempersiapkan diri melalui doa dan puasa, maka  Tuhan Yesus mampu mengalahkan segala tipu muslihat Iblis yang sejak awal ingin menggagalkan misi-Nya  (Matius 4:1-11).  Begitu juga selama pelayanan-Nya di dunia,  Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus seringkali pergi menyendiri untuk berdoa.  Bahkan, hingga saat-saat terakhir hidup-Nya di kayu salib, Tuhan Yesus pun masih berdoa, bukti nyata bahwa Dia memprioritaskan doa.Dalam Injil Markus 1:35 dinyatakan,  “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.”  Yesus sebagai Tuhan,  tahu benar apa yang akan Dia lakukan di hari itu. Dia tahu apa yang bakal terjadi dalam hidup-Nya pada hari itu. Ternyata Dia bangun lebih awal dan langsung berkomunikasi dengan Bapa-Nya,  mohon bimbingan-Nya untuk melakukan misi-Nya dalam dunia ini. Kata “Marilah kita ke tempat lain” (Markus 1:38) adalah ungkapan Yesus setelah Dia berdoa. Itu berarti Allah Bapa yang membimbing dalam perjalanan hidup dan pelayanan Yesus. Sungguh, kehidupan Yesus di dunia ini dapat menjadi panutan bagi kita, orang-orang yang percaya kepada-Nya. Kita adalah makhluk yang lemah dan serba terbatas, yang tidak tahu apakah yang akan kita lakukan berdampak baik atau buruk dalam kehidupan. Kita juga tidak tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita selanjutnya. Karena itu, berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Sang Pemilik Kehidupan merupakan keniscayaan. Sahabat, membangun persekutuan dengan Bapa, melibatkan Bapa dalam setiap kehendak dan rencana-Nya adalah kunci keberhasilan pelayanan Yesus.  Meski selalu menjadi incaran banyak orang yang memusuhi dan berusaha menjatuhkan-Nya, Dia mampu menguasai diri-Nya dan tetap tenang karena Dia selalu menempatkan doa sebagai hal yang utama,  “Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.”  (1 Petrus 4:7-b).  Selama 3,5 tahun pelayanan-Nya di bumi Yesus bukan hanya mengajar murid-murid-Nya secara teori tetapi juga secara praktis tentang pentingnya berdoa! Ingatlah! Sahabat, doa  di waktu pagi, sebelum melakukan segala aktivitas, merupakan tindakan strategis untuk merancangkan kegiatan yang hendak kita lakukan sepanjang hari itu. Doa di waktu pagi merupakan saat kita menata hati, waktu, pikiran, keuangan, dan tahapan yang akan kita lakukan. Jadi, begitu bangun tidur, bersyukur dan berdoalah! Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan Yesus hidup, maka Dia berkuasa untuk menyelamatkan hidup kita. Selamat Paskah. (pg)

KEPUASAN, KEAMANAN, dan KEYAKINAN (3)

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena masa depan sungguh ada dan harapan kita tidak akan hilang. Sahabat, ketika pandemi Covid-19 berkepanjangan, ada cukup banyak orang yang pesimis dengan masa depannya. Khususnya para milenial, mereka pesimis dengan masa depan pendidikannya. Kita perlu tetap yakin dengan janji Tuhan, bahwa Dia tetap berjalan bersama dengan kita melewati masa pandemi ini.  Sahabat, Mazmur 23:1-6 memberikan satu gambaran yang sangat indah dan sangat akrab antara Tuhan dan sang pemazmur, raja Daud. Tuhan sebagai gembalanya dan Daud menempatkan dirinya sebagai domba-Nya. Dari Mazmur 23 kita akan belajar 3 (tiga) hal  mengenai apa artinya memiliki hubungan dengan Tuhan sebagai gembala kita. Yang pertama, menikmati kepuasaan. Yang kedua, menikmati keamanan. Yang ketiga, menikmati keyakinan. Yang pertama dan kedua sudah saya kupas dalam dua hari berturut-turut, hari ini saya ajak untuk mengupas yang ketiga, menikmati keyakinan. Sahabat, pada ayat 5-6, Daud berkata, “Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” Sahabat, di bagian akhir dari Mazmur 23,  Daud mengutarakan keyakinannya dengan penuh percaya diri  akan masa depannya bersama dengan Tuhan. Mengapa Daud bisa begitu yakin  akan masa depannya? Bukankah dia baru saja melewati lembah kekelaman? Perhatikan di ayat ke-6 Daud berkata bahwa kebajikan dan kemurahan belaka yang akan mengikutinya. Menarik sekali, karena di sini Daud tidak mengatakan bahwa  dia akan selalu mengikuti Tuhan, tetapi di ayat ke-6 Daud berkata bahwa kebajikan dan kemurahan Tuhanlah yang akan mengikutinya, yang akan mengejarnya. Sahabat, keyakinan Daud akan hari esoknya bukan ia dasarkan kepada kemampuan dia sendiri tetapi didasarkan kepada kemurahan Tuhan. Satu gambaran yang sangat indah sekali karena Daud bisa yakin bahwa masa depannya bukan ditopang oleh kemampuan dia sendiri, tetapi ditopang oleh Tuhan. Ini adalah suatu kelegaan. Sumber keyakinan kita akan masa depan di dalam Tuhan itu aman karena itu datang dari Tuhan. Dialah yang akan menuntun kita. Kebaikan dan kemurahan-Nya akan mengikuti kita sepanjang hidup. Ingatlah! Sahabat, tidak ada yang pasti di dalam kehidupan ini. Kesehatan bisa datang dan pergi kapan pun. Harta datang dan pergi dalam sekejap mata. Satu hal yang pasti sebagai anak-anak Tuhan, kita bisa yakin bahwa masa depan kita itu pasti di dalam Tuhan. Tuhan kita adalah Allah Pencipta langit, bumi dan segala isinya, tahu segala hal yang kita alami. Apa yang kita sedang rasakan saat ini, apa yang kita rasakan besok, apa yang akan terjadi di masa depan, Tuhan itu tahu. Apabila kita memiliki gembala seperti itu, kita bisa yakin sama seperti Daud, yakin masa depan itu sungguh ada. Kita bisa yakin setelah melewati lembah kekelaman, kita akan dibawa Tuhan ke padang yang berumput hijau dan air yang tenang. (pg).

KEPUASAN, KEAMANAN, dan KEYAKINAN (2)

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita mempunyai Tuhan, Sang Batu Karang yang teguh. Sahabat, keamanan merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia. Maka  ketika kita mencari rumah untuk tempat tinggal, salah satu faktor yang menjadi pertimbangan adalah masalah keamanan. Sahabat, Mazmur 23 memberikan satu gambaran yang sangat indah dan sangat akrab antara Tuhan dan sang pemazmur, raja Daud. Tuhan sebagai gembalanya dan Daud menempatkan dirinya sebagai domba-Nya. Dari Mazmur 23 kita akan belajar 3 (tiga) hal  mengenai apa artinya memiliki hubungan dengan Tuhan sebagai gembala kita. Yang pertama, menikmati kepuasaan. Yang kedua, menikmati keamanan. Yang ketiga, menikmati keyakinan. Yang pertama sudah saya kupas dalam renungan kemarin, hari ini akan saya ajak untuk mengupas yang kedua, menikmati keamanan. Sahabat, pada ayat 4, Daud berkata, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku;  gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” Di ayat ke-4,  Daud menggambarkan bayang-bayang maut sebagai suatu lembah kekelaman. Berjalan di lembah di antara dua bukit yang tinggi, ketika sinar matahari tidak bisa masuk ke lembah itu, gelap sekali, di sinilah para perampok siap menunggu. Di sinilah para binatang liar menunggu untuk memangsa domba-dombanya. Sebagai seorang gembala, tidak jarang Daud harus membawa domba-dombanya melewati lembah-lembah seperti itu. Ketika Daud  menulis ayat ini, dia tidak asing dengan  perasaan berada di ambang kematian. Mengapa? Karena ia juga  seorang raja, ia hidup setiap harinya di bayang-bayang maut. Setiap kali dia maju ke medan peperangan, ia tahu bahwa ada kemungkinan dia kembali tinggal nama. Sahabat, ada sesuatu yang sangat menarik  di ayat 4, walaupun Daud menggambarkan hidupnya di dalam lembah kekelaman, tapi dia tidak takut. Seperti seorang anak kecil yang takut masuk ke lorong yang gelap, anak itu akan merasa aman apabila ayahnya menuntun tangannya. Seperti itu juga kita sebagai anak-anak Tuhan. Daud bisa merasa aman karena tangan Tuhan, gada dan tongkat Tuhan yang menuntun dia, yang memegang dia langkah demi langkah melewati lembah kekelaman. Kita bisa merasa aman karena kita memiliki Tuhan sebagai gembala kita. Apakah Sahabat merasa aman di dalam Tuhan? Saya tidak tahu masalah apa yang sedang Sahabat alami saat ini, mungkin masalah sakit yang tidak kunjung sembuh, mungkin masalah keluarga, bisnis, pekerjaan, studi, atau lainnya. Banyak hal yang dapat membuat kita takut, bimbang, dan ragu. Di masa pandemi Covid-19,  semua serba tidak menentu dan terbatas, rasa gelisah, takut.dan ragu  pasti ada. Ingatlah! Sahabat, ketika kita sedang melewati lembah kekelaman, Daud mengingatkan  kita bahwa kita memiliki Tuhan yang akan selalu beserta kita. Tuhan tidak berjanji untuk melenyapkan bahaya itu. Tuhan tidak berjanji untuk meniadakan lembah kekelaman. Tetapi  Tuhan berjanji  akan beserta dengan kita,  berjalan bersama kita untuk melewati lembah kekelaman. Perasaan aman ini datang karena kita memiliki gembala yang baik yang tidak akan meninggalkan domba-domba-Nya. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk membuat kita merasa aman. (pg)

KEPUASAN, KEAMANAN, dan KEYAKINAN (1)

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat, tetap semangat dan selalu bersyukur. Sahabat, mungkin ada diantara kita yang mengenal novelis asal Banyuwangi yang bernama Intan Andaru. Dia lahir di Banyuwangi pada 20 Februari 1990. Namanya dikenal secara luas melalui karyanya berupa novel, cerita pendek, dan puisi yang dipublikasikan di sejumlah surat kabar. Selain menekuni dunia tulis menulis, Intan juga berprofesi sebagai dokter yang kemudian mendorongnya menuliskan fiksi dengan mengangkat tema kesehatan. Intan menerbitkan buku pertama berupa kumpulan cerpen tentang penderita HIV/AIDS. Dia memilih bekerja sebagai dokter PTT di RSUD Asmat-Papua sambil menyelesaikan riset untuk penulisannya novelnya. Sahabat, Mazmur 23:1-6 adalah sebuah lagu yang ditulis oleh seorang raja bernama Daud. Dia adalah seorang raja di Israel. Sebelum menjadi seorang raja, Daud  dulunya adalah seorang gembala domba. Jadi tidak heran apabila di mazmur tersebut dia menulis hubungan antara Tuhan dengan anak-anak-Nya yang diibaratkan seperti seorang gembala dengan  domba-dombanya. Lalu apa  tugas seorang gembala di zaman itu? Menjaga dan memberi makan domba-dombanya. Seorang gembala memiliki tugas untuk membawa kawanan domba-domba  dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari sumber air dan  makanan yaitu rumput yang hijau. Dalam perjalanannya tidak jarang sang gembala harus berhadapan dengan binatang-binatang liar dan buas, seperti serigala, singa dan beruang. Sang gembala juga harus siap melindungi domba-dombanya dari serangan para perampok yang mungkin ingin merampas kawanan dombanya. Sahabat, Mazmur 23 memberikan satu gambaran yang sangat indah dan sangat akrab antara Tuhan dan sang pemazmur, raja Daud. Tuhan sebagai gembalanya dan Daud menempatkan dirinya sebagai domba-Nya. Dari Mazmur 23 kita akan belajar 3 (tiga) hal  mengenai apa artinya memiliki hubungan dengan Tuhan sebagai gembala kita. Yang pertama, menikmati kepuasaan. Yang kedua, menikmati keamanan. Yang ketiga, menikmati keyakinan. Pertama, menikmati kepuasan (ayat 1, 2, dan 3). Daud merasa puas karena ia memiliki Gembala yang menuntunnya di dalam kebenaran. Daud berkata bahwa Tuhan menyegarkan jiwanya, menenangkan jiwanya. Perasaan segar yang dia rasakan di dalam jiwanya ketika ia memiliki Tuhan sebagai gembalanya. Ini adalah kunci kepuasan Daud, suatu kepuasan yang berpusat kepada hati yang disegarkan oleh kebenaran. Sahabat, satu sukacita yang didapat bukan dari materi, bukan dari prestasi, tetapi karena ia hidup dituntun oleh Tuhan di dalam kebenaran. Kita semua tahu, tidak peduli sebanyak berapa pun harta yang kita miliki, seberapa suksesnya karir kita, seberapa bahagianya keluarga kita, jiwa kita tidak akan bisa tenang dan puas apabila kita tidak hidup di dalam kebenaran Tuhan. Ingatlah! Sahabat, Alkitab mencatat ketika setiap kita jatuh ke dalam dosa, hati dan pikiran kita diikat sehingga kita selalu merasa tidak puas, tidak cukup, keinginan untuk mencari lebih dan lebih lagi. Tetapi kita harus belajar untuk hidup puas di dalam kebenaran Tuhan. Bukan hanya puas dalam kecukupan; bukan hanya puas dalam kesuksesan; tetapi puas dalam kebenaran. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara agar kita dapat menikmati kepuasan di dalam kebenaran. (pg).

BERDOA dengan tanpa JEMU

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena kita telah tekun berdoa. Sahabat, Judika (penyanyi dan salah seorang juri Indonesian Idol) dengan Duma Riris Silalahi (Runner Up Pertama Puteri Indonesia 2007) telah menikah pada tanggal 31 Agustus 2013. Mereka pacaran selama 7 tahun dan untuk mendapatkan restu dari orangtua Duma  membutuhkan waktu 5 tahun. Pernah ayah Duma mengirimi SMS kepada Duma yang berisi “ancaman”: Duma diminta untuk memilih antara Judika atau orangtuanya. Dari SMS tersebut Judika menciptakan lagu yang berjudul “Mama Papa Larang”. Orangtua Duma akhirnya memberikan restu setelah melihat keseriusan, kegigihan, dan kekonsistenan Judika. Doa, perjuangan, dan sikap pantang menyerah Judika tidak sia-sia, akhirnya Duma menjadi istrinya. Tahukah Sahabat  bahwa dalam berdoa pun dibutuhkan hal yang sama, maka Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang hakim yang tak benar yang tertulis di Injil Lukas 18:1-18. Sahabat, ada cukup banyak orang yang berdoa hanya sambil lalu saja, menjadikan doa sebagai alternatif diantara banyak alternatif lainnya untuk memperoleh apa yang diharapkan. Dijawab syukur, tidak dijawab ya sudah. Ada pula yang mencoba berdoa sebentar saja, tapi saat tidak langsung dikabulkan, lalu menuduh Tuhan tidak peduli atau bahkan Tuhan tidak ada. Doa dianggap sebagai sarana meminta yang harus dikabulkan, atau kalau tidak maka Tuhan jadi terdakwa dan dinyatakan bersalah. Seringkali kita berpikir bahwa doa adalah semata-mata tentang permintaan kita kepada Tuhan atau sarana kita meminta kepada Tuhan yang seketika itu harus dikabulkan.  Awal-awalnya kita berdoa dengan tekun karena menginginkan sesuatu dari Tuhan, namun begitu belum ada jawaban kepastian, kita pun langsung berubah sikap, tidak lagi berdoa secara intensif hingga akhirnya kita benar-benar mogok berdoa.  Perhatikanlah!  Doa sebenarnya bukan hanya sekadar kita berbicara dan menyampaikan keinginan kepada Tuhan, tetapi juga mendengarkan apa yang Tuhan mau dan inginkan dari kehidupan kita.  Di awal perikop yang kita gali saat ini, Tuhan Yesus berkata, “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.” (ayat 1)    Berdoa dengan tidak jemu-jemu artinya berdoa terus-menerus, tidak menjadi kendur dan tidak kehilangan semangat.  Kalau kita menyadari bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu kita, maka kita akan berdoa dengan tidak jemu-jemu  bagaimana pun keadaannya sampai kita melihat Tuhan bekerja dan menyatakan kuasa-Nya.  Kita berdoa kepada Tuhan dengan tidak jemu-jemu sebagai tanda bahwa kita sangat bergantung kepada-Nya dan menjadikan Dia sebagai satu-satunya Penolong. Sahabat, sesungguhnya di dalam doa terkandung unsur:  waktu, kesungguhan, motivasi dan juga iman.  Jujur kita akui bahwa sulit rasanya menerima suatu kenyataan bahwa waktu kita bukanlah waktu Tuhan.  Akibatnya kita tidak sabar dan tidak lagi tahan untuk terus berdoa! Doa bukanlah alat untuk memaksa Tuhan agar Dia melakukan apa yang kita inginkan. Doa merupakan suatu proses untuk menyadari kuasa dan rencana-Nya atas hidup kita. Melalui doa, kita menyerahkan hidup dan keadaan kita kepada Tuhan dan mempercayai-Nya untuk bertindak menurut waktu dan cara-Nya. Pada saat kita mengandalkan anugerah Tuhan, tidak hanya untuk jawaban dari permohonan kita tetapi juga untuk prosesnya, kita dapat selalu datang kepada Tuhan melalui doa, dengan mempercayai hikmat dan kepedulian-Nya bagi kita. Ingatlah! Sahabat, dorongan yang diberikan Tuhan untuk kita sangatlah jelas: “Teruslah berdoa dengan tidak jemu-jemu!”. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk memproses dan mendewasakan kita. (pg)

ALLAH Gunung Batuku

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat penuh syukur karena bagaimana pun keadaan kita, kita tetap beriman kepada Tuhan Yesus. Sahabat, sejak Sekolah Minggu sampai saat ini, salah seorang tokoh di Alkitab yang saya kagumi, Ayub. Dia kehilangan segala sesuatu, bahkan istrinya  pun meninggalkan dirinya. Ayub telah kehilangan segala-galanya. Dalam kesendiriannya tersebut, ia berhasil melewati pergumulan hidup dan bahkan dibenarkan oleh Tuhan. Sahabat, saya ajak untuk menggali berkat dari tulisan Asaf yang ada di Mazmur 73:1-28.  Asaf,  penulis banyak Mazmur, seorang kepala pemimpin pujian yang diangkat Raja Daud (1 Tawarikh 16:5).Seorang pemimpin musik di Bait Allah. Asaf sebagai seorang imam Lewi yang bertugas mengatur dan memainkan musik dan pujian di Bait Allah. Dia memainkan ceracap. Dalam Mazmur 73 terlihat betapa pemazmur mengalami pergumulan yang sangat berat dalam hidupnya.  Awalnya ia merasa kecewa dan cemburu bila melihat kehidupan orang-orang di luar Tuhan. Ia  memperhatikan kejayaan orang-orang fasik dengan banyak kemujuran (ayat 3-b), sehat-sehat (ayat 4), tidak mengalami kesusahan (ayat 5). Karenanya mereka menjadi sombong dan terus dalam kejahatannya (ayat 7-9), bahkan mengira Allah tidak mengetahuinya (ayat 11). Asaf, seorang yang berhati tulus dan mengandalkan Tuhan (ayat 13), mulai ragu akan imannya. Ia merasa kesetiaannya sia-sia belaka (ayat 13), dan ia nyaris tergelincir (ayat 2). Namun akhirnya Asaf memutuskan setia dan tetap mencari Allah (ayat 17), serta berpegang kepada-Nya, sekalipun banyak hal tak dipahaminya (ayat 22-23). Ia berserah pada tuntunan Allah yang membawanya pada kemuliaan (ayat 24). Ia sadar bahwa miliknya yang paling berharga adalah Allah yang kekal (ayat 25-26). Ia pun mengerti bahwa situasi makmur dan mujur yang mereka alami itu bersifat sementara, suatu jerat, karena mereka ada di tempat-tempat licin (ayat 18-a), serta akan berakhir dalam kehancuran dan kebinasaan (ayat 18b-20). Sahabat, sekarang saya ajak untuk memerhatikan ayat 26, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Jika kata hati digabungkan dengan kata daging  maka ketika kedua-duanya lenyap berarti manusia sudah tidak memiliki apapun, mengingat daging (fisik/tubuh jasmani) dan hati (batin/pikiran) sudah habis lenyap. Jadi  tidak hanya sekadar habis atau selesai, tetapi sampai benar-benar habis tuntas dan tidak dapat dipakai lagi. Itu merujuk pada sebuah kondisi manusia yang sudah tidak memiliki apa-apa lagi, baik secara fisik maupun hati/pikiran/perasaan. Jadi dalam bagian pertama ayat ini, Asaf sebagai penulis mazmur hendak melukiskan gambaran seseorang yang sudah tidak punya apa-apa lagi. Secara fisik ia tidak punya harta, uang, kekayaan, rumah, ternak, dan lain sebagainya. Secara non fisik, perasaannya hancur, hatinya berduka, merasa terbuang, tertolak, dan nyaris tanpa pengharapan. Mungkin orang-orang di sekitarnya juga mencemooh dan meninggalkannya. Akan tetapi, Asaf menulis bahwa sekalipun hal tersebut terjadi, Allah tetap menjadi gunung batu (kekuatan) dan bagiannya selama-lamanya.Ingatlah! Sahabat, bagaimana pun keadaan kita, biarlah kita senantiasa menjaga hubungan kita dengan Tuhan.  Saat kita semakin melekat kepada Tuhan bukan berarti keadaan kita akan langsung berubah seketika, tetapi justru kita sendiri yang akan diubahkan oleh Tuhan.  Kita akan diangkat masuk ke dalam kemuliaan-Nya.  Oleh karena itu jangan pernah iri hati kepada keberhasilan orang-orang fasik. Tuhan memberkati Sahabat dan keluarga. Tuhan selalu punya cara untuk mengangkat kita. (pg)