KESETIAAN SEJATI PENGIKUT KRISTUS:SALIB KEHIDUPAN

Lawrence Tetteh adalah seorang pengkhotbah dari Ghana yang hidupnya bagaikan nyala lilin yang menembus gelap, menanggung salib panggilan Tuhan dengan keberanian yang nyata. Di panggung konferensi global dan dalam bimbingan rohani, ia menuntun ribuan jiwa bertumbuh, menanamkan kesetiaan pada kehendak Tuhan di atas gemerlap popularitas. Melalui kepemimpinan dan penyebaran Injil yang tegas namun penuh kasih, ia membangkitkan semangat generasi muda, membawa pertobatan dan pemulihan. Hidupnya menuntun kita memahami bahwa mengikuti Kristus berarti memikul salib, menanggung tantangan, dan menemukan kehidupan sejati yang abadi. Lukas 14:27 menegaskan bahwa “barangsiapa tidak memikul salibNya dan mengikut aku, ia tidak dapat menjadi muridKu.”.  Makna kata:  “menggendong salib” (Yunani: phortizo ton stauron) bukan sekadar simbol penderitaan, tetapi tindakan nyata menanggung beban tanggung jawab dan konsekuensi mengikuti Kristus sepenuhnya. Mengikut Tuhan berarti juga menuntut  ketulusan dan integritas hati, bukan sekadar ritual atau kebiasaan semata. Salib menjadi titik di mana keinginan dunia dilepaskan dan kekuatan roh dibentuk. Mengikut Yesus berarti berani menghadapi penolakan, penderitaan, dan siap menanggung ujian konsekuensi pilihan iman.  Kesetiaan pada Kristus menuntun jiwa melewati penderitaan menuju kemenangan yang tak tergoyahkan. (sTy)

KESETIAAN SEJATI PENGIKUT KRISTUS: MENGAMPUNI DENGAN HATI

Chris Oyakhilome melayani lewat Christ Embassy yang kini menjangkau lebih dari tiga belas juta anggota di lebih dari seratus negara. Pelayanannya meluas melalui LoveWorld TV dan platform digital yang menghubungkan ratusan juta jiwa. Konferensi dan doa global menghadirkan jutaan peserta sementara Healing School membuka jalan bagi ribuan kesembuhan. Buku Rhapsody of Realities diterjemahkan  lebih dari seribu bahasa dan dibaca miliaran kali. Lewat InnerCity Mission, ribuan anak miskin menerima makanan, pendidikan, dan kasih nyata Kristus. Bukankah pelayanan terbesar selalu lahir dari hati yang mengampuni? Bukankah kasih yang bebas dari dendam membuat Injil nyata dalam tindakan? Dalam Filemon 1, Paulus meminta Filemon menerima Onesimus bukan lagi sebagai budak, melainkan saudara. “Jadi, jikalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri.” (Filemon 1:17).  Pengampunan mengubah identitas: musuh menjadi keluarga, yang bersalah menjadi sahabat, yang dibenci menjadi dikasihi. Mengampuni dengan hati bukan sebuah kelemahan, melainkan tanda bahwa salib telah mengakar dalam batin. Inilah jalan mengikut Tuhan Yesus bukan hanya ikut-ikutan. Salib Kristus membalikkan logika dunia yaitu kuasa sejati lahir dari kerendahan hati dan kasih yang mengampuni justru melucuti rantai dendam. Saat hati rela melepaskan luka, Kristus sendiri akan dinyatakan dalam kehidupan.  Pengampunan sejati bukan sekadar melepas kesalahan, melainkan membuka ruang bagi Kristus untuk berdiam dalam hati. (sTy).

KESETIAAN SEJATI PENGIKUT KRISTUS : CINTA SEJATI

Sam Adeyemi merupakan seorang gembala senior Daystar Christian Centre.  Dia dikenal karena pendekatannya yang lembut namun memiliki pengaruh besar untuk mengubah situasi. Ia tidak membangun pengaruhnya dengan tekanan melainkan dengan kasih yang mendidik generasi. Melalui sekolah kepemimpinan yang didirikannya,  pelayanan di siaran televisi, dan buku-buku rohani, ia menolong banyak orang menemukan arah hidup. Dari keteladanan Sam Adeyemi, terlihat bahwa kasih sejati tidak menundukkan dengan paksa, melainkan membimbing dengan hati. Ketika berhadapan dalam konflik Filemon dengan Onesimus, Paulus memilih jalan kasih bukan tekanan otoritas untuk mengingatkan Filemon. Cara Paulus adalah dengan meminta, sebagaimana bunyi ayatnya, “Tetapi mengingat kasih yang demikian, lebih baik aku mengajukan permintaan…” (Filemon 1:9). Misteri kekuatan Injil yaitu kuasa terbesar justru hadir dalam kelembutan, bukan tekanan. Kasih sejati tidak sekadar membujuk, tetapi membongkar benteng ego tanpa melukai. Permintaan Paulus kepada Filemon tentang Onesimus mengajarkan bahwa cinta mampu menuntun perubahan lebih dalam daripada aturan keras. Saat hak dipertaruhkan, kasih mengubahnya menjadi kesempatan melayani. Filemon ditantang, bukan untuk tunduk pada Paulus, melainkan pada kasih Kristus yang membebaskan hati. Seperti Sam Adeyemi yang melayani dengan kelembutan yang berdampak besar, kita juga ditantang untuk menghadirkan kasih dalam pelayanan, rumah, dan pekerjaan, bukan dengan paksaan tetapi dengan kerendahan hati.  Inagtlah bahwa kasih sejati tidak menaklukkan dengan kekuasaan, tetapi mengubah dengan kerelaan.(sTy)

KESETIAAN SEJATI PENGIKUT KRISTUS :AKAR IMAN YANG KOKOH

William Folorunsho Kumuyi lahir pada 6 Juni 1941 di Nigeria dan menjadi Kristen lahir baru pada usia 23 tahun. Ia menempuh pendidikan matematika dan sempat menjadi dosen, tetapi panggilan hatinya tertuju pada firman Tuhan. Pengalaman hidupnya membimbingnya untuk mengajar Alkitab telah menuntun banyak orang hidup kudus dan setia pada Firman Tuhan. Meski dikeluarkan dari gereja awal karena perbedaan doktrin, William Kumuyi mendirikan Deeper Life Bible Church pada 1982 yang kini memiliki lebih dari delapan ratus ribu anggota di Nigeria dan lebih dari tiga ribu cabang di empat puluh negara. Kesetiaannya menegaskan bahwa betapa pentingnya mengikut Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh daripada mengikuti arus populer. Mazmur 1:3 menyaksikan bahwa orang yang merenungkan Firman Tuhan, “Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan daunnya tidak layu; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”  Setiap orang yang menancapkan hidupnya pada aliran air kehidupan yaitu Tuhan Yesus, tidak akan mengalami kekeringan hati.  Orang ini akan berbuah pada musimnya yang menjadi penanda sebuah hasil kesabaran iman yang bukan tergesa-gesa namun bersedia menunggu waktu Tuhan.  Ia seperti daun yang tetap hijau, semangatnya terjaga meski harus menghadapi badai dan musim kehidupan yang silih berganti. Pemazmur juga menegaskan, apa saja yang diperbuatnya pasti berhasil.  Seperti William Folorunsho Kumuyi yang setia pada panggilan Tuhan meski menentang arus, kita juga harus sungguh-sungguh mengikut Kristus, untuk berbuah dan menjadi berkat bagi sesama.  Barangsiapa berakar pada Kristus makai a akan membuahkan iman yang teguh, semangat yang tak pudar dan kehidupan yang memberkati dalam segala keadaan. (sTy)

KESETIAAN SEJATI PENGIKUT KRISTUS : JALAN KEHIDUPAN

Benson Idahosa dikenal sebagai pelopor Gerakan Pentakosta di Afrika Barat, yang membakar jiwa dengan kuasa Roh Kudus. Ia mendirikan Church of God Mission International yang bertumbuh melampaui batas negeri. Kebaktian Kebangunan Rohani besar diadakan lintas benua dan membawa pertobatan massal. Dengan berani Benson menentang okultisme dan tradisi gelap, bahkan mendirikan Universitas Kristen di Afrika Barat untuk menghasilkan pemimpin berintegritas. Banyak hamba Tuhan yang dibimbingnya menjadi pemimpin berpengaruh di lingkungannya. Hati Benson pun berpaut erat pada kaum miskin, yatim, dan yang terpinggirkan. Pilihan hidupnya menjadi saksi nyata Firman Tuhan yang menuntun pada pertumbuhan kehidupan. Ulangan 30:19 menegaskan bahwa “Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu.”.  Ayat ini mengatakan bahwa hidup itu rangkaian pilihan yang menentukan arah kekekalan. Allah tidak pernah memaksa melainkan mengundang untuk memilih kehidupan yang sejati di dalam-Nya. Kehidupan bukan sekadar keberadaan jasmani melainkan berkat rohani yang memancar dalam ketaatan. Jika manusia menolak Firman Tuhan maka ia akan menempuh jalan kematian rohani. Pilihan ini tidak hanya berdampak pada diri sendiri namun  juga berdampak pada generasi berikut. Memilih Kristus berarti menaruh dasar kehidupan yang tidak tergoncangkan selamanya. Seperti Idahosa yang  menunjukkan bahwa jalan iman menuntut keberpihakan yang jelas. Berani memilih berpihak pada Kristus meski harus melawan derasnya arus kehidupan duniawi adalah pilihan yang tegas. Kita juga ditantang menolak kenyamanan semu dan menegakkan Firman Tuhan sebagai jalan hidup yang kita pilih dengan segala konsekuensinya.   Kesetiaan sejati lahir dari keberanian untuk memilih jalan kehidupan, meski harus berjalan melawan arus dunia.(sTy).

KESETIAAN SEJATI PENGIKUT KRISTUS : KEHIDUPAN YANG TIDAK LAYU

T.B. Joshua, pendiri SCOAN (The Synagogue Church of All Nations) di Lagos, melayani ribuan jiwa dengan cara yang sederhana namun penuh kuasa. Dengan melalui doa, mujizat, dan kesembuhan, Joshua memperkenalkan Kristus kepada dunia melalui Emmanuel TV. Pelayanannya tidak berhenti hanya sampai di altar namun dinyatakan dalam kasih,  menolong korban bencana, menyekolahkan anak miskin dan mengulurkan tangan bagi mereka yang lemah. Pengaruh Joshua meluas di Nigeria hingga mancanegara dan segera menarik perhatian banyak orang mulai dari para pemimpin hingga rakyat sederhana. Joshua meninggalkan teladan kerendahan hati, doa yang murni dan kehidupan yang berakar pada Firman Tuhan . Mazmur 1:1 mengatakan,”Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.” Ayat ini menyingkap jalan sunyi iman yang menolak arus mayoritas yang fasik dan memilih langkah berbeda yang tampak asing namun berbuah kekal. Kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam keramaian dunia melainkan pada kedalaman yang menolak kompromi dengan dosa. Hidup yang tidak layu lahir dari keberanian meninggalkan kursi para pencemooh dan memilih tinggal dalam teduh kasih Tuhan. Mazmur ini menegaskan bahwa akar sejati bukan pada pujian manusia, melainkan pada Firman Tuhan. Dari sanalah lahir kekuatan yang membuat jiwa tetap segar meski musim hidup berubah. Seperti T.B. Joshua yang memilih berakar pada Firman Tuhan maka kita pun dipanggil menjadikan Firman Tuhan sebagai jalan hidup yang  murni, teguh dan berani.  Ingatlah bahwa akar yang tertanam dalam Kristus tidak akan layu meski dunia menertawakan jalan yang ditempuh. (sTy)

KESETIAAN SEJATI PENGIKUT KRISTUS

David du Plessis lahir di Afrika Selatan dan melayani sebagai pendeta dalam Gereja Apostolik sebelum pindah ke Amerika Serikat tahun 1948. Di sana, ia dikenal sebagai “Mr. Pentecost” karena setia bersaksi tentang karya Roh Kudus di dalam kegiatan-kegiatan lintas gereja. David menjadi penghubung gereja-gereja beraliran Pentakosta dengan World Council of Churches dan bahkan diundang sebagai pengamat dalam Konsili Vatikan II, yang berperan besar dalam melahirkan Charismatic Renewal. Meski  ditolak sebagian kalangan, pelayanan David du Plessis diakui dunia. David du Plessis meninggalkan sebuah warisan bahwa mengikuti Kristus menuntut keberanian melepaskan diri dari ‘tepuk tangan’ manusia menuju ketaatan yang sejati. Tuhan Yesus menegaskan bahwa murid sejati bukan yang sekedar “anut grubyuk” (ikut-ikutan) saja  melainkan  mereka yang berani melepaskan kepentingan diri, ambisi, dan kelekatan dengan dunia dan berserah total kepada-Nya. Lukas 14:33 mengatakan, “Demikianlah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”  Melepaskan bukan berarti kehilangan melainkan menemukan makna terdalam hidup bagi Kristus. Menjadi murid Tuhan Yesus berarti melangkah dengan kesetiaan, bukan sekadar mengikuti trend. Kesetiaan mengikut Yesus akan teruji saat langkah menjadi berat ketika salib harus dipikul, namun di situlah lahir kebebasan, sukacita, dan kelimpahan sejati yang kekal. Seperti David du Plessis yang berani melangkah dalam ketaatan, kita juga ditantang untuk beriman teguh, melepaskan gengsi, dan setia mengikuti Kristus dengan hati yang murni.  Kesetiaan bukan diukur dari banyaknya followers  melainkan dari keberanian menyerahkan seluruh hidup kepada Kristus.(sTy).

KERENDAHAN HATI MEMBAWA PERSAHABATAN : MENGUTAMAKAN ORANG LAIN

Peter Akinola menjabat sebagai Uskup Agung Abuja dan Pemimpin Gereja Anglikan Nigeria periode tahun 2000 sampai 2010. Selama masa kepemimpinannya, Akinola mendorong teologi pendidikan, membimbing imam muda, dan aktif dalam isu sosial dan moral di Nigeria. Ia  berperan aktif dalam dialog antar umat agama dan memimpin gereja terbesar di Nigeria dalam periode yang menuntut kepemimpinan yang tegas dan konsisten. Teladan kepemimpinan Akinola yang menjalin relasi dengan umat beragama lain mengajarkan kita bahwa mengutamakan orang lain dan rendah hati membuka jalan bagi kehormatan dan kebaikan. Lukas 14:10 menyatakan bahwa, “ Bila engkau diundang, duduklah di tempat yang paling rendah, maka apabila datang orang yang mengundangmu, ia berkata kepadamu: Naiklah ke tempat yang lebih tinggi. Maka kamu akan mendapat hormat di depan semua orang.”.  Tuhan Yesus menyatakan bahwa kerendahan hati dalam bertindak akan membawa kepada kehormatan sejati. Mengutamakan orang lain bukan kehilangan martabat, tetapi menaburkan benih persahabatan dan penghormatan yang tahan lama. Hidup yang menempatkan diri pada posisi rendah menumbuhkan rasa hormat alami dari sesama, karena tindakan itu mencerminkan iman dan kasih yang tulus.  Setiap orang perlu untuk mengembangkan sikap rendah hati apapun kedudukan dan kondisi ekonominya sebagaimana Kristus sudah melakukannya.  Filipi 2 : 8 mengatakan bahwa Kristus sendiri “… dalam keadaan sebagai manusia,  telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia …”   Kalau Kristus sendiri sudah melakukannya dengan setia maka umat-Nya juga perlu meneladani Kristus.  Mengutamakan orang lain merupakan kerendahan hati yang membuka jalan bagi persahabatan dan kehormatan sejati.(sTy).

KERENDAHAN HATI MEMBAWA PERSAHABATAN : MENARUH BELAS KASIHAN

Simon Kimbangu lahir di Nkamba, Kongo pada zaman kolonial Belanda. Sejak muda ia dipanggil untuk memberitakan Injil, membantu orang miskin, dan menyembuhkan orang sakit melalui doa dan iman yang tulus. Pelayanannya tanpa pamrih menarik banyak pengikut, meski ia harus menjalani keterasingan selama tiga puluh tahun  di dalam penjara. Hidupnya menentang ketidakadilan, membangun persahabatan sejati, dan meninggalkan warisan iman. Dari kerendahan hati lahir belas kasihan, dan dari belas kasihan lahir kekuatan yang meneguhkan banyak jiwa. Dalam Mazmur 112:5 mengajarkan bahwa “Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya.“.  Ayat ini mengatakan bahwa mujur bukanlah hasil keberuntungan melainkan buah dari belas kasihan yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Orang yang berani membantu dan memberi pinjaman sejatinya menabur rasa percaya, sementara hidup yang diatur dengan sewajarnya mencerminkan kerendahan hati yang dewasa. Belas kasihan yang tulus membuka jalan bagi persahabatan karena hati yang tulus memberi keberanian orang untuk dapat memberi tanpa syarat. Kehormatan tidak lahir dari harta ataupun status sosial, tetapi dari hidup yang adil, sederhana, dan penuh belas kasihan. Seperti Simon Kimbangu yang menolong tanpa pamrih,  kita seharusnya  tertantang untuk menaruh belas kasihan dan menopang tersingkirkan. Hidup dengan menaruh belas kasih, menumbuhkan persahabatan yang meninggalkan jejak kenangan sejati. (sTy)

KERENDAHAN HATI MEMBAWA PERSAHABATAN :TANGAN YANG TERBUKA

Matthew Ashimolowo lahir 17 Maret 1952 di Zaria, Nigeria. Ia belajar di sekolah Alkitab di Ikorodu, Lagos dan kemudian memulai pelayanannya di Inggris. Pada 1992, ia mendirikan Kingsway International Christian Centre (KICC) di London dengan hanya sebelas orang anggota. Sekarang KICC telah berkembang menjadi salah satu gereja terbesar di Eropa dengan jemaat lebih dari dua puluh ribu orang dari berbagai negara. Ashimolowo dikenal sebagai pengajar yang produktif, pembicara internasional, dan penulis buku Kristen yang menyebarkan pesan iman dan kesuksesan melalui media. Dalam perjalanan pelayananya Ashimolowo menunjukkan bahwa kerendahan hati  akan menemukan makna mendalam melalui tindakan memberi. Ibrani 13:16 mengatakan, “Jangan lupa berbuat baik dan memberi bantuan, karena korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.” dan di ayat ini Rasul Paulus menekankan bahwa salah satu wujud kerendahan hati  adalah dengan tindakan memberi. Ketika tangan kita terbuka untuk sesama, sejatinya kita menembus batas ego dan membangun ruang persahabatan yang sejati dengan sesama. Memberi tanpa mengharapkan balasan bukan hanya berkenan kepada Allah namun juga melatih hati untuk menanggapi kebutuhan orang lain dengan tulus. Dalam dunia yang sibuk mengejar keuntungan pribadi,  sikap rendah hati   akan menjadi jalan rahasia menuju relasi yang kuat dan abadi.  Pelayanan Ashimolowo yang setia dengan hal kecil membuat kita belajar kerendahan hati yang nyata menembus batas diri. Memberi dengan penuh ketulusan akan membuka hati yang beku dan membangun persahabatan  sejati setiap hari.  Ingatlah bahwa tangan yang mau memberi merupakan pintu bagi persahabatan dan kasih yang abadi.(sTy).