ASSIGNMENT from GOD is An HONOR

ASSIGNMENT from GOD is An HONOR

PANGGILAN TUHAN. Apa itu panggilan Tuhan? Ada cukup banyak orang yang mempersempit makna  panggilan Tuhan menjadi panggilan khusus seseorang yang menyerahkan hidup sepenuh waktu untuk melayani Tuhan seperti: Romo, Suster, Pendeta, Penginjil, dan lain sebagainya. Padahal sesungguhnya  setiap kita dipanggil oleh Tuhan untuk melakukan kehendak Tuhan dalam hidup ini.

Panggilan Tuhan merupakan penugasan Tuhan kepada seseorang. Semua profesi, pekerjaan atau tanggung jawab adalah panggilan Tuhan kepada setiap kita, dan Tuhan mau supaya kita mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.  Kita semua diajak menyadari: Apapun yang kita kerjakan merupakan panggilan Tuhan kepada kita, termasuk apa yang kita kerjakan saat ini. 

Sahabat, Tuhan tidak pernah memanggil dan mengutus orang dengan tangan kosong. Pasti Tuhan memperlengkapi setiap kita jika Dia memanggil kita untuk melakukan panggilan-Nya. Mari kita terima penugasan Tuhan sebagai sebuah kehormatan.  Assignment from God is an honor.

Dalam rangka menyambut Natal 2022 hari ini kita akan belajar dari Injil Matius dengan topik: “ASSIGNMENT from GOD is An HONOR”. Bacaan Sabda saya ambil dari Matius 1:18-25 dengan penekanan pada ayat 24. Sahabat, Natal telah tiba. Selamat Natal. Terima kasih sudah berkenan menjadi Sahabat berproses untuk bertumbuh melalui “Sejenak Merenung”.

Pada mulanya Natal merupakan peristiwa penting bagi satu  pasangan muda: Yusuf dan Maria. Yang paling menonjol dalam kisah kelahiran Yesus versi Injil Matius adalah tokoh Yusuf memercayakan dirinya kepada Tuhan. Saat malaikat Tuhan memberitakan alasan kehamilan Maria. Yusuf yang disebut seorang yang saleh, sederhana, dan tulus, belajar percaya dan taat pada sabda Allah. Melalui Roh Kudus, Tuhan berkarya secara istimewa dalam diri Maria.

Sangat manusiawi, pada awalnya, dalam pikiran dan hati Yusuf dipernuhi dengan keraguan dan tanda tanya besar. Ada konflik batin yang luar biasa saat ia mengetahui tunangannya hamil.

Injil Matius mencatat bahwa “ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam” (ayat 19). Di satu sisi, Yusuf  tidak menginginkan Maria bernasib malang karena ia pasti dirajam batu oleh masyarakat Yahudi. Di sisi lain, ia tidak dapat menerima kenyataan itu dan berupaya meninggalkan Maria dengan cara menceraikannya. Ia tidak ingin mempermalukan martabat tunangannya di depan publik. Mungkin Yusuf berpikir bahwa dengan cara seperti itu barangkali Maria dapat menikah dengan lelaki yang telah membuatnya hamil.


Menariknya, Yusuf secara spontan membatalkan niatnya menceraikan Maria setelah mengetahui duduk perkaranya. Di sini terlihat respons iman Yusuf memiliki kemiripan dengan iman Abraham (Kejadian 12:4). Tanpa negosiasi dan secara spontan, ia menerima Maria dengan hati yang teguh (Matius 1:24). Yusuf menerima PENUGASAN TUHAN  sebagai SEBUAH KEHORMATAN  yang mesti dijalaninya dengan penuh tanggung jawab.

Sahabat, panggilan dan keikutsertaan dalam pekerjaan Tuhan tidak boleh diterima sebagai beban, melainkan harus menjadi sebuah kehormatan yang DILAKSANAKAN  dengan KERELAAN HATI  dan BERTANGGUNG JAWAB. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 18?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Dipanggil untuk melayani Tuhan merupakan kasih karunia yang luar biasa! (pg).   

Renungan Lainnya