Sahabat, kadang kita mendengar ada pasutri yang mengeluh karena pasangannya sudah mulai banyak berubah. Suami yang dulunya sabar dan penuh perhatian kini berubah menjadi pemarah, kasar, bahkan suka memukul. Sebaliknya istri yang dulunya kalem dan halus budi bahasanya kini kasar dan cerewetnya minta ampun. Berbeda sekali saat baru menikah!
Ada pula orangtua mengeluhkan perubahan dalam diri anak-anaknya. Mereka yang dulunya penurut kini suka sekali memberontak. Mungkin kita juga mengenal seseorang yang kita anggap baik dan kita berpikir bahwa kebaikan itu akan terus berlangsung … tetapi ternyata sekarang ia berubah. Betapa sering kita dikecewakan orang lain yang ingkar terhadap janji-janjinya. Tak ada jaminan bahwa manusia yang kita kenal akan tetap sama selamanya.
Manusia memang mudah berubah. Hanya Allah yang kekal, mahakuasa, dan tidak berubah.
Untuk lebih memahami topik tentang: “ALLAH: Kekal, Mahakuasa, dan Tidak Berubah, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 102:1-29. Pernahkah Sahabat merasa kewalahan dalam menghadapi persoalan hidup, namun ditolong oleh Tuhan sehingga membuat kamu kagum dengan cara Allah memelihara dan mengatur hidupmu melewati berbagai kesulitan hidup? Itulah yang dirasakan oleh Pemazmur dalam Mazmur 102.
Pada bagian awal dari Mazmur 102, kita melihat betapa sengsara hati Pemazmur dan bagaimana ia mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan. Ia merasa lemah lesu dan sengsara (ayat 1), merasa jauh dari Tuhan (ayat 2-3), penuh kesesakan dan merasa hancur (ayat 4-7), gelisah dan dicela sepanjang hari (ayat 8-10), serta mengira Tuhan marah kepadanya dan menghukumnya (ayat 11-12).
Pemazmur sudah kewalahan dengan persoalan hidup yang menimpanya. Namun dalam situasi yang membuat Pemazmur frustrasi, ia tidak meninggalkan Tuhan. Ia memilih memandang dan memercayai Tuhan.
Sahabat, hal apa yang membuat Pemazmur yakin dan menaruh kepercayaannya kepada Tuhan walau ia berada dalam situasi yang membuatnya frustrasi? Pertama, Pemazmur memercayai bahwa Allah itu kekal dan berkuasa (ayat 13-25). Allah seperti itu tidak dibatasi dan dipengaruhi oleh waktu. Kemahakuasaan-Nya memungkinkan Allah menetapkan segala sesuatu yang terjadi seturut dengan waktu dan kehendak-Nya. Karena Ia mahakuasa, maka kita dapat mengandalkan Dia sepenuhnya.
Kedua, Pemazmur memercayai bahwa Allah itu ada dan tidak berubah (ayat 26-29). Keberadaan Allah tidak dipengaruhi oleh zaman yang terus-menerus berubah (ayat 26) dan Ia kekal adanya (ayat 27). Dari dulu sampai sekarang, Allah tetap sama, baik dalam hal kebaikan, kuasa, maupun kasih-Nya (ayat 28-29). Itu sebabnya, kita dapat senantiasa mengandalkan Allah sebagai gunung batu kita.
Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Mengapa pemahaman kita tentang siapakah Allah sangat memengaruhi cara kita menyikapi berbagai persoalan hidup?
- Tolong bagikan pemahamanmu tentang Allah yang engkau percayai selama ini.
Selamat sejenak merenung. Tuhan menolong dan memberkati. (pg).