A CALLING as A PROPHET

A CALLING as A PROPHET

GAMANG. Menjadi pembawa berita yang menyenangkan orang lain,  tentu itu merupakan  hal yang mudah dan menyenangkan karena tidak mengandung risiko. Sebaliknya jika berita yang disampaikan merupakan teguran atau murka Allah, tentu sangat berbeda karena  mengandung risiko dan bahaya yang besar. Itulah yang membuat Yeremia GAMANG.

Menjadi nabi dalam usia belia bukanlah impian banyak orang, sebab nabi bukanlah figur populer. Tugas seorang nabi tidak jarang mengharuskan penyambung lidah Tuhan itu berhadapan dengan para pemangku kepentingan yang merasa tidak nyaman dengan pesan yang disampaikan. Pergumulan itulah yang harus dihadapi Yeremia di sepanjang hidupnya.

Pergumulan tersebut di atas yang menyebabkan Yeremia GAMANG menjawab panggilan Tuhan.

Syukur kepada Tuhan, kita telah berhasil menyelesaikan belajar dari kitab Yesaya. Mulai hari ini kita akan belajar dari kitab Yeremia. Hari ini kita akan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “A CALLING as A PROPHET (PANGGILAN sebagai  NABI)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 1:1-19. Sahabat, Yeremia adalah anak imam Hilkia dari Anatot, desa kecil yang berjarak sekitar lima kilometer dari Yerusalem.

Sahabat, ketika Yeremia dipanggil Tuhan pada tahun ketiga belas pemerintahan Yosia, usianya baru sekitar dua puluhan tahun (sekitar tahun 627 SM). Wajar saja, ia mencoba mengelak dengan alasan tidak pandai bicara karena masih belia (ayat 6). Namun, Tuhan yang mengerti ketakutannya memberi jaminan: “… Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, …” (ayat 8).

Pada saat Nabi Yeremia berkarya, kerajaan Yehuda yang kecil terjebak di tengah-tengah persaingan kerajaan-kerajaan besar yang berusaha menancapkan kekuasaan di kawasan itu. Dalam gejolak tersebut, Yeremia menjalankan perannya. Ia berkarya selama pemerintahan lima raja terakhir kerajaan Yehuda (ayat 2-3).

Sahabat, Tuhan mempunyai rencana atas hidup Yeremia jauh sebelum ia lahir (ayat 5). Tuhan mempersiapkan, mengutus, dan memperlengkapi Yeremia untuk mencabut dan merobohkan serta menanam dan membangun (ayat 10). Bobot dan cakupan tugas yang diemban Yeremia tidak tanggung-tanggung. Ia harus meneruskan firman Tuhan yang menentukan jatuh bangunnya bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan!

Sejak awal Tuhan memang mengingatkan bahwa semua kekuatan dunia ini akan memeranginya. Namun, Tuhan menjanjikan penyertaan-Nya: “Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, …” (ayat 19). Dua penglihatan yang dilihatnya berfungsi untuk menguatkan hatinya (ayat 11-12, 13-14). Ia harus membawa teguran Tuhan dan hukuman Tuhan kepada Yehuda atas segala pemberontakan mereka. Dia mesti menjadi pembawa berita penghukuman Tuhan (ayat 17-19).  

Tuhan hendak mengutus Yeremia kepada umat-Nya. Dia menghendaki umat-Nya taat dan berserah penuh atas tugas serta panggilan yang telah ditetapkan-Nya. Yeremia yang pada mulanya mengelak panggilan tersebut justru diperlengkapi oleh Allah. Tuhan sendiri langsung menjamah Yeremia (ayat 9).

Sahabat, kisah pemanggilan Yeremia mengajarkan kepada kita bahwa Allah memiliki rancangan serta panggilan yang unik bagi setiap manusia. Kita diciptakan Tuhan untuk memenuhi tugas tersebut. Mari kita memproses diri agar kita layak untuk dipakai-Nya. Di balik kekurangan-kekurangan yang ada pada kita, Allah memperlengkapi kita agar dapat melaksanakan tugas dan perutusan-Nya di dunia ini. Jadi, jangan khawatir! Laksanakan dengan sukacita panggilan kita masing-masing.  Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 17-19?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Rencana Allah jauh melampaui rencana paling sempurna yang dapat dirancangkan oleh manusia. (pg).

Renungan Lainnya