MENSYUKURI KEMERDEKAAN,MELANJUTKAN PERJUANGAN: Sebuah Refleksi

MENSYUKURI KEMERDEKAAN,MELANJUTKAN PERJUANGAN: Sebuah Refleksi

Dr. Johannes Leimena adalah seorang dokter dan negarawan Indonesia.  Iman Kristennya membuat dr. Leimena memandang kemerdekaan sebagai kesempatan untuk melayani alih-alih sebagai bentuk hegemoni kekuasaan.  Oleh karena itu dr. Leimena memilih jalan perjuangan melalui pelayanan sejak ia masih menjalani tugas sebagai dokter muda. Ia memilih berjuang dengan tidak mengangkat senjata, tetapi melawan penyakit, kemiskinan, dan keterbelakangan.  Sebagai Menteri Kesehatan, dr. Leimena menolak duduk nyaman di balik meja kekuasaan dan memilih untuk blusukan ke kampung-kampung dan melihat anak-anak yang sakit tanpa obat, ibu-ibu yang melahirkan tanpa pertolongan, dan orang tua yang menanggung penyakit tanpa pengharapan. Dari sanalah lahir gagasannya tentang Puskesmas,  sebuah tempat dimana masyarakat mendapatkan layanan Kesehatan yang terjangkau : dekat, murah, dan sederhana. Dr. Leimena yakin bahwa kemerdekaan sejati hanya ada bila setiap manusia Indonesia dapat hidup sehat dan bermartabat.

Ibrani 12:2 mengatakan, “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia.” Ayat ini mengajarkan kita untuk menjalani perlombaan iman dengan tekun sebagai bagian perjalanan hidup.  Garis akhir  akan dapat diraih dengan sukses bila kita berlomba dengan fokus kepada Kristus karena Dialah teladan yang tekun memikul salib, mengabaikan kehinaan demi sukacita yang dijanjikan.   Dalam terang 80 tahun Kemerdekaan Indonesia, ayat ini mengingatkan bahwa kemerdekaan merupakan sebuah perjalanan. Kemerdekaan menuntut bangsa kita untuk berani memikul salib zaman dengan hidup sesuai dengan kehendak Kristus: meninggalkan korupsi, menjembatani kesenjangan, dan menegakkan kebenaran.

Dr.  Leimena memberi teladan pelayanan, menghidupi kemerdekaan dengan iman dan kasih, memikul tanggung jawab bangsa. Karena kemerdekaan bukan sekadar simbol, melainkan sebuah perjalanan iman yang menuntut kejujuran melawan korupsi, kasih melawan kebencian, dan iman melawan keputusasaan.  Ingatlah bahwa kemerdekaan tanpa pelayanan hanyalah kebanggaan kosong, tetapi kemerdekaan yang diisi dengan iman dan kesediaan untuk melayani sesame akan menjelma menjadi berkat bagi bangsa. (sTy).

Renungan Lainnya