+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

MENGASIHI DALAM RASA SAKIT,MENGAMPUNI DALAM KASIH

MENGASIHI DALAM RASA SAKIT,MENGAMPUNI DALAM KASIH


Pada tahun 2006 ada seorang pria bernama Charles Carl Roberts IV masuk ke sebuah sekolah Amish di Pennsylvania, Amerika Serikat. Dengan kejam Charles menembak sepuluh anak perempuan dan menewaskan lima di antaranya sebelum akhirnya bunuh diri. Insiden ini memang mengguncang dunia tetapi yang lebih mengejutkan yaitu respons komunitas Amish. Di saat duka yang mendalam mereka tidak menunjukkan kebencian atau keinginan membalas dendam namun sebaliknya mereka mendatangi keluarga pelaku dan menghibur istri serta anak-anaknya. Bahkan beberapa orang Amish menghadiri pemakaman Roberts dan menawarkan pengampunan kepada keluarganya.

Tindakan orang-orang Amish ini mencerminkan isi Efesus 4:31-32 yaitu membuang kepahitan dan menggantinya dengan kasih serta pengampunan. Secara manusiawi, sulit memahami bagaimana mereka bisa mengampuni begitu cepat setelah mengalami kehilangan yang tragis. Tetapi mereka memilih untuk mengikuti teladan Kristus, yang di atas kayu salib berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34).

Mengasihi dalam keadaan sakit hati dan mengampuni dengan kasih bukanlah hal yang mudah dan semua itu menuntut pengorbanan ego, keberanian untuk melepaskan luka dan mempercayai bahwa Tuhan adalag Hakim yang adil. Namun pengampunan bukan hanya ditujukan kepada orang yang bersalah tetapi juga untuk diri kita sendiri. Dengan mengampuni, kita melepaskan diri dari belenggu kepahitan yang bisa menggerogoti jiwa kita.  Jika komunitas Amish bisa mengampuni pembunuh anak-anak mereka, bukankah kita seharusnya juga bisa mengampuni mereka yang menyakiti kita? Mungkin sakitnya masih terasa, tetapi kasih dan pengampunan yang kita berikan akan membawa kesembuhan, bukan hanya bagi orang lain tetapi juga bagi diri kita sendiri.   Mengampuni bukan berarti melupakan luka, tetapi memilih untuk tidak membiarkan luka itu mengendalikan hidup kita  karena saat mengampuni, kita membebaskan diri  sendiri lebih dari orang yang kita ampuni. (sTy)

Leave a Reply