STEFANUS TAK PERNAH MUNDUR
Saudaraku, nama Stefanus hanya tercatat di bagian awal dalam Kitab Kisah Para Rasul, namun dampak dari kehidupannya mengubah peta sejarah Kristen awal secara drastis. Mari kita renungkan Kisah Para Rasul 6.
Dikisahkan waktu itu terjadi kesenjangan perhatian terhadap para janda Yahudi yang berbahasa Ibrani dan Yunani, maka para rasul menunjuk tujuh orang diakon yang mengurus keperluan itu. Ada tujuh nama laki-laki yang dituliskan dan menariknya adalah ada catatan khusus untuk seorang diakon yang bernama Stefanus. Khusus Stefanus ada tambahan catatan: Seorang yang penuh iman dan Roh Kudus (Ayat 5), padahal untuk menyeleksi para diakon ini dimunculkan beberapa kriteria : Dikenal baik, penuh Roh dan hikmat (Ayat 3).
Kesungguhan iman Stefanus teruji saat ternyata ia sanggup untuk berdiskusi dengan jemaat Libertini, sebuah kelompok agama yang dibentuk oleh orang Yahudi mantan budak kekaisaran Romawi. Stefanus mampu mempertanggung jawabkan iman percayanya sehingga orang-orang Libertini merasa ‘kalah’ dan memakai cara kotor untuk memfitnahnya (Ayat 9-11). Stefanus mengejawantahkan iman dengan tidak mundur walau ia ditekan oleh keadaan.
Di Zaman yang makin cepat, sibuk dengan situasi politik Indonesia yang nampak “stabil” membuat orang percaya merasa berada di zona nyaman yang membuat orang percaya terlena untuk mengabaikan kebutuhan memperlengkapi diri dengan pemahaman Firman yang dalam dan bahkan enggan terlibat dengan tantangan rohani.
Banyak yang berpikir bahwa menyambut panggilan Tuhan menjadi pengikut Kristus saja sudahlah cukup, padahal Rasul Paulus menasihatkan jemaat di Kolose : Saudara-saudara sudah menerima Kristus Yesus sebagai Tuhan. Sebab itu hendaklah kalian hidup bersatu dengan Dia, dan berakar di dalam Dia. Hendaklah kalian membangun hidupmu dengan Kristus sebagai dasarnya. Hendaklah kalian makin percaya kepada Kristus, menurut apa yang sudah diajarkan kepadamu. Dan hendaklah hatimu meluap-luap dengan ucapan terima kasih. (Kolose 2:6-7, BIS).
Perjuangan orang percaya tidak hanya sampai di tahap menerima Kristus namun harus terus berakar, bertumbuh dan berbuah. Mari belajar bertumbuh secara rohani, makin mantap dari hari ke hari sehingga tugas mengabarkan kabar baik terus dapat dilaksanakan dengan berani apa pun tantangan yang dihadapi. JANGAN TERLENA DENGAN ZONA ZAMAN. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)