REFLEKSI GAMALIEL
Saudaraku, kedalaman pikir seseorang memang dapat dinilai dari caranya menilai sebuah permasalahan. Di dalam Alkitab ada banyak orang yang diceritakan sebagai orang bijak dan salah satunya adalah Gamaliel. Mari renungkan Kisah Para Rasul 5:26-40.
Siapakah Gamaliel? Gamaliel yang dimaksud dalam Kisah Para Rasul 5 adalah seorang Farisi, anggota Sanhendrin dan seorang yang sangat dihormati oleh masyarakat. Dengan gambaran yang dituliskan dalam Kisah Para Rasul maka bisa dibayangkan pengaruh Gamaliel dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan. Gamaliel mengikuti semua perkembangan pengikut Jalan Tuhan yang saat itu sedang viral dan beberapa hal yang menarik dari nasihat Rabi Gamaliel antara lain :
Pertama, mempertimbangkan lagi respons kepada para rasul. Orang-orang Israel yang sumbu pendek dan sensitif siap untuk meletuskan kemarahan kepada para rasul karena mereka tertusuk hatinya. Kerasnya mereka memegang Taurat membuat mereka gampang tersulut kemarahan padahal Amsal mengatakan: Orang yang sabar besar pengertiannya tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan (Amsal 14:29).
Kemarahan seringkali menjadi pintu masuk kebodohan yang menyebabkan seorang menjadi monster yang bisa menghancurkan sesamanya. Namun dalam situasi genting itu, Gamaliel tampil sebagai pribadi yang berbeda. Sebagai seorang Farisi dan seorang guru, ia menyampaikan refleksinya yang teduh sehingga menyelamatkan nyawa para rasul.
Tak banyak orang melakukan refleksi seperti Gamaliel yang mengamati dan mencoba memahami situasi yang terjadi dengan sudut pandang kedalaman teologinya sehingga yang muncul adalah kebijaksanaan. Gamaliel berhasil mengerem kemarahan mereka dengan hikmat sehingga berhasil melonggarkan rasa marah yang mencekik.
Kedua, mengingatkan tentang keterbatasan mereka memahami pekerjaan Tuhan. Refleksi Gamaliel menyadarkannya tentang pekerjaan Tuhan yang tak terbatas, tak bisa diperkirakan manusia. Manusia biasa saja mencoba mati-matian membela apa yang dianggapnya kebenaran, namun kebenaran Tuhan memiliki jalannya sendiri untuk muncul.
Makin berhikmat maka orang akan makin berhati-hati. Makin dalam seseorang memahami maka ia akan makin sulit terprovokasi. Semakin dalam seseorang belajar, maka semakin dia merasa tidak tahu. Gamaliel mengingatkan kemungkinan ini kepada orang Israel yang marah kepada para rasul.
Media sosial membuat informasi mengalir seperti tsunami sehingga kadangkala membuat manusia bereaksi dengan berita yang didengarnya. Tak jarang Gerakan masyarakat muncul dari media sosial.
Saudaraku, alih-alih terprovokasi, belajarlah dari Gamaliel. Ada banyak hal harus diamati, direnungkan dan dipikirkan sebelum jemari mengetikkan komentar, sebelum bibir mengucapkan hujatan. Berilah waktu untuk refleksi supaya hikmat menguasai. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)