+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

Jauh dari Kasih Karunia Tuhan

Jauh dari Kasih Karunia Tuhan

TITIK NADIR. Sahabat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nadir adalah  titik yang paling rendah dari bulatan cakrawala (bola langit) yang terletak tepat di bawah kaki pengamat.

Sedangkan titik nadir kehidupan  ialah  kondisi terendah dalam kehidupan seseorang. Kondisi yang banyak orang tak menginginkannya. Titik nadir dalam kehidupan adalah saat-saat yang paling sulit atau terendah dalam kehidupan seseorang. Hal itu bisa terjadi karena berbagai alasan seperti kehilangan orang yang dicintai, kegagalan dalam karir, masalah keuangan, masalah kesehatan, depresi, dan lain-lain.

Hari ini kita akan membaca dan merenungkan dari 1 Samuel 28:1-25 dengan penekanan pada ayat 6. Sahabat, Tuhan menyediakan berkat dan pemulihan bagi anak-anak-Nya, dan secara terperinci berkat-berkat itu bisa kita baca dalam Ulangan 28:1-14, dan yang paling banyak diingat dan dipegang oleh orang percaya yaitu:  “Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, …”  (Ulangan 28:13).  

Cukup banyak orang percaya yang mengklaim janji Tuhan ini tanpa memperhatikan lebih dahulu kelanjutan dari ayat tersebut:  “… apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya.” (Ulangan 28:13-14). 

Saul merupakan salah satu contoh orang yang justru mengalami kemunduran atau kemerosotan atau penurunan dalam hidupnya sampai titik nadir.  Kisah Saul dalam bacaan kita pada hari ini  sungguh-sungguh menyedihkan. Ia sungguh-sungguh menyangkali imannya. Kepercayaannya yang paling mendasar kepada Tuhan telah ditinggalkan. 

Apa yang menjadi salah satu larangan penting dari Taurat (Ulangan 18:9-14), yang Saul sendiri pada masa permulaan pemerintahannya menaatinya (Ayat 3), telah dilanggarnya sendiri. Percaya pada peramal berarti percaya kepada roh-roh lain di luar Tuhan. Hal itu sama saja dengan menduakan Tuhan, alias menyembah berhala. Ketaatan Saul benar-benar telah memudar.

Sahabat, itulah yang terjadi pada Saul. Dalam keadaan kepepet oleh pasukan Filistin, Saul berusaha mencari petunjuk dari Tuhan. Ketika Tuhan tak kunjung menjawab, ia pun nekat mencari pemanggil arwah agar dapat memberi jawaban atas pergumulannya (Ayat 7). Ternyata di Israel masih ada orang dengan profesi semacam itu, yang jelas-jelas bertentangan dengan Taurat Tuhan. Tidak heran, rajanya sendiri pun kemudian terjebak pada dosa tersebut.

Apakah yang muncul benar-benar roh Samuel atau roh “Samuel”, itu merupakan isu kontroversial dalam dunia penafsiran Alkitab. Kalau benar itu roh Samuel, maka itu merupakan kasus khusus yang Tuhan izinkan untuk meneguhkan penghukuman-Nya atas Saul karena jawaban roh Samuel jelas sekali (Ayat 16-19). Kalau itu bukan roh Samuel, maka jelas roh jahat berperan dibalik sang pemanggil arwah untuk menipu Saul. Isi jawaban yang senada dengan berita penghukuman Allah melalui Samuel pada masa lalu tidak perlu diartikan bahwa roh jahat memiliki pengetahuan Ilahi, tetapi bahwa roh jahat akan memakai apa saja untuk menjerat orang semakin jauh dari Tuhan dan terpuruk sampai titik nadir.

Sahabat, kita sudah mengikuti perjalanan iman Saul dari permulaan, dan mendapatkan bahwa saat Saul tidak bersedia dikoreksi oleh Tuhan. Ia semakin jauh dari kasih karunia Tuhan. Puncaknya, ia menyangkali Tuhan dengan mencari pertolongan dari yang bukan Tuhan. Sayang sekali teguran Tuhan sama sekali tidak direspons dengan bertobat dan mau belajar menaati kehendak-Nya. Semoga kita belajar dari kisah Saul ini untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Semoga kita tidak semakin menjauh dari kasih karunia Tuhan. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami tentang titik nadir kehidupan?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mari kita sabar menantikan jawaban dari Tuhan dan jangan mengambil jalan pintas dengan mencari pertolongan kepada allah-allah yang lain. (pg).

Leave a Reply