JEBAKAN RASA INGIN TAHU

JEBAKAN RASA INGIN TAHU

Saudaraku, setiap manusia memiliki rasa ingin tahu.  Suatu saat seorang lewat di depan sebuah tembok dan ia melihat sebuah lubang kecil di tembok itu dengan tulisan di bawah lubang itu: “dilarang mengintip!”. Gegara tulisan itu, pejalan kaki itu penasaran dan mengintip dari lubang tersebut. 

Karena rasa ingin tahu membuat  larangan bagaikan himbauan. Dahsyatnya pengaruh rasa ingin tahu juga dirasakan oleh Hawa, maka mari membaca dan merenungkan Kejadian 3:1-7.

Ular yang cerdik tahu pergolakan batin Hawa dan mengatakan sebuah fakta tentang buah pengetahuan baik dan jahat yang sengaja dibuka untuk menggoda Hawa.  Saat Hawa mendengar informasi faktual dari binatang secerdik ular, ia percaya.  

Buah yang tadinya nampak biasa, menjadi luar biasa sehingga ia mengabaikan larangan Tuhan.    Penulis Kejadian menginformasikan dengan buah di pohon itu baik dan menarik untuk dipandang (Kejadian 3:6).  Inilah awal dari kejatuhan manusia.

Tuhan memberikan rasa ingin tahu kepada manusia untuk dapat mengembangkan dirinya, namun saat rasa ingin tahu tak terkuasai lagi maka itu akan menjadi jebakan bagi manusia itu sendiri.  

Dalam kasus Hawa, sudah ada aturan dari Tuhan tentang pohon itu (Kejadian 2:17) namun Hawa merasa memakan buah adalah solusi memuaskan rasa ingin tahunya.  Hanya saja Hawa tidak mawas diri dan apalagi menyadari bahwa apa yang nampak menarik tak selalu benar.  Hawa terjatuh dalam jebakan keingin tahuan yang tak terkendali sehingga membuat apa yang terlarang menjadi kewajaran dan kejatuhannya berdampak luas hingga berpengaruh terhadap keturunannya.  

Gegara rasa ingin tahu yang berlebihan itu, rasa respek kepada Tuhan luntur dan ia tidak lagi mempercayai apa yang dikatakan Tuhan kepadanya tentang akibat memakan buah pengetahuan itu.  Hawa tak lagi percaya, maka itulah yang disebut dengan pemberontakan kepada Allah.  Bagi Hawa, rasa ingin tahu harus dipuaskan tanpa mengindahkan aturan kebenaran.

Saudaraku, Aristoteles mengatakan bahwa keingin tahuan adalah gairah awal pengetahuan.  Melalui rasa ingin tahu, manusia mengembangkan pengetahuan dan pengenalannya terhadap sekitarnya.  Namun rasa ingin tahu rawan untuk menjebak manusia dalam  situasi yang tak diinginkan, maka manusia perlu untuk memiliki rasa respek kepada kebenaran dalam Tuhan, padahal hanya kebenaran itulah yang dapat membuat manusia mengendalikan dirinya.  

Tak semua rasa ingin tahu harus dipuaskan, karena masih ada norma, aturan dan tentunya Firman Tuhan agar manusia tetap hidup dalam harmoni.  maka manusia harus waspada dengan keinginannya sendiri sebagaimana  Rasul Yakobus mengatakan: Sesungguhnya keinginanmu sendirilah yang membuat kamu tergoda, karena kamu membiarkan dirimu terseret sampai terjerat pada hawa nafsu itu (Yakobus 1:14, TSI).  

Saudaraku, mari terus mengembangkan rasa mawas diri agar keinginan tidak menjebak dan menjadi jerat bagi diri sendiri.  Mari pahami bahwa semua rasa ingin tahu tak harus terjawab karena misteri kehidupan akan membuat manusia tetap respek kepada Sang Pencipta.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

Renungan Lainnya