MAZMUR 26. Sahabat, Mazmur 26 diawali dengan permohonan Daud agar ia menerima keadilan. Mungkin saat itu ia difitnah oleh musuh-musuhnya, sehingga ia memohon agar Tuhan membersihkan nama baiknya.
Maka tidak mengherankan jika dalam beberapa ayat berikutnya, Daud menyatakan bahwa dirinya akan tetap hidup dalam kebenaran, bahkan bersedia diuji dan diselidiki oleh Tuhan (Ayat 2).
Daud juga menyatakan bahwa ia tidak duduk dengan penipu dan orang fasik. Ia tidak bergaul dengan orang munafik dan ia membenci perkumpulan orang jahat (Ayat 4-5). Komitmen Daud untuk hidup benar bukan sekadar perkataan karena ia melakukan apa yang menjadi komitmennya. Salah satu bukti nyatanya adalah ia menjaga lingkaran pertemanannya. Di tengah lingkungan yang hidup dalam kejahatan dan dosa, ia memilih untuk tetap hidup saleh dan menyembah Tuhan (Ayat 6-7).
Syukur kepada Tuhan hari ini kita dapat melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan topik: “Integrity of the Believer (Integritas Orang Percaya)”. Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 26:1-12. Sahabat, ada perbedaan yang cukup mencolok antara orang sombong dengan orang jujur. Kesombongan berangkat dari keinginan pribadi untuk mendapatkan hormat atau sanjungan dari orang lain. Sedangkan kejujuran berangkat dari ketulusan dan kelurusan hati tanpa ada motivasi mencari keuntungan. Motivasi utama dari kejujuran adalah cinta akan kebenaran dan kerinduan agar kebenaran itu diungkapkan dengan nyata.
Sahabat, Mazmur 26 bukanlah mazmur yang ditulis dengan motivasi kesombongan. Daud menuliskan mazmur ini dari kesadaran bahwa ia membutuhkan pembebasan dan belas kasihan Tuhan (Ayat 11). Kesadaran akan anugerah ini membawanya kepada cinta dan kerinduan akan rumah Tuhan (Ayat 8) serta komitmen untuk hidup dalam ketulusan dan iman tanpa keraguan (Ayat 1).
Daud tidak merasa dirinya suci dan saleh seolah-olah ia tidak pernah melakukan dosa. Sebaliknya, ia menyandarkan diri kepada pengampunan dan karya Allah dalam membentuk dan menuntunnya (ayat 1-7 dan 11). Sebab, Daud menyadari bahwa Allah adalah Allah yang Mahatahu. Karena itu, ia membuka dirinya untuk diuji dan diselidiki oleh Allah (Ayat 1-3). Dia menegaskan bagaimana dirinya menjauhi pergaulan dan perkumpulan orang-orang yang berbuat jahat dengan cara menceritakan kemuliaan Allah (ayat 4-7). Ia mengakhiri mazmurnya dengan menegaskan kerinduan hatinya akan rumah Tuhan (Ayat 8-12).
Ketika Allah berkarya dalam diri manusia, Ia bukan hanya memberikan status yang baru kepada mereka (Yohanes 1:12). Ia juga memberikan kepada mereka cara pandang yang baru (2Korintus 5:16) dan selera hidup yang baru (Mazmur 26:3-8). Allah menginginkan setiap umat-Nya hidup dalam kekudusan (1Tesalonika 4:3). Kerinduan ini masih berlaku sampai hari ini.
Integritas orang percaya tidak dibangun atas keberhasilan dan kemampuan manusia, melainkan semata-mata oleh karya Allah dalam iman. Marilah kita menghidupi iman dengan berkomitmen kepada kebenaran dan kekudusan demi kemuliaan Allah. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami tentang menjaga lingkaran pertemanan kita?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kiranya komitmen Daud juga menjadi komitmen kita untuk terus menjaga hidup yang benar dan berkenan di hadapan Tuhan. (pg).