MIKTAM. Sahabat, dari beberapa sumber saya mendapat informasi bahwa miktam atau michtam adalah sebuah kata yang maknanya tidak diketahui dan ditemukan dalam judul Mazmur 16 dan 56-60 dalam Alkitab. Enam Mazmur tersebut, dan banyak lainnya, dikaitkan dengan Raja Daud, tetapi tradisi ini lebih cenderung bersifat sentimental daripada historis. Mazmur-mazmur ini mungkin merupakan salah satu dari beberapa koleksi mazmur yang lebih kecil yang mendahului mazmur yang sekarang dan yang menjadi dasar mazmur ini.
Kata yang mungkin terkait dengan miktam adalah kata Ibrani katham , yang berarti “ukiran.” Bahasa Indonesia: Jika makna yang mendasari miktam adalah “ukiran,” maka lagu-lagu yang diberi label sebagai “miktam” dapat dianggap cukup bernilai untuk dicap atau diukir pada tablet untuk pengawetan jangka panjang.
Beberapa sarjana melihat kata miktam berarti “emas,” sebuah definisi yang juga akan memberikan nilai besar pada lagu yang diberi label demikian. Miktam dapat menjadi “sebuah mazmur yang berharga seperti emas yang dicap”; jika demikian, lagu-lagu terlaris saat ini yang “emas bersertifikat” dapat dianggap sebagai “miktam” dari suatu jenis. Namun, hubungan antara miktam dan nilai emas bersifat spekulatif.
Sarjana lain berpikir kata miktam hanyalah istilah teknis untuk membimbing penyanyi atau untuk menunjukkan nada yang akan dimainkan. Pada akhirnya, kita tidak tahu. Seperti kata-kata maskil, sela, dan shigionoth, miktam tetap menjadi misteri dalam buku lagu Ibrani.
Syukur kepada Tuhan, hari ini kita dapat melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan tema: “God is the Source of My Joy (Tuhan Sumber Sukacitaku)”. Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 16:1-11. Sahabat, “Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!” (Ayat 2). Itu adalah sebuah pengakuan yang lahir dari relasi yang indah antara Sang Pemazmur dengan Allah.
Pemazmur mengungkapkan betapa bahagianya dia menjadi umat Allah (Ayat 3-4). Betapa ia bersukacita karena Allah. Oleh karena itu, ia akan terus memuji Allah, memandang kepada-Nya karena setiap perbuatan Allah yang besar dalam kehidupannya (Ayat 7-11). Itulah kunci kebahagiaan Pemazmur.
Sahabat, sukacita orang percaya bukan terletak pada apa yang sudah ia hasilkan, melainkan pada apa yang sudah Tuhan lakukan baginya. Hal itu seperti Pemazmur yang mengungkapkan sukacita besar dalam hidupnya. Kebanggaan dan kebahagiaan terbesar dalam hidupnya adalah menjadi bagian dari umat Allah yang kudus. Ia begitu bersukacita oleh karena Allah ada di dalam hidupnya.
Mengapa Pemazmur begitu bersukacita? Begitu banyak perbuatan Allah yang sudah terbukti di dalam hidupnya, sehingga tidak ada alasan bagi Pemazmur untuk tidak bersukacita. Allah memberikan semua yang ia butuhkan. Allah memberinya hikmat dan pengetahuan; Allah juga memberinya kekuatan. Sukacita pun ia dapatkan karena ada Allah di dalam hidupnya.
Allah memberikan jaminan keselamatan yang kekal kepadanya. Bahkan Allah juga menuntun dia ke jalan yang benar, yakni jalan kehidupan. Semua itu telah ia saksikan dan buktikan dalam hidupnya. Itulah alasan mengapa Allah menjadi satu-satunya tempat ia berlindung dan memohon. Allah akan memberkati umat-Nya dengan keselamatan, sukacita, dan damai sejahtera yang melimpah.
Sahabat, sudahkah Allah menjadi satu-satunya sumber sukacita kita? Mari kita mengingat keselamatan dan kehidupan kekal yang sudah dianugerahkan Allah kepada kita. Mari kita memuji dan memuliakan nama Allah oleh karena semua hal yang sudah diberikan-Nya kepada kita. Dia yang telah menyelamatkan kita, Dia juga yang memimpin dan menyertai hidup kita. Dialah Allah kita, terpujilah nama-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat dapatkan dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 1-2?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jangan sekali-kali berharap kepada siapa pun dan kepada apa pun, karena hanya Tuhanlah tempat perlindungan yang aman dan terbaik, dan itu sudah cukup bagi kita. (pg).