Saudaraku, ada banyak tanda bahaya di dunia ini yang dipakai untuk memperingatkan seseorang. Salah satunya adalah RED FLAG. Secara harafiah red flag berarti bendera merah yang dikibarkan untuk memperingatkan tanda bahaya. Namun kata red flag banyak dipakai di media sosial untuk menggambarkan karakter seseorang yang membahayakan sebuah relasi, misalnya sikap posesif, gengsi dan ego yang terlalu besar.
Pernah hidup seorang crazy rich yang bernama Nabal, dari kota Maon yang punya Perusahaan Pengguntingan Bulu Domba di Karmel. Nabal merupakan keturunan Kaleb, pengintai Yerikho yang hebat itu. Nabal kaya dan punya seorang istri yang cantik jelita bernama Abigail (1 Samuel 25:2-3). Sebagai seorang pemilik Perusahaan yang tajir melintir alias kaya raya, Nabal dihormati oleh para bawahannya.
Sayangnya Nabal adalah seorang pria red flag karena ia seorang yang kasar (liar, keras) dan buruk (jahat). Sedangkan Abigail digambarkan sebagai seorang perempuan yang bijak (berakal budi/pandai) dan cantik (penampilan visual menarik). Dalam budaya Yahudi Kuno, seorang perempuan tidak memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidup sendiri walau ia berpasangan dengan seorang lelaki red flag.
Abigail melihat permasalahan antara Nabal dan Daud dan memutuskan untuk bertindak sendiri karena ia sadar bahwa suaminya yang bersalah dan Daud sudah dalam kondisi yang siap berperang untuk membunuh semua lelaki di keluarga Nabal. Ia harus segera turun tangan dan mengambil jalan ‘damai’ dengan meminta maaf secara langsung sekaligus memberikan permintaan Daud (1 Samuel 25:23-31).
Abigail mengambil jalan yang lebih bijaksana dengan perhitungan yang matang, bahkan ia merangkai kata-kata yang baik untuk melunakkan kemarahan Daud. Oleh karena itu benar kata penulis Amsal : Jawaban yang lemah lembut meredakan kemarahan tetapi perkataan yang pedas membangkitkan kemarahan (Amsal 15:1).
Saudaraku, ribuan lontaran kalimat pedas diketikkan di media sosial dalam satu hari. Jutaan kalimat berisi kritik pedas yang menghancurkan hati dan semangat diucapkan oleh manusia bahkan oleh para pemimpin pemerintahan, masyarakat, agama dan kepala keluarga. Sikap red flag bertebaran di mana-mana dan melukai banyak orang.
Alih-alih melawan dengan kekerasan, lakukanlah “perlawanan” dengan cara yang lebih bijak sehingga meminimalisir kekerasan dan tindakan yang membahayakan. Lebih baik meminta Tuhan memberi hikmat untuk dapat mengambil sikap saat pasangan atau kolega adalah seorang yang red flag karena bagi mereka pun selalu ada kesempatan seorang mengalami perubahan pada saatnya. Di dalam Tuhan tidak ada yang tak mungkin.
Saudaraku, Rasul Paulus juga seorang red flag namun Tuhan berhasil mengubah karakternya sehingga ia menjadi seorang yang berhikmat. Mari lakukan dan terus mendoakan mereka yang membutuhkannya. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)