SALAH MENGIDAMKAN

SALAH MENGIDAMKAN

Saudaraku, Nabi Mikha (740-670 SM) bernubuat menyampaikan Firman Tuhan pada zaman pemerintahan Raja Yotam (742-735 SM), Raja Ahas (735-715 SM), dan Raja Hizkia (715-687 SM) dari Kerajaan Yehuda. Saat itu juga ada beberapa nabi yang lain yakni Amos, Hosea dan Yesaya,  yang paling terkenal. 

Salah satu nubuatan Nabi Mikha yang paling terkenal, bahkan selalu diingat orang-orang Farisi dan Saduki pada zaman Perjanjian Baru, yakni kitab Mikha 5:1: “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” 

Nah kedatangan Mesias atau Juru Selamat inilah yang ditunggu-tunggu orang Israel karena akan memerintah Israel dan membebaskan Israel dari penjajahan Kerajaan Roma yang terkenal dengan pasukan perangnya Legiun Romawi. Bahkan seorang nabi lain setelah Mikha, yakni Zakharia pada sekitar tahun 520 – 518 SM menubuatkan lebih spesifik tentang kedatangan Sang Mesias. Coba kita simak Zakharia 9:9: “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.” 

Saudaraku, kondisi yang wajar, saat negara atau bangsa dalam kondisi tertekan, apalagi dijajah orang asing, maka banyak orang, terutama yang mengaku sebagai ahli kitab – saat itu para imam dan ahli Taurat, menubuatkan atau meramal bahwa akan datang seseorang yang akan membebaskan orang Israel dari penjajahan. Bandingkan dengan situasi di sini yang saat-saat ada kampanye kemarin meramalkan akan datangnya Ratu Adil yang akan memakmurkan Nusantara.

Nah, saat Yesus lahir di Bethlehem, ada orang-orang Majus yang datang ke Yerusalem dan bertanya: “Dimanakah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan?” Tentu membuat heboh dan menjadi bukti bahwa nubuatan Mikha sekitar 350 tahun sebelumnya ternyata benar. Juga ketika Yesus naik keledai diarak orang-orang Israel masuk ke kota Yerusalem, persis situasinya seperti yang dinubuatkan nabi Zakharia, karenanya orang-orang Yahudi bersorak-sorai menyambut kedatangan Mesias yang akan membebaskan dari penjajahan Roma.

Tapi kedatangan Yesus bukan seperti paslon presiden yang naik podium besar di Stadion Utama Senayan dan meneriakkan: “Merdeka!” Tapi justru Yesus  ternyata membandingkan dirinya sebagai gembala, sebuah pekerjaan yang dianggap rendahan saat itu karena selalu berkelana bersama ternak domba yang lemah, mesti mencari padang-padang rumput, juga mesti bergadang di malam hari agar tidak ada serangan serigala terhadap kawanan ternak, mungkin zaman itu kira-kira belum ada anjing German Shepherd yang bisa membantu menjaga kumpulan domba.

Coba simak Yohanes 10:11-13:  “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; … ketika melihat serigala datang,  …  Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.” 

Lho, Mesias atau Juru Selamat yang diidam-idamkan segenap orang Israel sejak keruntuhan Kerajaan Yehuda karena dihancurkan Raja Babilonia Nebukadnezar, kok bukan Mesias yang gagah perkasa, jago pidato dan jago perang, tapi kok lemes dan mengibaratkan dirinya sebagai gembala? Bahkan Mesias ini malah mengatakan sesuatu tentang Bapa, yang abstrak tidak jelas arah dan wujudnya:  “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6) 

Saudaraku, bahkan Filipus, seorang murid yang sudah ikut Yesus selama 3 tahun berkata: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” (Yohanes 14:8) Juga Petrus di saat malam Perjamuan Terakhir bersama Yesus mengatakan: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” (Lukas 33:33). Maksudnya, Petrus siap berperang bersama Yesus, bahkan ketika Yesus kalah dan tertangkap lawan maka Petrus juga siap. Jadi murid-murid Yesus-pun sebenarnya masih mempertanyakan siapa Yesus, apakah benar sebagai Mesias yang dinubuatkan? 

Ketika segenap murid Yesus, segenap orang Israel, segenap orang Farisi dan Saduki menyaksikan pengadilan Yesus di muka umum yang dipimpin Pilatus, dan Pilatus mengabulkan tuntutan untuk menyalibkan Yesus. Idam-idaman orang Israel tentang Mesias yang akan datang justru runtuh ketika melihat Yesus mati disalib.

Saudaraku, ketika Paskah, Tuhan Yesus bangkit, murid-murid Yesus pun tidak percaya, hingga ada beberapa kali penampakan Yesus yang hadir di tengah-tengah mereka, bahkan karena tidak semua murid percaya bahwa Yesus sudah bangkit, maka penampakan ini berlangsung hingga 40 hari. 

Puncak yang menunjukkan ketidakpercayaan para murid, bahkan beberapa saat ketika Yesus sebelum diangkat naik ke surga, bertanyalah mereka yang berkumpul di tempat kenaikan itu: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kisah Para Rasul 1:6)  Masih saja orientasinya pada kebangkitan kembali Kerajaan bagi Israel, seperti zaman Raja Daud dan Salomo ratusan tahun sebelumnya.

Barulah ketika Roh Kudus dicurahkan,  maka mata hati para murid diubahkan, dari mengidam-idamkan datangnya Mesias yang akan mendirikan kerajaan fisik di dunia, diubah menjadi Kerajaan Rohani yang bersifat kekal dan melebihi segala kekuasan yang ada di dunia. Fokus kepada Mesias yang semula mengharapkan dapat memberikan dunia kebahagiaan materi yang fana, berubah menjadi Mesias yang sesungguhnya yang memberikan keselamatan dan penebusan dari dosa, dan orang yang percaya kepada-Nya akan memperoleh kehidupan kekal.

Itulah yang mengubah murid-murid Yesus, kini menjadi rasul-rasul Yesus, yang berani mengabarkan Injil dan menyerukan: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 4:12)

Saat Saudara datang kepada Tuhan Yesus, Saudara mengidam-idamkan apa dari Yesus? Berkat-berkat materi dan jasmani? Atau keselamatan dan penebusan dari dosa, dan karenanya Saudara mendapatkan hidup kekal? (Surhert)

Renungan Lainnya