Saudaraku, mari kita membaca kitab Imamat (Leviticus) 23:40 (ESV): “And you shall take on the first day the fruit of splendid trees, branches of palm trees and boughs of leafy trees and willows of the brook, and you shall rejoice before the LORD your God seven days.”
Agak surprise bagiku, ternyata kitab Imamat 23:40 menyebutkan adanya pohon Willow atau Yangliu di daerah Palestina sana, karena selama ini aku berpikir pohon Yangliu ini merupakan pohon khas tanah Tiongkok, Jepang dan Korea. Di Alkitab TB pohon Yangliu diterjermahkan sebagai pohon Gandarusa, yang di Wikipedia Gandarusa merupakan tumbuhan perdu tropis yang biasa dijumpai di pekarangan rumah, baik sendiri atau sebagai pagar hidup.
Yángliǔ – ini pinyin-nya atau Willow, dalam puisi-puisi Tiongkok disebut sebagai lambang musim semi, tumbuhan yang bisa berayun-ayun atau bending mengikuti angin, jadi menimbulkan nuasa romantis, namun kadang dikaitkan dengan kesedihan, seperti di dua cuplikan puisi tenar dari zaman Dinasty Tang:
In her evening song, I heard the willow breaking,
For those who feel sadness at thought of home.
(Dalam lagunya di malam hari, aku mendengar ranting pohon Yangli patah. Bagi mereka yang merasa sedih memikirkan jauh dari rumah)
Karya pujangga Li Bai李白(701-762 Masehi)
Autumn came and your expression began to change.
I couldn’t love the poplar and willow blossoms when
Spring came and your softness was gone.
(Musim gugur tiba dan ekspresimu mulai berubah. Saya tidak bisa menyukai lagi bunga Poplar dan Yangliu ketika musim Semi tiba dan kehadiranmu yang lembut telah tiada)
Karya pujangga Bai Juyi 白居易 (772–846 Masehi)
Saudaraku, mari kita renungkan Imamat 23:23-44. Salah satu hari raya penting untuk diperingati Israel ialah hari raya Pendamaian (Ayat 27-32; lihat Imamat 16), yang diadakan pada hari ke-10 dalam bulan ke-7.Ternyata ada tiga perayaan yang saling terkait pada bulan itu.
Hari pertama merupakan hari perhentian penuh (Ayat 24), lalu hari ke-15 sampai ke-21 adalah hari raya Pondok Daun (Ayat 33-44). Jelas sekali bahwa perhentian yang dilakukan umat sehingga tidak boleh bekerja sama sekali (Ayat 24, 32, 39) menunjuk pada relasi manusia dengan sesama, dengan Tuhan, dan dengan alam.
Puncaknya ada pada ibadah raya yang sangat akbar. Ibadah raya tersebut dibuat untuk mengingat sebuah pendamaian, yaitu kehidupan yang berdamai antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Dasar perayaan akbar ini ialah Tuhan sendiri yang memperdamaikan manusia kepada diri-Nya.
Segala unsur perayaan merupakan respons manusia yang sudah diperdamaikan dengan Tuhan. Oleh karena manusia sudah diperdamaikan dengan Tuhan maka manusia bisa berdamai dengan dirinya dan sesamanya, juga dengan alam tempat mereka hidup.
Maka wujud perayaan akbar yang dimulai dengan segala keseriusan
membereskan dosa dan kenajisan, diakhiri dengan sukacita tak terhingga karena Tuhan telah memberkati mereka melalui hasil alam yang permai: “… dan kamu harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, tujuh hari lamanya.” (Ayat 40).
Liturgi dalam merayakan hari raya-hari raya ini telah ditetapkan, dan di dalam liturgi tersebut tersirat hubungan yang holistis antara Tuhan, manusia dan sesamanya, serta alam. Itulah liturgi yang sangat indah.
Saudaraku, gereja merupakan agen Allah untuk mewujudkan perdamaian yang umat sudah terima di dalam Kristus, yang mewujud dalam tindakan-tindakan berdamai dengan sesama manusia dan dengan alam. Lalu apa yang harus kita lakukan? Jangan lupa terlibat dalam upaya untuk mendorong perbaikan-perbaikan relasi jemaat dengan sesama manusia. Jangan lupa juga mengingatkan tanggung jawab untuk memperbaiki alam yang sudah dirusak oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggungjawab. (Surhert).