PLERED

PLERED

Saudaraku, saat jalan Tol Cikampek–Purwakarta–Padalarang (Cipularang) belum dibangun pada tahun 2005, beberapa kali aku mengajak keluarga berlibur dari Jakarta ke Bandung mesti menempuh jalan arteri Cikampek, masuk kota Purwakarta, sering macet di depan pasar, lalu keluar mengikuti jalur jalan yang menanjak dan berliku ke arah Padalarang. 

Dalam perjalanan yang penuh nuansa hijau di sepanjang jalan ini pasti lewat kota kecil Plered, yang terkenal sejak zaman Kolonial sebagai pusat kerajinan gerabah dari tanah liat, karena memang bahan lempung atau tanah liat warna putih ada di sekitar Plered.

Bila anak-anak tidak sedang mengantuk di mobil, aku sering berhenti di Plered untuk mengajak anak-anak melihat pembuatan gerabah, sering ke kios Keramik Mulya, karena di bagian belakangnya bisa melihat karyawan mengerjakan gerabah. Anak-anak senang melihatnya, bagaimana lempung diletakkan di meja pemutar, diputar dengan piringan yang digerakkan kaki, dan lempung dibentuk dengan tangan pengrajin, tahu-tahu muncul gerabah, entah itu kuali atau pot. 

Kalau istri melihat ini, pasti senyum-senyum ingat film Ghost (1990), adegan romantis Patrick Swayze dan Demi Moore membuat pot dengan iringan soundtrack Unchained Melody dari The Righteous Brothers.

Dari beberapa kali ngomong-ngomong dengan Pak Pengrajin, dia mesti punya rencana mau membuat gerabah dalam bentuk apa, jika ingin membuat pot bunga atau kuali setinggi 50 cm atau 80 cm, mesti ada persiapan lempung yang cukup. Jadi tidak bisa jika sudah ada rencana mau bikin pot 50 cm, mendadak dirubah menjadi 80 cm. Pot setengah jadi tidak bisa dibiarkan setengah kering lalu ditambah lempung baru, karena adonan baru tidak akan bisa menempel di yang lama. Sekali rencana mau membuat apa ya mesti sampai selesai, tidak bisa ditinggal-tinggal karena hasilnya tidak bisa mulus. Kemudian ada proses lanjutan, yakni dijemur supaya kering, dihaluskan, diberi warna-warni dan dibakar, bisa memakan waktu hingga 5-7 hari ke depan. 

Saudaraku, di Yeremia 18 ada juga kisah tentang tukang periuk, Yeremia datang kesitu dan melihat cara pembuatannya, apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat itu rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. 

Sedangkan di surat Roma 9:21 menyebutkan: Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia – yang harganya mahal, dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa – yang harganya umum atau pasaran?

Saudaraku, jadi pengrajin gerabah mempunyai hak dan rencana dalam membuat sesuatu kerajinan, yang dihasilkan bisa bermacam jenis, mulai dari hiasan rumah tangga, kendi air, pot celengan bentuk ayam, gentong air, kuali atau dandang hingga pot bunga yang tinggi hingga 1 meter, dan tentunya masing-masing barang yang dihasilkan akan memiliki harga jual yang berbeda. 

Pengrajin bisa membuat apa saja dengan lempungnya, tergantung atas pesanan, atau saat itu sedang laris barang apa, namun yang paling umum dan pasti ada pembelinya ya kendi, celengan, pot bunga dan gentong air. 

Tuhan Allah Mahapencipta mungkin dapat diibaratkan sebagai tukang periuk atau pengrajin gerabah yang berhak membuat segala sesuatu sesuai keinginan dan kehendak-Nya. Mungkin saat ini Tuhan menempatkan kita sebagai pejabat di pemerintahan, bisa juga sebagai pegawai di kantor kelurahan, atau sebagai orang kantoran, atau  sebagai ibu rumah tangga, atau sebagai yang berdagang di pasar, dan masih banyak lagi. Tapi yang jelas posisi dan kondisi kita saat ini ada bukanlah sebagai suatu kebetulan atau asal-asalan, tapi ada maksudnya dari Tuhan.

Nah Saudaraku, apakah kita mengetahui maksud Tuhan terhadap diri kita masing-masing saat ini? Kita sedang menjadi dan melakukan apa saat ini, sadarkan kita? Jika kita sadar bahwa Tuhan menghendaki sesuatu dari kita, maka mestinya kita tidak mudah hanyut atau larut terhadap godaan-godaan dari dunia. 

Misalkan kita bekerja di lingkungan yang selalu menggoda untuk melakukan tindakan korupsi, tapi kalau kita sadar bahwa kita adalah anak Tuhan yang telah ditebus dari dosa melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, maka kita akan tetap berdiri tegas menolak godaan untuk ikutan melakukan korupsi. Godaan-godaan dari dunia untuk melakukan dosa semakin banyak dan semakin sering, tapi dapatkah kita selalu untuk menolaknya? (Surhert)

Renungan Lainnya