Lembah Kekelaman

Lembah Kekelaman

Saudaraku, dalam Mazmur 23, Daud menggambarkan Tuhan sebagai Gembala yang baik. Dalam ayat 4 Daud menyatakan keyakinannya: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; ,,,” Mungkin ada diantara kita yang berpikir: “Jika Tuhan itu Gembala yang baik, mengapa ada lembah kekelaman?”

Saya ingat benar, saat itu tahun 2023 hampir berlalu. Simon dan saya mulai merencanakan  tur berdua , menikmati usia senja, tengok anak, menantu  dan cucu di Amerika, refreshing bersama mereka. Kami berharap tur tersebut bisa kami lakukan pada tahun 2024.

Tapi manusia hanya bisa berencana, Tuhanlah yang menentukan. Ternyata pada  5 November 2023, Tuhan  menentukan kami untuk mulai berjalan dalam lembah kekelaman. Pagi itu, Simon mengalami kemunduran kognitif, hari demi hari makin mundur diikuti dengan kemunduran motorik juga.

Dokter yang merawatnya mendiagnosis Simon mengidap Glioblastomo, istilah sederhananya Kanker Otak stadium 4. Baru ketahuan, tapi sudah stadium 4. Perjalanan dalam lembah kekelaman harus kami jalani.

Saudaraku, maka hampir tiap hari saya nyanyikan Mazmur 23 berulangkali untuk Simon dan diriku sendiri. Siapakah yang dapat berjalan dalam lembah kekelaman tanpa penyertaan Sang Gembala? Penyertaan Tuhan itulah yang menjadi kekuatan kami, gada dan tongkat Tuhan itulah penghiburan kami.

Kesulitan dan masalah seolah antri untuk menambah beban kami, tetapi kebaikan Tuhan selalu nyata pada waktu yang tepat. Janji Tuhan dalam 1 Korintus 10:13 nyata kami alami. Allah setia! Allah tidak membiarkan kami dicobai melampaui kekuatan kami.  Allah selalu memberi jalan keluar. Sungguh luar biasa Allah kita!

Tuhan mengizinkan kami ada dalam lembah kekelaman, tetapi bukan tinggal di dalamnya. Disertai-Nya kami untuk melewatinya. Sabtu 2 Maret 2024, Simon dengan tenang dan berkemenangan pulang ke rumah Bapa. Selama 4 bulan Simon sakit, belum pernah ia mengeluh atau mengaduh. Ia melewati lembah kekelaman dengan tabah dan sabar. Pada awal ia tahu perihal sakitnya, ia berdoa: “Tuhan, aku bersyukur untuk apa yang terjadi hari ini.” Nyata penyerahan dan ketaatannya pada rencana Tuhan atas dirinya.

Sekalipun sekarang saya sendirian dan sering merasa kehilangan dan dirundung rasa sepi, tapi saya bersyukur: Tuhan tetap besertaku! Saya ikhlas. Tuhan merencanakan Simon lebih dulu menikmati kedamaian di rumah Bapa. 

Saudaraku, lembah kekelaman seperti apakah yang kita hadapi saat ini? Tidak perlu khawatir ataupun cemas! Yakinlah kita tidak akan selamanya ada di sana! Kita hanya berjalan melewatinya beserta Sang Gembala. Tidak ada bahaya dapat mengancam kehidupan kita selama kita berjalan bersama Tuhan. Saat persoalan datang menerpa, katakan kepada diri sendiri: “Masalahku akan berlalu. Tangan Gembalaku akan menuntunku berjalan melewati lembah kekelaman sampai akhirnya mataku melihat sinar terang.”  (Hanna).

Renungan Lainnya