G A R A M

G A R A M

Saudaraku, khotbah yang menyinggung garam dunia biasanya dipasangkan dengan terang dunia, karena ayat-ayat tentang dua hal tersebut berurutan. Di Matius 5:13 Tuhan Yesus menyebut garam dan di ayat 14 menyebut tentang terang. Intinya sama, supaya kita bisa memberikan makna dan pengaruh ke sekitar kita.

Kota Sodom, Gomora, Adma dan Zeboim ditunggangbalikkan TUHAN dalam murka amarah-Nya, seluruh tanahnya hangus oleh belerang dan garam, tidak bisa menumbuhkan apa-apa dan tidak ada tumbuh-tumbuhan apa pun (Ulangan 29:23). Tetap demikian kondisinya, dikenal sebagai Laut Mati (Dead Sea), hingga hari ini lebih dari 3.000 tahun setelah kejadian. Karena tingginya kadar garam maka tidak ada kehidupan, tetapi justru Tuhan Yesus menghendaki kita menjadi garam dunia, yang bisa larut dan memberikan pengaruh. 

Saudaraku, tanggal 27 Oktober 2022 Presiden Jokowi menandatangani Perpres RI No. 126 tentang pergaraman nasional. Definisi garam ternyata cukup panjang, bukan sekadar bubuk putih yang kita lihat dan pakai sehari-hari di dapur. Garam adalah senyawa kimia yang komponen utamanya berupa Natrium Klorida dan dapat mengandung unsur lain, seperti Magnesium, Kalsium, Besi, dan Kalium dengan bahan tambahan atau tanpa bahan tambahan Iodium. Perpres tersebut menyebutkan ada 13 (tiga belas) macam garam yang dibutuhkan secara nasional, yakni:

1. Garam konsumsi; 2. Garam untuk industri aneka pangan; 3. Garam untuk industri penyamakan kulit; 4. Garam untuk water treatment; 5. Garam untuk industri pakan ternak; 6. Garam untuk industri pengasinan ikan; 7. Garam untuk peternakan dan perkebunan; 8. Garam untuk industri sabun dan deterjen; 9. Garam untuk industri tekstil; 10. Garam untuk pengeboran minyak; 11. Garam untuk industri farmasi; 12. Garam untuk kosmetik; dan 13.Garam untuk industri kimia atau Chlor Alkali.

Ternyata ada berbagai jenis garam, dan masing-masing garam ada maksud dan penggunaannya. Implementasinya dalam renungan kita pada hari ini, garam dunia yang Tuhan Yesus maksudkan bukan dalam artian umum atau asalan saja, tapi dapat menjadi garam pada setiap aspek kehidupan. Garam akan larut namun tidak kelihatan, tapi bisa memberikan rasa asin yang menyedapkan, bisa memberikan kesaksian tentang kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan. Sering diungkapkan dengan: Larut Tapi Tidak Hanyut.

Kita bekerja dari rumah, atau bekerja di industri pakan ternak, peternakan dan perkebunan, juga sebagai nelayan yang mengasinkan ikan, kerja di industri-industri tekstil, sabun, farmasi, kosmetik, industri kimia, water treatment, atau bahkan di offshore (laut dalam) mengebor minyak, semuanya,  di mana kita telah ditempatkan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Nah, Tuhan Yesus meminta kita untuk menjadi garam di sekitar kita. 

Saudaraku, sesungguhnya setiap orang percaya yang menjadi warga Kerajaan Allah memiliki identitas yang disimbolkan seperti garam. Garam berfungsi untuk memberi rasa kepada makanan dan atau dipakai untuk mengawetkan makanan agar tidak cepat rusak atau membusuk. Ketika garam tidak berasa asin dan tidak murni, maka selain tidak berguna, garam itu akan dibuang.

Kita diingatkan agar jangan hanya berkeluh terhadap berbagai kerusakan dan penyimpangan moral dalam masyarakat. Kita juga harus menjalankan fungsi kita sebagai garam agar dunia tidak semakin rusak dan menyimpang.

Saudaraku, kita harus sadar, jika cara hidup kita sama persis dengan dunia berdosa, maka kehadiran kita tidak terasa alias tawar. Karena itu, mari kita mewujudkan identitas kita melalui menjalankan fungsi garam. 

Untuk itu mari kita memberikan keteladanan hidup yang baik sebagaimana Yesus telah contohkan melalui sikap, karakter, pelayanan, atau nilai-nilai hidup-Nya. Kita juga bisa menjalankan dan memperjuangkan kebenaran, keadilan, kejujuran, dan kekudusan hidup kepada dunia. Entah melalui dunia pendidikan, politik, usaha, atau keluarga. Tujuan kita melakukan semua itu hanya satu, agar nama Tuhan dipermuliakan melalui hidup dan kehidupan kita. (Surhert).

Renungan Lainnya