Saudaraku, rasul Paulus menulis surat kepada Timotius pada musim gugur, September-Desember tahun 58 M: “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang …. tidak mempedulikan agama … tidak dapat mengekang diri, garang … suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu….” (2 Timotius 3:1-4)
Di tahun-tahun belakangan ini ternyata ada cukup banyak manusia yang tabiatnya sudah disebutkan Paulus hampir 2000 tahun lalu, khususnya mengenai TIDAK BERPIKIR PANJANG dan BERLAGAK TAHU. Dalam percakapan sehari-hari sering dikatakan: Orang-orang yang otaknya sumbu pendek, seperti mercon, saat dinyalakan atau disumet dengan api dengan saat bunyi dor ternyata sangat singkat.
Pada zaman Raja Daud ada seorang anak Imam Zadok yang bernama Ahimaas, terkenal jago lari, tapi sayang otaknya bersumbu pendek. Suatu ketika terjadi pemberontakan Absalom dan kepala Absalom yang berambut panjang kecantol di jalinan dahan-dahan pohon Tarbantin yang besar. Segera tentara Yehuda mengepungnya dan panglima Yoab membunuhnya (2 Samuel 18:19-33).
Ahimaas ada di situ dan melihat peristiwa ini, lalu dia segera minta izin ke Yoab untuk berlari ke Raja Daud yang ada di garis belakang untuk mengabarkan breaking news. Yoab melarang Ahimaas menyampaikan kabar terbunuhnya Absalom anak Daud dan menyuruh seorang Etiopia menyampaikan kabar ini. Tapi Ahimaas tetap meminta agar dia yang menyampaikan kabar, tetap dilarang, tapi nekat berlari melintasi jalan lain hingga bisa lebih cepat tiba di tempat Daud daripada si orang Etiopia.
Benarlah, Ahimaas tiba di hadapan Daud dan ketika ditanya apa yang terjadi terhadap Absalom, Ahimaas tidak punya jawaban yang tepat di otaknya, dan menjawab: “Aku melihat keributan yang besar, ketika Yoab menyuruh pergi hamba raja, hambamu ini, tetapi aku tidak tahu apa itu.” Daud tentu jengkel dengan jawaban yang tidak memberikan informasi ini, kemudian berkata: “Pergilah ke samping, berdirilah di sini.” Ahimaas pergi ke samping dan tinggal berdiri, bengong, hingga si orang Etiopia datang dan menyampaikan kabar secara lengkap.
Itulah Ahimaas, tidak memiliki data dan tidak memahami apa yang dilihatnya, sudah cepat-cepat berlari menyampaikan kabar berita yang ternyata dianggap tidak berharga, seperti kita melihat siaran di Tiktok bilang breaking news ada gempa tapi tidak menunjukkan lokasi tempatnya, bahkan gambar-gambar gempa di Palu pada September 1918 dimunculkan, sehingga gempa yang disebut breaking news ini akan diikuti dengan tsunami. Tujuannya ya hanya memantik kepanikan bagi orang yang sumbunya pendek dan klik follow akunnya.
Saudaraku, berpikir lebih jauh dan bisa mengambil kesimpulan secara cepat memang boleh, bahkan diajarkan oleh Edward Charles Francis Publius de Bono atau Edward de Bono, seorang dokter dari Malta yang mencetuskan istilah BERPIKIR LATERAL, dan menulis banyak buku tentang berpikir. Dia terutama mengajarkan sebelum kita mengambil suatu keputusan hendaknya dipikirkan dahulu mengapa suatu kejadian timbul, dan ini apakah mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, politik, hingga aspek budaya.
Gampangnya, kalau kita melihat orang ikutan demo di depan gedung balaikota, mesti bisa mengenali siapa yang demo, berapa orang yang sebenarnya menjadi inti pendemo, kenapa demo dan maunya apa, berapa orang yang hanya ikutan dan hanya menerima nasi bungkus di belakang, dan sebagainya. Dengan mengenali situasi ini maka dapat mengambil keputusan yang benar.
Bagi kalangan Pengurus Gereja juga sekiranya dapat berpikir lebih jauh bila hendak membuat suatu program, bahkan mesti banyak menggumulkannya dalam doa apakah sesuai dengan kehendak Tuhan. Misalnya di sekitar gereja banyak anak-anak kecil yang nampak kurang gizi, lalu kita cepat-cepat menggalang dana untuk bantuan susu dan kedelai sebulan sekali. Yang menerima nampak bahagia, juga bagian diakonia seakan-akan menjalankan misi Tuhan, terlebih lagi bila yang antri susu mencapai lebih 100 orang. Kalau ini dilakukan sepanjang tahun, ya habislah uang gereja, sementara yang butuh susu semakin hari semakin banyak karena datang dari kecamatan lain.
Jadi ojo kesusu (jangan terburu-buru). Berpikirlah lebih panjang lagi bila hendak melakukan sesuatu, karena Tuhan sebenarnya sudah memberikan kita kemampuan untuk itu. Jadi jangan menyia-nyiakan berkat anugerah Tuhan yang ada di dalam otak kita, yakni CARA BERPIKIR. (Surhert).