PENGANTAR KITAB ZEFANYA. Sahabat, ada cukup banyak orang percaya mengenal nama Raja Yosia sebagai salah seorang raja Yehuda yang baik, tetapi kurang mengenal nama Nabi Zefanya. Padahal, mereka hidup sezaman dan keduanya adalah keturunan dari Raja Hizkia (Zefanya 1:1).
Walaupun Raja Yosia termasuk generasi ketiga sesudah Raja Hizkia, sedangkan Nabi Zefanya merupakan generasi keempat, tampaknya usia Nabi Zefanya lebih tua daripada Raja Yosia, karena kondisi saat Nabi Zefanya menyampaikan pesan dari TUHAN lebih cocok bila disampaikan di awal pemerintahan Raja Yosia.
Raja Yosia mulai memerintah pada usia delapan tahun. Pada tahun kedelapan belas pemerintahannya, yaitu saat dia berumur dua puluh enam tahun, dia memerintahkan agar Bait Allah di Yerusalem direnovasi. Saat renovasi dilakukan, Imam Besar Hilkia menemukan kitab Taurat, lalu kitab Taurat itu diserahkan kepada Panitera bernama Safan untuk disampaikan kepada Raja Yosia.
Saat Safan membaca kitab Taurat itu, sadarlah Raja Yosia bahwa kehidupan umat Yehuda telah sangat berdosa di hadapan TUHAN, sehingga ia merendahkan dirinya, menangis, lalu mengoyakkan pakaiannya sebagai tanda penyesalan.
Konteks sejarah inilah yang membuat kita menduga bahwa Nabi Zefanya menyampaikan nubuat penghukuman TUHAN di awal pemerintahan Raja Yosia, dan besar kemungkinan bahwa nubuat Nabi Zefanya adalah salah satu penyebab munculnya reformasi pada zaman pemerintahan Raja Yosia (2 Raja-raja 22).
Dalam kitab Zefanya dan juga dalam berbagai kitab lain dalam Perjanjian Lama, hari saat Tuhan menjatuhkan hukuman disebut hari TUHAN. Bagi umat Yehuda yang telah meninggalkan TUHAN dan menggantikannya dengan menyembah berhala, termasuk bagi para pemimpin umat yang telah menyelewengkan umat dari praktik penyembahan kepada TUHAN, hari TUHAN itu merupakan hari penghukuman yang amat mengerikan! Akan tetapi, bagi umat TUHAN yang setia atau bagi umat TUHAN yang telah bertobat, hari TUHAN itu merupakan hari yang membangkitkan pengharapan.
Kita perlu menyadari bahwa hari penghukuman yang pernah dijatuhkan TUHAN kepada umat-Nya itu bukanlah penghukuman final. Hari penghukuman final masih belum tiba!
Syukur kepada Tuhan, hari ini kita akan mulai belajar dari kitab Zefanya dengan topik: “God Never Sleeps (Tuhan Tidak Pernah Tertidur). Bacaan Sabda diambil dari Zefanya 1:2-18. Sahabat, meraih suatu pencapaian yang luar biasa tentu membuat diri merasa bangga. Ada kalanya kegembiraan tersebut membuat orang lepas kendali dan ingin menceritakannya kepada setiap orang yang dijumpai, juga menuliskannya melalui dinding media sosial. Tujuannya tak lain untuk menunjukkan eksistensi diri, mencari pengakuan bahwa kitalah yang melakukan hal besar dan luar biasa itu.
Jika kita memiliki kebiasaan mengagungkan kemampuan atau pencapaian diri, waspadalah supaya jangan sampai kita memiliki pandangan yang menganggap Allah tidak terlibat secara aktif dalam kehidupan sehari-hari manusia. Padahal, bukankah TUHAN TIDAK PERNAH TERTIDUR? Dia tetap memegang kendali. Pada saat-Nya Dia akan menunjukkan kehadiran dan kuasa-Nya, tak segan menghukum setiap manusia yang berani berbuat dosa karena tidak memiliki kepedulian pada keberadaan-Nya.
Sahabat, anggur yang baik mutunya, yakni jernih dan bebas ampas, didapatkan karena mengalami proses penuangan atau pemindahan dari tempayan satu ke tempayan lain melalui penyaring.
Karena itu mari kita perhatikan kehidupan kita, supaya hidup kita tidak mengental seperti anggur di atas endapannya: Berpuas diri karena merasa bahwa semua kemampuan dan pencapaian adalah hasil usaha sendiri; bertingkah sesuka hati dan berkubang dalam dosa tanpa perasaan takut kepada Allah layaknya seorang pemabuk yang sedang teler. Orang yang terbuai dalam kenyamanan karena merasa diri hebat tidak akan pernah mengalami PROSES PEMURNIAN TUHAN. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 3-6?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Membuka hati dan menjadi peka membuat kita merasakan keterlibatan Allah secara aktif dalam kehidupan kita. (pg).